Trang,..trang,.. Suara dentuman logam beradu terdengar nyaring dengan di sahuti teriakan-teriakan kematian.
Di suatu tempat yg indah di penuhi oleh gunung-gunung yg menjulang tinggi , istana yg megah berdiri disana. Namun keindahan itu sirna disaat banyaknya bercikan darah di setiap sudut.
Terlihat juga peperangan yg sangat hebat terjadi disana, kedua belah pihak saling jual beli serangan.
"Hahaha,.. Aku akan menguasai alam dewa di seluruh alam semesta" Ucap seorang pria setengah baya bertanduk sambil menodongkan pedangnya ke salah seorang yg terluka cukup parah.
Orang itu berpakaian zirah serba putih dipadukan dengan garis-garis merah di lengannya, dia bangkit dengan tergopoh-gopoh dan memijakan pedang nya sebagai pijakan.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu iblis" Ucap pria itu sambil menyeka darah di sudut bibirnya.
Iblis itu kemudian tertawa mendengar ucapan lawannya "terus lah berbicara selagi kematianmu di tanganku belum tercabut" Ucapnya.
Orang berzirah putih itu tersungging tersenyum , kemudian dia melentangkan pedangnya ke atas langit ,kemudian dia mengaliri energi ke arah pedangnya. "Kelak seorang manusia akan membawa perdamaian di alam semesta ini, dan dialah yg akan menjadi pencabut nyawa bagi setiap mahluk berhati buruk seperti mu".
Ucapnya menggelegar kemudian petir berwarna hitam menyambar ujung pisau pedang tersebut. Pria itu kemudian melemparkannya ke arah portal yg dia ciptakan.
Iblis itu yg melihat pedang lawannya di lemparkan dia langsung melesat mencoba mengambil senjata tersebut. Namun naas lawannya itu dengan tenaga sisa nya langsung melesat mencegah iblis itu memasuki portal yg sebentar lagi tertutup.
" Minggir kau bedebah!!.." Teriak iblis itu sambil mengeluarkan energinya. Namun lawannya berhasil menahan energi tersebut dan kemudian dia menambah kembali energi miliknya dan langsung menyerang iblis itu.
Dengan kekuatan yg tersisa pria itu mengeluarkan tehnik terkuat di alam dewa, namun tehnik itu ialah tehnik terlarang yg mengharuskan pemakainya juga ikut mati terkena serangannya sendiri.
Namun dia sudah memiliki tekad demi bisa melukai iblis itu walau pun tidak mati.
"Sial dia memakai tehnik itu" Ucap iblis itu sambil menahan dorongan lawannya.
"Tehnik penghancur tubuh" Ucap pria itu pelan namun masih bisa terdengar.
Iblis itu meronta-ronta agar bisa lepas dari cengkraman lawannya, namun dia terlambat. Ledakan besar langsung menggelugur hingga membuat semua orang dan iblis yg berperang menghentikan pertarungan mereka.
Para pasukan itu menatap ke sebrang gunung yg hancur lebur akibat ledakan yg terjadi.
Blussss... Hembusan angin dicampur energi langsung merembas ke seluruh area tersebut , bahkan gunung² dan istana yg megah langsung hancur tersapu oleh angin tersebut.
Para pasukan yg tersisa langsung terhempas dan bahkan ada yg hancur akibat terbentur bebatuan.
***
800 tahun kemudian
Di tempat lain tepatnya di sebuah desa yg cukup ramai, disana ada seorang pemuda berumur 15 tahun sedang terduduk lemas di sudut sebuah toko, pakaiannya lusuh dan kotor membuat penampilan pemuda itu sangat buruk.
Sambil meletakan tangannya kedepan dia lirih berkata pelan. "Tuan.. Nona.. Berilah pengemis ini sedikit uang untuk membeli makanan" Ucapnya.
Namun semua orang yg lewat nampak tidak begitu peduli dengan pemuda tersebut. Namun tiba-tiba datang seorang wanita cantik berpakaian bagus datang menghampiri pemuda itu.
Wanita itu sepertinya berumur sama dengan pemuda pengemis tersebut, dia dengan di dampingi 4 orang pria berpakaian seperti murid menghampiri pemuda pengemis itu.
Wanita itu kemudian meletakan 1 kantung berisi koin perak yg cukup banyak ke atas telapak tangan pemuda itu.
Pemuda itu yg awalnya hanya menunduk kemudian dia menganggkat wajah nya, senyum lebar langsung terpancar di wajah pemuda itu.
"Nona chen , terima kasih atas kebaikan hati anda" Ucap pemuda itu sambil berlutut menangkupkan tangannya.
"Sama-sama, kalau begitu aku pergi dulu. Aku mesti pulang cepat ke sekte" Balas gadis tersebut. Pemuda itu menganggukan kepalanya pertanda mengerti.
Namun di suatu sisi keempat pengawal nona chen tadi berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke arah pemuda itu.
Setelah gadis dan pengawalnya itu pergi, pemuda itu langsung bangkit dan membeli beberapa potong roti dan daging.
Setelah membeli makanannya pemuda itu tampak pergi ke sebuah hutan.
Di dalam hutan itu terdapat gubuk kecil yg di kelilingi beberapa tanaman herbal.
Didalam gubuk itu ada seorang wanita parubaya sedang memasak umbi-umbian.
Namun kegiatannya terhenti saat ada suara seseorang memanggilnya yg dia kenal.
"Nenek.. Nenek.. Aku kembali" Ucapnya.
Wanita parubaya itu membukakan pintu gubuknya itu, kemudian dia terkejut karena dia melihat beberapa kantung makanan di bawa oleh pemuda tadi.
"Xio li, dari mana kamu mendapat roti dan daging ini?" Tanya nenek itu sambil membelai pemuda tersebut.
"Aku bekerja di pasar nek , tadi aku membantu seorang gadis yg sedang kesusahan membawa barangnya" Ucapnya berbohong.
"Syukurlah jika kamu bekerja, nenek khawatir kamu mendapatkan semua ini dengan mencuri" Ucap nenek tersebut sambil tersenyum.
"Aku mana mungkin berani mencuri nek, aku kan selalu mengingat-ngingat ucapan nenek yg kini terus menempel di kepalaku" Balas xio li.
"Bagus.. Ya sudah kamu bersihkan lah dirimu dulu, dan itu biar nenek yg masak. Jika kamu lapar nenek tadi sudah memasak singkong di dapur" Ucap nenek itu.
Xio li pun tersenyum kemudian dia memberikan beberapa kantung berisi daging dan roti kepada neneknya itu.
Tak terasa malam pun tiba, di dalam gubuk disana ada xio li dan neneknya yg sedang makan enak bersama.
Tampak senyuman neneknya itu membuat xio li senang bahagia. Walaupun hanya berdua saja tetapi itu tidak membuat keharmonisan sebuah rumah hilang.
Xio li sesekali juga bercanda dengan neneknya, begitupun sebaliknya. Namun ketika makanan mereka sudah habis, tiba² wanita paru baya itu menepuk jidatnya.
"Nenek lupa mengambil air untuk minum tadi"ucapnya.
" Biar aku yg mengambil nek, jika nenek mengambil malam² begini nanti bisa tersandung ranting pohon" Ucap xio li sambil mengambil 2 bilah bambu yg berukuran 1 meter.
"Baiklah, kalau begitu hati²"
Xio li pun pergi ke arah sungai dengan santai, di tangan kanannya dia membawa sebuah obor untuk menerangi jalannannya. Jarak ke arah sungai cukup dekat, namun yg membuatnya sedikit lama ialah karena dia harus hati² saat menuruni jalan yg sedikit miring, apalagi saat di malam hari.
20 menit kemudian dia sampai di bibir sungai, dia pun mengambil air sungai itu dengan wadah bambu yg dia bawa.
Disaat sudah kedua bilah bambunya terisi dia kemudian berjalalan menaiki jalan yg miring tadi, namun dia tiba² menghentikan langkah kakinya di saat mendengar ucapan seseorang.
"Dimana dia adik perguruan, apa kau melihat pergerakan sesorang di sana" Ucap salah satu orang yg memakai penutup kepala.
"Tidak senior, apakah nenek itu berbohong kepada kita" Balas salah satunya lagi.
"Tidak mungkin dia berbohong, kan kita mengaku kepadanya sebagai teman pemuda itu"
Xio li yg kendengar itu langsung mematikan obornya, dia bersembunyi di balik semak², karena suasana nya yg gelap gulita jadi untung saja dirinya tidak mudah di ketahui.
Pemuda itu langsung menghawatirkan neneknya saat mendengar ucapan 2 orang itu.
"Ayo kita cek ke dekat sungai itu" Ucap orang itu.
Di saat kedua orang itu sudah menuruni jalan, xio li langsung keluar dari semak² secara berhati-hati agar tidak menimbulkan suara, kemudian dia berlari kencang agar cepat sampai ke gubuknya itu.
Suasana hutan yg gelap tidak membuatnya kebingungan, mungkin itu karena dia sudah sering kesini jadi dia sudah hapal arah jalannya.
Beberapa menit kemudian dia hampir sampai ke gubuknya itu, namun dia tiba² melebarkan matanya di saat melihat orang yg di sayanginya terbaring berbalur darah merah yg keluar dari mulut dan perutnya.
Kemudian tiba² keluar 2 orang pria yg berpakaian sama dengan 2 orang saat di sungai tadi.
"Tidak ada, adik. Lebih baik kita bakar saja tempat ini dan nenek ini agar tidak menimbulkan jejak" Ucap salah seorang itu.
Kedua orang itu langsung menggusur nenek xio li kedalam gubuknya itu, namun tiba² salah seorang dari mereka menggeram kesakitan.
Ternyata xio li memukul salah satu pria itu dari belalang dengan menggunakan cangkul.
"Sialan kau bocah.." Ucap seorang yg terluka itu.
"Adik , tangkap bocah itu dan bunuh dia juga" Lanjutnya sambil memegang punggung yg sobek akibat cangkul yg di pukulkan xio li cukup keras.
"Xio li lari lah" Ucap pelan wanita paru baya itu.
"Tidak akan nek, aku akan membunuh mereka berdua karena sudah berani mencelakai nenek" Balas xio li sambil berderai airmata.
"Banyak bicara kau bocah, hiyaa" Ucap orang yg di sebut adik itu.
Orang itu langsung menerjang ke arah xio li, pemuda itu yg melihat itu pun mencoba menyerang lawannya dengan mengayun-ngayunkan cangkul yg di pegangnya.
Namun karena pengalaman yg berbeda, xio li berhasil di jatuhkan oleh pria tersebut. Pemuda itu langsung di pukuli bahkan hingga di injak² tanpa belas kasihan.
Pemuda itu pun mengalami luka yg cukup parah, tulang²nya banyak yg patah, dan luka dalamnya sangat dalam.
Namun tiba² kegiatannya itu dihentikan oleh seseorang yg langsung mendorongnya.
"Kenapa kalian malah membunuh ke dua orang ini hah?" Ucap salah seorang yg tadi berada di sungai.
"Sial.. Aku menyuruh kalian hanya untuk berjaga saja dan jangan membunuh" Lanjutnya dengan suara sedikit keras.
"Ma-maaf senior, aku melakukan ini karena mereka hendak membunuh teman kita" Balasnya sambil menunjuk ke salah seorang yg terluka di bagian punggung.
"Benar senior , aku hendak di bunuh tanpa alasan oleh pemuda itu" Ucapnya.
"Baiklah aku mengerti, namun apa yg akan kita buat dengan mayat mereka?" Ucap orang yg lebih tua itu.
"Mending kita bakar saja senior, bersama dengan gubuk ini agar kita tidak meninggalkan jejak" Ucap seorang yg menyerang xio li.
"Baiklah sebelum itu kalian rampas dulu harta mereka"
Mereka pun meraba² tubuh xio li yg sudah tidak sadarkan diri, dan mereka pun mendapatkan sisa uang dari pemberian nona chen tadi siang.
Setelah itu tubuh xio li dan neneknya pun dibawa masuk kedalam gubuk, mereka pun langsung membakar gubuk itu dan langsung melarikan diri. Sementara teman mereka yg terluka dibopong oleh kedua temannya.