Chereads / Who's the Villain? / Chapter 1 - Bagian 1

Who's the Villain?

qworamora
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bagian 1

Suara ketukan langkah kaki menggema di penjuru ruangan. Di antara tetesan air yang jatuh satu-satu ke tanah, aroma lembap menyelimuti udara—cukup untuk membuat siapa pun sesak napas.

Di sudut ruang bawah tanah itu, seorang gadis membuka matanya. Kulitnya pucat, bibir kering, dan tubuhnya penuh luka. Tangannya terikat erat oleh tali tambang kasar. Mungkin sudah empat hari ia terkurung di sini.

“Lepaskan aku,” ucapnya dengan suara parau, menatap sinis pria yang berdiri di depannya—orang yang menjadi penyebab penderitaannya.

Pria itu menyodorkan sebotol air setelah membuka sebelah ikatan tangannya. “Cepat minum. Aku disuruh Dia untuk memberimu minum.”

“Huh, kau kira aku bodoh? Pasti sudah kau racuni!” hardiknya, lalu menepis botol kaca itu hingga jatuh dan pecah di lantai tanah.

"Dasar, Kau memang bodoh mana mungkin Dia menginginkan kematianmu secara mudah seperti ini!" ujar pria itu, tersenyum miring sambil kembali mengikat tangan gadis itu.

‘Sial... Seharusnya tadi aku kabur,’ batinnya kesal.

Tiba-tiba, suara dering ponsel memecah kesunyian di dalam goa itu—ya, tempat ini bukan ruangan biasa. Ini adalah sebuah goa di tengah hutan belantara.

Pria itu melirik layar ponselnya. “Diam di sini,” ucapnya datar, lalu melangkah keluar untuk mengangkat telepon.

“Ck, tak sudi aku menuruti ucapanmu!” gumam si gadis.

'Aku harus mencari cara untuk kabur, sepertinya dia sudah pergi.' Batinnya, yang mendengar suara mobil yang mulai menghilang dari pendengarannya. Dengan cepat, matanya menyapu lantai, mencari sesuatu.

'Kaca! Aku harus mencari pecahannya.'

Meski cahaya yang masuk ke dalam goa sangat minim, pantulan pecahan botol cukup terlihat. Ia merangkak ke arah kiri, meraih pecahan kaca yang tajam, lalu mulai menggerakkannya perlahan ke ikatan pergelangan tangannya. Cukup lama, cukup perih... hingga akhirnya—krek!—tali itu terputus.

Ia buru-buru melepaskan ikatan di kakinya. Meski tubuhnya lemas, ia memaksakan diri untuk berdiri.

“Aku harus cepat…”

"Sial."

Langkahnya terseok keluar goa. Begitu cahaya menyilaukan menabrak matanya, ia terhenti sejenak. Pohon-pohon rindang menjulang tinggi. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari ke dalam hutan. Beberapa ranting dan batu mengenai kakinya, menorehkan luka-luka baru. Tapi ia terus berlari.

'Masa bodoh! Yang terpenting aku harus bebas dari sini. Mending aku mati tersesat di hutan atau di makan hewan buas dari pada mati ditangan Pria bajingan itu!'

Dia pun mencoba untuk berlari sekuat tenaganya masuk ke hutan. Kakinya beberapa kali terkena batu kecil dan ranting kayu membuat kakinya tergores dan mengeluarkan d**ah.

Tiba-tiba suara mobil terdengar dari kejauhan—pria itu kembali!

‘Sial! Aku belum cukup jauh!’

Ia mempercepat larinya—hingga sesuatu menghentikannya.

Di depannya, terdapat lingkaran cahaya hitam yang mengambang tipis seperti kabut. Di baliknya, hanya ada jurang.

‘Apa-apaan ini?!’

'Bagaimana ini, kalau Aku terus berlari Aku akan jatuh kejurang tapi jika Aku masuk ke cahaya itu....Aku tidak tau apa yang akan terjadi.' Batinnya, dia melihat cahaya didepannya dengan bingung.

Di belakangnya, suara yang familiar terdengar lagi—suara pria yang menghantui tidurnya selama empat hari terakhir. "Sial dia menemukanku!"

“Kau ingin mati?! Diam saja kau di sana!” teriak pria itu lantang.

Perempuan itu panik ketika melihat Pria itu sudah cukup dekat dengannya. 'Sialan! Kenapa larinya begitu cepat!'

"Kau kira Kau bisa kabur huh! Diam di sini atau Aku akan melemparmu ke jurang!" Ucap pria itu yang berhasil mencekal pergelangan tangan Perempuan itu.

"Ck! Lepas, lebih baik aku mati ke jurang daripada mati di tanganmu dasar bajingan!" Ucapnya dan berusaha melepas cekalan di lengannya.

'Bajingan ini, kenapa begitu kuat mencekalnya. Oh lihat, lenganku yang malang sudah ternodai dengan tangan kotornya!'

"Dasar kau menyusahkan!" Pria tersebut menarik lengan perempuan itu dan berjalan untuk membawanya kembali.

Perempuan yang di tarik itu pun dengan kuat menahan tubuhnya agar tidak terbawa oleh pria itu. Dia ingin melepaskan cekalan itu, tapi bagaimana caranya?

Dia melihat kebelakangnya lagi cahaya itu masih ada, anehnya cahaya itu menarik benda di sekelilingnya tapi bagaimana mungkin?

Cahaya itu bergetar halus dan perlahan menarik dedaunan dan serpihan debu di sekitarnya. Aneh. Seolah punya gravitasi sendiri.

"Persetan dengan akhirnya, lebih baik aku masuk ke cahaya ini saja! Aku harus lepas dari cekalannya!" Setelah mengucapkan itu dia mempunyai ide, entah apakah akan berhasil lebih baik dicoba dahulu bukan.

"Tunggu bukan kah ada yang aneh?" Dia memberhentikan langkahnya dan membuat pria itu mau tidak mau berhenti juga.

Pria itu mengernyit, "apa? Tidak ada yang aneh di sini."

"Apa kau tidak melihat sesuatu yang aneh? Bukankah ada cahaya besar di belakang sana?"

Saat pria itu lengah, dia pun dengan cepat menendang tulang kering dan kemaluannya.

"ARGHH! Dasar perempuan sialan!" Pria tersebut merintih kesakitan dan otomatis melepas cekalan gadis itu. Tidak mau buang waktu lebih lama lagi, Begitu cengkeramannya lepas, si gadis berlari cepat ke arah cahaya.

Lima langkah...

Empat...

Tiga...

Tiba-tiba tubuhnya tertarik—seolah cahaya itu menyedotnya ke dalam. Dalam sekejap, ia menghilang. Bersamaan dengan itu, cahaya hitam itu pun ikut lenyap—tak menyisakan jejak sedikit pun, menghilang seolah memang tidak ada sedari tadi.

“Kemana dia pergi?! Dia tadi di sini… Dia tidak jatuh ke jurang kan?!”

“SIALLLL!”

Dengan kesal, ia menendang batu kecil hingga terlempar masuk ke jurang. Napasnya terengah, tangannya mengepal.

“Aku harus lapor ke Tuan… Gadis itu menyusahkan sekali!”

Tanpa pikir panjang, ia kembali menuju mobil, lalu menghubungi seseorang.