Chapter 4 - δ

Balai pertemuan yang diberi nama balai rui itu, kini menjadi tempat berkumpulnya 4 penguasa langit. Di sisi kanan meja kayu berbentuk persegi panjang yang berada di tengah ruangan, duduklah Penguasa Wilayah Timur bernama Luxio. Dengan balutan kain sutra berwarna biru gelap dan bordiran emas yang berkilau, membuat kulitnya terlihat sangat bersih ditambah parasnya yang juga menawan. Dia memiliki mata yang tajam, seperti sepasang pedang yang menghunus, namun tatapannya tidak hanya memancarkan kecerdasan, tetapi juga rasa percaya diri yang dalam, seakan-akan ia selalu tahu lebih banyak daripada yang ia katakan. Tidak lupa naga berwarna biru kehijauan yang menjadi simbol wilayah timur terlihat jelas dipergelangan tangannya.

Guier, penguasa wilayah utara, duduk berhadapan dengan Luxio. Mengenakan pakaian berwarna hitam dengan sedikit bordiran berwarna merah. Dia memiliki wajah yang menggemaskan seperti anak anjing. Senyumnya yang hangat dan ceria menciptakan suasana nyaman di ruang pertemuan. Bahkan sering sekali guier menggunakan humor untuk meringankan suasana, dengan lelucon ringan yang membuat semua orang tertawa tapi terkadang sifat yang sedikit ceroboh dan kekanakan sering membuat luxio menjadi kesal. Simbol kura-kura berwarna hitam pekat juga terukir di pergelangan tangannya.

Di sebelah Guier, Zuyu duduk dengan anggun mengenakan kain sutra berwarna merah serta aksesoris yang menambah keindahannya bak seorang dewi. Senyumnya yang lembut dan sifatnya yang hangat membuatnya sangat dicintai oleh semua rakyat phanxian. Sifat lucu dan kekanakan juga dimiliki olehnya membuat zuyu dan guier sering sekali saling menggoda dan bermain-main. Burung phoenix berwarna merah keroranyean juga tampak melekat di pergelangan tangannya.

Dan yang terakhir, Raja Hubai yang juga penguasa wilayah barat duduk diantara mereka. Dia mengenakan pakaian berwarna abu-abu batu dengan bordiran berwarna putih serta jubah khas kerajaan berwarna abu metalik. Sifat yang awalnya sangat dingin dan misterius, berubah 180° saat dia berada dengan orang-orang terdekatnya, bahkan seperti orang yang berbeda sangat hangat dan ramah. Kemampuannya menyesuaikan diri ditambah pengetahuan dan kebijaksanaannya membuat luxio, guier dan zuyu menjadikan hubai sebagai raja diantara mereka berempat dan ketiga lainnya sepakat mendukung dan membantunya dalam keadaan apapun. Mereka berempat adalah teman masa kecil yang sudah seperti saudara sedarah. Di pergelangan tangannya juga ada simbol harimau berwarna silver. 

"Bagaimana rasanya setelah menikah, bai? Apakah menyenangkan?" tanya guier

"Kau kira, pernikahan itu seperti sebuah permainan, gui." Balas luxio dengan kesal dan pria yang seharusnya menjawab pertanyaan itu tertawa dengan puas

"Ya, maap. Kan aku belum pernah menikah-" belum sempat guier menyelesaikan perkataannya luxio segera menyela "aku juga belum pernah," ucapnya sembari menyelentik dahi guier 

"Hahaha... Sudah, sudah. kalian berdua dari dulu tidak pernah akur." Ucap hubai

"Tapi, Nona cha, benar-benar cantik sekali saat memasuki ruangan, aku seperti tersihir." Ucap zuyu

"Benarkan, zuzu. Aku juga berkata begitu pada xio tapi dia bilang diam saja dan perhatikan acara ini dengan baik, ishh..." Ucap guier mencoba mengadu pada zuyu

"Itu karena, kakak xio takut kau akan membawa lari pengantin wanita. Hahaha..." Goda zuyu

"Astaga, serendah itukah kau melihatku, xio," balas guier dan luxio hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah dengan temannya yang sangat penuh drama itu

"Jadi, ada apa kau memanggil kami, bai. Bahkan sehari setelah kau menikah. Bukankah seharusnya kau beristirahat." Sambung luxio

"Aku tidak bisa membiarkan hal ini berlalu begitu saja." Ucap raja hubai

"Hal penting? Apa?" Tanya luxio

"Sepertinya dunia bawah sedang merencanakan sesuatu. Aku melihat rave, orang kepercayaan raja iblis hadir disudut ruangan kemarin," ucap raja hubai

"Negeri monstrum, mereka tidak akan bisa melakukan apa-apa bai. Selama raja iblis masih terkunci dalam altar itu." Jawab luxio

"Tapi, xio. Kita tidak punya penerus naga kuning, altar tidak bisa tersegel maksimal. Bagaimana kalau ternyata mereka telah mencari cara untuk membebaskan raja iblis, karena kelemahan itu." Sambung guier

"Aku juga sedang berusaha menemukan loyi, pelayan setia naga kuning. Untuk menanyakan tentang penerus itu, sebentar lagi informanku akan menemukannya." Ucap luxio

"Tetap waspada dan berjaga-jaga itu juga penting, mungkin kak bai takut jika kehadiran rave adalah isyarat bahwa mereka akan memulai perang setelah kebahagiaan yang dirasakan dalam acara itu." Sambung zuyu

"Benar, kata zuyu. Aku tidak khawatir jika yang ditujunya hanya diriku saja, xio. Tapi bagaimana jika yang ditujunya adalah rakyat phanxian? Kita tidak boleh diam, kita perlu mengambil tindakan dan merencanakan sesuatu." Ucap raja hubai

"Apakah kita harus memperketat pengawasan?" tanya Zuyu

Luxio menyandarkan tubuhnya, memperhatikan ketiga sahabatnya. "Aku sudah mengutus pasukan bayanganku untuk mengawasi setiap gerakan mencurigakan di sekitar altar."

"Apakah kamu yakin pasukan bayanganmu cukup kuat menghadapi kekuatan dari Negeri Monstrum?" tanya Zuyu dengan nada khawatir.

Luxio tersenyum tipis, "Jangan remehkan mereka, Zuyu. Mereka tak pernah terlihat, namun kekuatan mereka lebih dari cukup untuk menahan serangan mendadak. Tapi tetap saja, ini bukan solusi jangka panjang."

Guier yang tadinya ceria, kini ikut menunduk serius. "Lalu apa rencananya, Bai? Kita tak bisa bergerak tanpa informasi yang pasti, tapi di sisi lain, kita juga tak bisa menunggu terlalu lama."

"Kita masih punya waktu," Zuyu menambahkan. "Meski penerus naga kuning belum ditemukan, segel itu masih kuat, kan?"

Luxio mengangguk. "Benar, tapi segel tanpa penerus naga kuning hanya bersifat sementara. Kita bisa menjaga kedamaian untuk sementara waktu, tapi kekuatan segel perlahan melemah. Kita harus menemukan solusi sebelum segel itu benar-benar runtuh."

Hubai yang mendengarkan dengan cermat akhirnya berkata, "Baik, ini rencananya. Luxio, kau fokus menemukan Loyi dan calon penerus naga kuning. Zuyu, Guier, kalian berdua akan memperkuat pertahanan di wilayah kalian dan cari cara untuk mengganti kekuatan segel naga kuning entah dari apapun itu jika penerusnya belum juga ada. Aku sendiri akan mengurus diplomasi dengan Negeri Arkhaic, memastikan kita punya sekutu jika keadaan memburuk."

"Kalau begitu, mari kita lakukan yang terbaik. Kita semua sudah seperti keluarga, dan aku tak ingin ada di antara kita yang terluka." ucap Guier

Namun tiba-tiba hwall, pengawal pribadi raja hubai masuk kedalam ruangan. Hwall terlihat sangat tergesa-gesa dengan raut wajah panik dia berbisik " Hormat kepada yang mulia raja hubai, maaf yang mulia, saya baru saja mendapatkan informasi dari pelayan istana bahwa terjadi penyergapan diam-diam, dan melukai nona cha. Namun target sebenarnya adalah anda, yang mulia."

"Apa? Aku akan segera kesana hwall. Pertemuan kita sampai disini dulu. Xio, zu, dan gui kalian bisa langsung kembali saja." Ucap raja hubai lalu segera beranjak dari duduknya dan berlari menuju kamar tacha

Setelah pertemuan berakhir, Luxio melangkah keluar dari Balai Rui dengan pikiran yang berat. "Ini akan menjadi perjalanan yang panjang," pikirnya. Luxio tahu bahwa menemukan Loyi, pelayan setia naga kuning, bukanlah tugas yang mudah. Loyi telah menghilang bertahun-tahun lamanya, dan jejaknya hampir mustahil ditemukan.

Sementara itu, Zuyu berjalan menuju gerbong kuda yang sudah disiapkan untuknya di depan balai. Saat ia melangkah naik, pengawal pribadinya, seorang wanita bernama Aom, menatapnya khawatir. Setelah menyandarkan tubuhnya sejenak Zuyu kemudian berkata, "Persiapkan pasukan cadangan dan pastikan mereka siap untuk dipanggil kapan saja. Aku dan juga guier akan segera pergi mencari cara agar segel altar tetap kuat, jadi selama aku pergi, tolong jaga wilayah selatan dengan baik." Aom mengangguk dan segera melaksanakan perintah, meninggalkan Zuyu dalam kesunyian gerbong yang bergerak pelan.

Di sisi lain, Guier kembali ke wilayah utara dengan langkah riang meski pikirannya sibuk. Sesampainya di istana, dia langsung mencari seorang penasihatnya yang paling dipercaya, Baou. "Baou, aku ingin kau mengirimkan utusan untuk memperingatkan suku-suku di pegunungan bahwa kita mungkin menghadapi ancaman dari Negeri Monstrum." Baou, seorang pria berusia paruh baya dengan wajah serius, mengangguk dalam-dalam. "Tentu, Yang Mulia." Guier kemudian menepuk pundak Baou, senyumnya kembali. "Dan ingat, jangan terlalu serius. Kita akan baik-baik saja. Bahkan selama aku tidak ada di sini."

Dan jauh di dalam Negeri Monstrum, di balik kegelapan, Rave berdiri di depan raja iblis yang tersegel, tersenyum licik. "Waktumu hampir tiba, Yang Mulia. Segel itu perlahan melemah. Dunia ini akan menjadi milikmu lagi."