Apa yang orang orang pikirkan tentang hidup? Petualangan? Kisah romansa? Atau sesuatu yang erotis? Sangat indah untuk dibayangkan.
Sekedar dibayangkan tentu saja, sangat jarang ada kesempurnaan kisah dan keberuntungan seperti di drama atau novel. Orang orang yang beruntung menjalani kisah yang sangat naik turun penuh ombak walau sebagian mati tenggelam dalam kisahnya.
Seperti Novel remaja yang membuat bulu Kuduk merinding. Biasanya ada gadis polos yang miskin saat bersekolah bertemu dengan si tampan kaya raya anak pengusaha. Jatuh cinta, salah paham lalu menikah dan membuat anak. Happy end
Perlu diingat itu hanya dialami oleh orang orang penuh keberuntungan. Apalah daya figuran yang bahkan jika menari tiang didepan lapangan tetap tidak akan diperhatikan.
Tapi untuk apa mencari perhatian, hidup ini singkat. Nikmati dengan makan lalu tidur lalu makan lalu tidur lalu makan lalu tidur seperti koala (tanpa kawin jika bisa.) Manusia dengan prinsip ini adalah gadis berambut cokelat kemerahan yang sedang menulis catatan dibukunya.
Murid teladan peringkat 3 sebagai penyeimbang ekosistem. Para penyeimbang ekosistem ini sebenarnya bisa naik pangkat menjadi babu kelas 3 dengan menjilat sepatu gadis miskin. Tapi kebanyakan mereka kembali menjadi penyeimbang ekosistem karena dianggap terlalu kasar kepada si lemah lembek miskin itu.
Pemeran utama laki laki dan second lead pasti akan menjadi pangeran berkuda panuan untuk menyelamatkan gadis miskin. Siapa namanya ya, jujur saja gadis berambut cokelat itu lupa.
"Selia" Panggil seseorang penyeimbang ekosistem dengan nama Kuena yang sering Selia panggil Kue.
Alisnya terangkat seolah bertanya "Apa?"
"Si lembek kelas L nggak masuk lagi, katanya sih udah 3 hari absen." Bisiknya. Selia mendekatkan kursinya pada gadis berambut hitam itu.
"Kalo ditotal sama kelas 10 harusnya udah dikeluarkan, kan?" Tanya Selia, Kue dengan semangat menimpali.
"Kekasihnya kaya, suap dikit rapor bisa diedit." Jawab Kue. Untungnya dikelas mereka tidak ada babu Si miskin.
Anak dikelas mereka hanya ada 15, anak anak unggulan yang menjadi kebanggaan sekolah.
Semuanya mendekat kekursi Selia dan Kue saat melihat mereka berbisik.
"Si Dami terlalu cinta sampe buta. Siapa orang yang rela ninggalin kelas A ke kelas L." Ujar lelaki dengan bola basket yang ada ditangannya. Aufan namanya.
Posisi mereka sudah berganti, sekarang mereka menyatukan semua meja dan duduk mengitari meja yang memang jumlahnya tidak banyak.
"Terlalu tolol."
"Gue kepo peringkat si miskin berapa, kalo pake beasiswa bukannya harus tinggi nilainya." Ujar gadis dengan rambut pendek yang sangat menggemaskan.
"Minimal masuk kelas C, tapi ini kok sampe kelas L. Standarnya gimana sih?" Tanya seorang cowok dengan luka benda tajam di pipinya.
Selia menjawab. "Minimal masuk 94 rata rata semua penilaian yang gue tahu dari kakak kelas."
Gadis dengan kunci kuda ikut berkomentar. "Udah naik lagi pas aku daftar jadi 95, 2" Ujarnya, dia juga orang yang mengambil beasiswa. Nata namanya.
"Pas daftar buat tes dan interview, aku jujur aja nggak liat muka si-siapa ya... intinya itu, dan ada temenku yang tiba tiba dapet kabar kesalahan input nilai padahal awalnya dia lolos." Ujar Nata. Semua orang melongo.
"Iya sih, aku juga nggak liat padahal yang dari tes onlinenya yang lolos dan tes disini itu cuma 30 orang disatu ruangan." Ujar cowok bernama Gio.
Semuanya menjadi lebih heboh, yah penyeimbang ekosistem sekali kali perlu hiburan. Salah satunya dengan gibah.