Chapter 3 - bab 3

Beberapa minggu setelah acara di taman untuk mengenang Luna dan menyambut Salju, Aira merasa hidupnya kembali berwarna. Salju tumbuh semakin besar, dan kebiasaannya yang aktif sering kali membuat Aira tertawa. Setiap kali Aira merasa sedih karena mengingat Luna, Salju akan datang dan menghiburnya dengan tingkah lucu.

Suatu sore, saat Aira sedang bermain di halaman, Rina datang dengan berita gembira. "Aira! Aku baru saja bertemu dengan sekelompok anak-anak di taman, dan mereka ingin membuat kelompok penyayang hewan. Kamu mau ikut?"

Aira terkejut. "Kelompok penyayang hewan? Apa yang akan kita lakukan?"

"Kita bisa membantu merawat hewan-hewan terlantar di desa ini. Banyak kucing dan anjing jalanan yang butuh makanan dan tempat tinggal," jelas Rina dengan semangat.

Aira merenung sejenak. Ide itu sangat menarik baginya, terutama karena dia merasa bahwa dengan membantu hewan-hewan lain, dia bisa memberikan penghormatan kepada Luna. "Itu ide yang hebat, Rina. Aku mau ikut!" jawab Aira penuh antusias.

Beberapa hari kemudian, Aira, Rina, dan sekelompok teman-temannya mulai merencanakan kegiatan untuk membantu hewan-hewan terlantar. Mereka mengumpulkan makanan dari rumah masing-masing dan mencari tempat untuk menampung kucing dan anjing yang mereka temukan.

"Lihat, Aira!" seru Rina suatu sore ketika mereka berada di taman. "Ada kucing kecil di sana, terlihat kelaparan. Mari kita bantu dia!"

Aira dan Rina bergegas mendekati kucing itu. Tubuhnya kurus, bulunya kusut, dan matanya terlihat lelah. Dengan lembut, Aira menggendong kucing itu dan berkata, "Kita akan membawanya ke rumah dan memberinya makan. Kamu aman sekarang."

Saat mereka merawat kucing itu di rumah Aira, hati Aira terasa hangat. Meskipun kehilangan Luna masih menyakitkan, dia merasa bahagia bisa membantu hewan lain yang membutuhkan. Salju, yang melihat kehadiran kucing baru itu, hanya mengendus dengan penasaran.

"Dia akan baik-baik saja," kata Aira kepada Rina. "Aku yakin Luna pasti bangga melihat kita melakukan ini."

Hari-hari berikutnya, kelompok penyayang hewan itu berkembang. Banyak anak-anak di desa yang bergabung, dan mereka membuat kegiatan rutin untuk memberi makan hewan jalanan serta mengadakan kampanye penyadaran tentang pentingnya merawat hewan. Aira merasa semakin dekat dengan teman-temannya dan menemukan tujuan baru dalam hidupnya.

Suatu malam, setelah hari yang panjang merawat hewan-hewan terlantar, Aira duduk di kamarnya dengan Salju di pangkuannya. Dia menatap bintang-bintang di luar jendela, lalu berkata lembut, "Luna, aku tidak akan pernah melupakanmu. Tapi sekarang, aku juga punya banyak hewan lain yang butuh cinta dan perhatian. Aku akan terus melakukan ini untukmu."

Salju mengeluarkan suara pelan, seolah-olah mengerti apa yang dirasakan Aira. Aira tersenyum dan mengelus Salju dengan penuh kasih sayang. "Kita akan terus bersama-sama, Salju. Kamu dan aku, kita akan menjaga hewan-hewan yang lain."

Aira sadar bahwa meskipun hidup penuh dengan kehilangan dan kesedihan, cinta yang diberikan kepada makhluk lain akan selalu membawa kebahagiaan dan makna baru. Luna mungkin telah pergi, tetapi warisannya hidup melalui semua kebaikan yang Aira lakukan untuk hewan-hewan lain. Dan dengan Salju di sisinya, Aira tahu dia tidak sendirian.

Setelah perayaan untuk Luna dan Salju, kehidupan Aira mulai berjalan dengan lebih ceria. Dia dan Salju menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Setiap pagi, Salju akan bangun lebih awal dan melompat ke atas tempat tidur Aira, membangunkannya dengan lembut.

"Ayo bangun, Salju! Kita harus berangkat ke sekolah!" Aira berkata sambil mengelus kepala Salju yang berbulu halus. Salju menggeliat, seolah mengerti, lalu melompat keluar dari tempat tidur.

Di sekolah, Aira dan Rina terus menghabiskan waktu bersama. Mereka membuat proyek seni tentang hewan peliharaan dan bahkan menulis cerita tentang pengalaman mereka bersama Luna dan Salju. Suatu hari, saat mereka sedang menggambar di kelas seni, Rina berkata, "Aira, bagaimana kalau kita mengajak semua teman untuk membawa hewan peliharaan mereka? Kita bisa membuat pameran di sekolah!"

Aira terkesan dengan ide itu. "Itu luar biasa! Kita bisa menjelaskan kepada teman-teman tentang bagaimana merawat hewan peliharaan dan pentingnya cinta untuk mereka."

Rina mengangguk. "Ya! Kita bisa membuat poster dan mengundang semua orang. Ini bisa menjadi kesempatan untuk mengenang Luna dan juga merayakan Salju!"

Mereka mulai merencanakan pameran tersebut. Aira merasa semangat dengan ide itu, dan Salju pun tidak ketinggalan. Dia sering menemani Aira saat dia menggambar poster-poster berwarna-warni.

Saat hari pameran tiba, Aira merasa gugup tetapi juga bersemangat. Taman sekolah dipenuhi oleh anak-anak dan hewan peliharaan mereka. Aira melihat berbagai jenis hewan—anjing, kucing, burung, bahkan kelinci! Dia dan Rina mengatur meja untuk menampilkan karya seni mereka.

"Aira, kita harus mulai menjelaskan kepada orang-orang," kata Rina. "Kita bisa berbagi kenangan tentang Luna dan bagaimana kita merawat Salju."

Aira mengangguk, mengambil napas dalam-dalam. Ketika beberapa teman mendekat, Aira berkata, "Selamat datang di pameran kami! Kami ingin bercerita tentang hewan peliharaan kami dan pentingnya merawat mereka."

Salah satu teman, Dani, bertanya, "Apa yang membuat Luna spesial untukmu, Aira?"

Aira tersenyum, mengingat semua kenangan indahnya dengan Luna. "Luna selalu tahu ketika aku sedih. Dia akan datang dan duduk di sampingku, memberikan rasa nyaman. Aku merindukannya setiap hari, tetapi Salju membantuku untuk merasa bahagia lagi."

Rina menambahkan, "Dan Salju sangat aktif! Dia suka bermain dan selalu membuat Aira tersenyum."

Mereka melanjutkan berbagi cerita tentang pengalaman mereka, membuat teman-teman mereka tertawa dan terharu. Setelah beberapa waktu, Aira merasa lebih percaya diri.

Ketika pameran berakhir, banyak anak-anak yang mendekati Aira. "Aira, kucingmu sangat lucu! Aku ingin merawat kucing seperti Salju!" seru Lila.

"Aku juga!" tambah Dani. "Kucing itu bisa jadi teman yang baik."

Aira merasa bangga mendengar semua pujian itu. "Ingat, merawat hewan peliharaan itu penting. Mereka butuh cinta dan perhatian," katanya dengan penuh semangat.

Setelah pameran, Aira dan Rina duduk di bangku taman, mengamati semua hewan yang bermain di sekeliling mereka. "Aku merasa senang sekali," Rina berkata. "Kita bisa berbagi kenangan dan membuat orang lain mencintai hewan peliharaan mereka."

"Iya," Aira menjawab. "Aku merasa Luna dan Salju akan bangga dengan apa yang kita lakukan."

Beberapa minggu berlalu, dan Aira semakin menikmati waktunya bersama Salju. Mereka bermain bersama di taman, menjelajahi jalan-jalan desa, dan berpetualang. Suatu hari, saat mereka bermain, Aira menemukan sebuah kucing liar yang tampak kelaparan.

"Oh tidak, dia terlihat sangat kurus," Aira berkata sambil mendekat. Salju tampak penasaran, tetapi tetap di samping Aira.

"Ayo kita beri makanan, Salju," kata Aira sambil mengeluarkan camilan kucing dari tasnya. Dia menjatuhkan sedikit makanan di tanah, dan kucing liar itu mendekat dengan hati-hati.

"Kucing ini mungkin tidak beruntung seperti kita," Rina menambahkan. "Kita harus membantunya."

Aira merasa iba melihat kucing itu. "Kita bisa membawanya ke rumah dan merawatnya. Mungkin dia bisa jadi teman Salju juga!"

Rina tersenyum. "Baiklah! Mari kita bawa dia pulang."

Mereka membawa kucing liar itu pulang dan memberi nama Kiki. Awalnya Kiki sangat takut, tetapi perlahan-lahan mulai merasa nyaman dengan Aira dan Salju. Aira merasa senang melihat Kiki berlari-lari dan bermain dengan Salju.

Namun, Aira juga merasakan tanggung jawab yang lebih besar. "Aku tidak pernah menyangka bisa merawat tiga kucing sekaligus," ucapnya suatu malam saat mengelus Salju dan Kiki di pangkuannya.

"Ini adalah petualangan baru untukmu," kata Rina. "Kamu sudah belajar banyak tentang cinta dan merawat hewan peliharaan."

Aira tersenyum, merasakan kebahagiaan baru. Meskipun kehilangan Luna adalah hal yang sulit, dia menemukan cara untuk mencintai hewan-hewan baru dalam hidupnya.

Hari-hari berlalu, dan Aira, Rina, Salju, dan Kiki semakin dekat. Aira merasakan betapa berartinya cinta dan persahabatan. Suatu sore, saat mereka berkumpul di taman, Aira berteriak dengan gembira, "Kita harus mengadakan perayaan untuk Kiki!"

"Perayaan? Itu ide yang bagus!" jawab Rina. "Kita bisa mengundang semua teman-teman untuk merayakan Kiki."

Mereka mulai merencanakan perayaan tersebut, mengundang teman-teman dan keluarga. Hari perayaan tiba, dan taman dipenuhi dengan keceriaan. Anak-anak bermain, tertawa, dan Kiki menjadi bintang acara.

"Lihat betapa lucunya Kiki!" Rina berteriak. "Dia sudah menjadi bagian dari keluarga kita!"

Saat malam tiba, Aira duduk di bangku taman, menatap bintang-bintang di langit. Dia merasa damai. "Aku merasa sangat beruntung. Meskipun Luna tidak ada lagi, aku memiliki teman-teman yang selalu mendukungku," ucapnya.

Rina tersenyum. "Kamu telah belajar banyak, Aira. Dan kamu telah melakukan hal yang luar biasa dengan merawat Salju dan Kiki."

"Aku berjanji akan selalu mencintai mereka," Aira menjawab. "Kehilangan itu menyakitkan, tetapi cinta tidak akan pernah pudar."

Dengan tekad baru, Aira menutup mata dan berdoa. Dia bersyukur atas semua kenangan indah yang dimilikinya bersama Luna, Salju, dan Kiki. Dia tahu bahwa cinta adalah sesuatu yang tidak akan pernah hilang, dan setiap hewan peliharaan memiliki tempat istimewa di hatinya.