Chapter 3 - Chapter 03 - Creator

***

~ Plain Tree, Pohon Kembar Di Sisi Utara Greenevile ~

Setelah mengikuti arahan dari Nathalie sebelumnya, akhirnya Artless berhasil menemukan sepasang pohon kembar yang terdapat Magic Leaf.

Diantara pohon kembar itu, terdapat sebuah pintu tak terlihat yang merupakan jalan masuk ke desa Elvish.

>>

Jendela Sistem Otomatis Terbuka >>

Player Kode 0099 Artless Berhasil Meyelesaikan Quest Kedua : Temukan Desa Elvish Di Hutan Tersembunyi !

Reward Quest : Ordinary Map, 1500 Exp, 5 Sp !

Ordinary Map ....

.... Lewati Deskripsi Sistem >>

Tutup Jendela Sistem >>

>>

Bukankah disini tempatnya? Aku tidak melihatnya ....

Lalu Artless memperhatikan pohon kembar itu, dan dia seperti melihat ada pantulan cahaya warna putih diantara pohon kembar itu.

Saat Artless ingin mendekati pantulan cahaya itu, tiba-tiba diantara pohon kembar itu muncul dua orang Elvish.

"Tunggu! Apa kau seorang Player? Bagaimana kau menemukan tempat ini? Dan apa tujuanmu datang ke tempat ini?" Tanya Net, Elvish penjaga dengan bersenjata tombak di tangan kiri.

"Ah maaf, aku seorang Player. Namaku Artless, dan aku sedang menjalankan Quest Deliverance Elvish,"

"Eh, itu Quest yang dulu diciptakan Ratu kami. Lalu, bagaimana kau bisa mendapatkan Quest itu?" Tanya Nash, Elvish penjaga dengan bersenjata tombak di tangan kanan.

"Aku mendapatkan Quest ini di reruntuhan secara kebetulan,"

Setelah Artless menjawab, tiba-tiba dari kedua pohon itu muncul serpihan-serpihan Suit warna putih. Lalu serpihan-serpihan itu berputar di sekitar Artless, dan Suit itu tidak berubah warna. Yang mana itu adalah tanda jika apa yang dikatakan Artless bukanlah kebohongan.

Setelah serpihan-serpihan Suit itu menghilang, dari belakang penjaga itu muncul sebuah gerbang masuk desa yang sebelumnya disembunyikan dengan penghalang. Lalu penjaga Nash memberikan token khusus berbentuk gelang warna emas sebagai tamu.

"Selamat datang di desa kami Player Artless," sambut Nash dan Net bersamaan.

"Terima kasih penjaga ..."

Setelah mendapat token, Artless langsung masui dan melewati jalan desa dengan santai.

***

~ Filian Village, Desa Tersembunyi Para Elvish ~

Meski aku seorang Observer, aku tidak bisa menampakkan diriku di sana. Jadi, saat kau sampai di desa, kau harus menyampaikan pesan ku pada Nerinna ...

Artless kembali mengingat pesan yang ditinggalkan oleh Nathalie sebelum mereka berpisah.

Filian Village, sebuah desa para Elvish yang letaknya tersembunyi dan tidak ada di dalam peta. Desa mereka berada di dungeon di bawah pohon kehidupan dan keberadaannya disamarkan dengan Suit warna Cyan.

Di dalam desa itu, terdapat kurang lebih 100 rumah yang terdiri dari 2-4 anggota keluarga. Masing-masing rumah mereka berbentuk rumah pohon yang cukup besar dan menyatu dengan pohon kehidupan.

Selain rumah pohon, ada juga beberapa toko yang menjual aneka kebutuhan harian. Lalu ada juga sebuah taman terbuka yang penuh dengan bunga dan sebuah air mancur.

Dan tak jauh dari taman itu, ada sebuah jalan yang cukup luas dimana jalan itu menuju ke arah alun-alun. Dimana di tempat itu sering diadakan berbagai festival dan acara hiburan.

Lalu di tengah alun-alun itu, ada sebuah patung seorang wanita membawa tongkat di tangan kanan, dan sebuah buku di tangan kiri. Di kepala patung itu ada sebuah mahkota yang terbuat dari akar pohon dan beberapa daun.

Hari itu, suasana di desa tampak sepi karena di alun-alun sedang diadakan festival berburu. Tidak heran jika saat melewati desa itu, Artless hanya bertemu dengan beberapa penduduk.

Setelah melewati sebuah taman, Artless berjalan ke arah pertokoan sambil melihat jendela sistem.

>>

Sistem Mata Uang >>

Emas 150 koin

Perak 9.250 koin

Perunggu 18.500 koin

Diamond ....>> Mata Uang Diamond Belum Bisa Digunakan >>

Jendela Sistem >>

Tutup Jendela Sistem >>

>>

* 1 koin emas : 1.000 perak. 1 koin perak : 100 perunggu.

Artless lalu menghampiri sebuah toko roti bernama Liana Bakery untuk membeli beberapa persediaan.

"Ah, selamat datang pelanggan. Namaku Rhea, apa ada sesuatu yang kau butuhkan?" Ucap Rhea, seorang Elvish pemilik toko.

"Hallo ... namaku Artless. Bisakah kau merekomendasikan beberapa roti untukku?"

"Tentu saja. Tapi maaf sebelumnya, sebenarnya ada tiga jenis roti rekomendasi. Tapi ada satu jenis roti yang saat ini kosong. Karena itu roti terbatas, jadi untuk saat ini hanya tersedia dua jenis rekomendasi," jelas Rhea.

"Ah, tidak maslah. Cukup kau rekomendasikan saja apa yang cocok untuk dibawa bepergian,"

Rhea merasa lega mendengar ucapan Artless, dan langsung mengambil dua jenis roti basah dari kotak penyimpanan.

"Baiklah ... yang ini adalah roti basah dengan selai madu merah muda. Madu spesial yang hanya ada di desa kami. Dan untuk yang ini, ini roti basah dengan isian daging Beast terbaik yang dibungkus dengan Magic Leaf. Masing-masing berharga 2 Gold untuk 5 potong," jelas Rhea.

"Sepertinya enak. Kalau begitu aku beli masing-masing 10 potong. Oh iya dan 2 botol air putih,"

"Baik, untuk harga 20 potong roti adalah 8 Gold dan untuk 2 botol minuman adalah 1 Gold. Total keseluruhan 9 Gold,"

"Ini 10 Gold, dan simpan saja kembaliannya,"

"Terima kasih pelanggan ..." Balas Rhea.

Rhea merasa senang karena sudah lama tidak melihat seorang Player yang datang di desanya. Apalagi saat dia melihat tanda daun warna emas di atas kepala Artless dan itu merupakan tanda spesial.

Sementara itu Artless tengah duduk di kursi taman untuk memeriksa Inventory.

>>

Inventory >> All Inventory >>

- 9 / 15 -

1. Jagdkommando [ Equipment ]

2. Bakuryu Neckerchief [ Item ]

3. Saphira Blood [ Item ]

4. Red Bat Queen Blood [ Item ]

5. Golden Chest 001 [ Item ]

6. Ordinary Map [ Item ]

7. Honey Bread Special Food 10x [ Item

8. Meat Buns Special Food 10x [ Item ]

9. Fresh Water Reguler Drink 12x [ Item ]

>>

Jendela Sistem >>

Tutup Jendela Sistem >>

>>

Persediaan ini seharusnya cukup. Dan untuk sekarang, aku harus bertemu dengan kepala suku ....

Setelah cukup dengan persediaan itu, Artless bergegas pergi mencari keberadaan kepala suku.

***

~ Taman Kupu-Kupu Desa Filian ~

Seorang gadis Elvish rambut kuning tengah asyik berlari mengejar beberapa kupu-kupu. Lalu tidak sengaja dia tersandung batu kecil hingga terjatuh dan menyebabkan luka di kakinya.

Artless yang melihat Elvish yang hampir menangis itu, dia langsung menghampiri untuk menolongnya.

"Elvish kecil, dimana rumahmu? Aku akan bantu antar kamu pulang,"

"...."

Elvish itu perlahan melihat ke arah Artless, dan sedikit heran melihat adanya tanda daun emas di atas kepala Artless. Karena Elvish itu tidak merasa takut, dia lalu melihat ke arah sebuah rumah dan menunjuknya dengan sedikit malu.

"Emmm ... itu rumah Nenek ada disana,"

"Baiklah, ayo naik ..."

Artless langsung membungkuk, dan Elvish kecil itu naik ke punggung Artless tanpa ragu. Dengan sigap, Artless menggendongnya.

Hanya dalam beberapa langkah, mereka sampai di depan sebuah rumah. Lalu Elvish kecil itu menarik sebuah akar pohon, dan suara bel berbunyi dengan merdu.

Tak lama kemudian, pintu itu terbuka dan seorang Elvish tua tiba-tiba terkejut melihat Artless ada didepannya. Begitu melihat ada tanda emas di atas kepala Artless, dia langsung mengerti.

"Ah, maaf jika merepotkanmu. Dan terima kasih sudah menolong cucu kecilku," Ucap Nenek.

"Tidak perlu sungkan Nek. Tadi dia terjatuh di taman dan kakinya terluka,"

Artless lalu menurunkan Elvish kecil itu, namun dia tidak menyadari jika luka di kaki Elvish itu sudah sembuh. Lalu ketika Evish kecil itu sudah turun, dan tanpa ragu dia merangkul lengan kanan Artless.

"Kakak daun emas, apa kau suka coklat?" Tanya Elvish kecil itu.

"Oh tentu saja aku suka. Eh, apa maksudmu daun emas?" Artless bingung karena tidak tahu dengan maksud panggilan daun emas.

"Hohoho ... silahkan masuk untuk minum secangkir teh," ajak nenek sambil menuntun Artless masuk ke dalam rumah dengan diikuti si Elvish kecil itu.

Dengan ramah, Nenek mempersilahkan Artless untuk duduk. Lalu Nenek meminta Elvish kecil itu untuk masuk ke salah satu kamar.

Tak lama kemudian, Nenek kembali sambil membawa dua cangkir teh hangat dan teko kecil. Lalu disusul oleh gadis Elvish rambut biru membawa dua kotak makanan kecil.

Setelah menaruh dua kotak makanan, Elvish itu menyapa Artless dengan senyum lalu berjalan masuk ke kamar Elvish kecil sebelumnya. Dan hanya Nenek menemani Artless.

"Itu cucuku yang bernama Marelin, kakaknya si kecil Martha. Oh maaf, kalau boleh Nenek tahu siapa namamu?"

"Ah, namaku Artless,"

"Lalu, apa yang membawamu datang ke desa kecil kami?"

Artless tidak menjawab pertanyaan itu, dan langsung memperlihatkan sebuah Item yang sudah diambilnya dari penyimpanan.

"Tolong lihat ini," Artless memberikan Item Red Bat Queen Blood.

"I-ini adalah darah leluhur dari saudari Vampir. Dan ini adalah Item yang selama ini dibutuhan Ratu. Ah maaf, darimana kau mendapatkannya?"

"Itu diberikan oleh seorang Vampir bernama Carina,"

"Oh, sepertinya bocah nakal itu masih bersembunyi disana. Baiklah, dengan Item ini kau tidak perlu menjelaskannya. Biarkan Nenek ini mengantarmu untuk bertemu kepala suku,"

"Terima kasih Nek, maaf merepotkan. Tapi maaf sebelumnya, aku ingin bertanya. Apa maksud dari daun emas?"

"Hohoho ... soal itu, akan lebih baik jika kau mendapatkan jawabannya langsung dari Ratu,"

"Ah, seperti itu. Baiklah mohon bantuannya Nek,"

"Hohoho ... kalau begitu, ayo kita pergi setelah teh ini habis ..."

***

~ Lucid Navel System ~

Di dalam ruang sistem, beberapa Creator tengah mengamati beberapa Server aktif.

Meski mereka sesama Creator, tak ada satupun dari mereka yang melepas bentuk Avatar. Itu karena bertujuan untuk menyembunyikan wajah mereka.

Meski bentuk Avatar mereka sama, ada tulisan nama berwarna biru yang membedakan mereka. Nama itu ada diatas kepala mereka. Meski tidak saling menunjukkan wajah, mereka sebenarnya sedikit akrab.

"Apa ada pergerakan dari para Crator?" Tanya Lux.

"Ada laporan dari Server Yellowint milik Observer Tyara. Beberapa saat yang lalu, tiga orang Crator menghancurkan benteng pertahanan dari salah satu pusat kota dan membunuh lima Player," jelas Nic.

"Hey lihat, di Server Redviolance muncul seorang pemula yang cukup menarik. Dia baru saja mengalahkan seorang Crator dan mendapatkan Equipment dari Crator itu," sahut Lou.

"Player Kode 0100 Fegas. Setelah membunuh Crator, dia langsung naik ke Level 90. Yah, itu cukup cepat bagi seorang pemula di hari pertama," ucap Lux.

Tak lama kemudian, seorang Creator tiba-tiba masuk ke ruangan itu tanpa permisi.

"Yuhuuu ... aku kembali! Eh, Lux? Tumben sekali kau masih disini? Oh, apa ada hal menarik yang tidak aku ketahui?" Ujar Jez.

"Tidak ada. Kalaupun ada, aku tidak akan memberi tahumu," sahut Lux.

"Hey Lux, apa kau masih kesal denganku? Sudah ku bilang, bukan aku yang mengubah Sistem sementara. Dan semua itu sudah terjadi ketika aku tiba disana," jelas Jez.

"Hey Jez, kau salah. Lux kesal karena kau mendapat undangan makan malam bersama Nona Irielle," jelas Lou.

"Oh, sepertinya Lux cemburu," sahut Nic.

"Diam kau Nic!" Sahut Lux.

"Hey, hey ... apa kalian belum tahu jika ada yang lebih menarik di Server Green Earther," ucap Jez.

Mendengar Jez menyebut nama Green Earther, membuat mereka langsung tertarik karena itu berasal dari Server yang sebelumnya mengalami error.

>>

Membuka Server Green Earther >> Mencari Database Aktif >> Ditemukan Database Dengan Kode 0099 >> Kode Player Ditemukan !

Kode : 0099

Nama : Artless

Server : Green Earther

....

....

Recent Update :

Mendapatkan Item Uncertain

Mendapatkan Equipment Mythic

Mendapatkan Class Speciality

....

....

>>

"Apa ini hasil aktivitas pembaruan dari Player baru?" Tanya Nic.

"Coba saja periksa aktivitas di servernya," ucap Jez.

Lalu Nic membuka aktivitas Server yang membuat mereka penasaran.

"Eh, Server Greeneville? Bukankah ini Server milik Nath yang sudah dihapus. Tapi Nath saat ini sudah memiliki Server berbeda," ucap Lou.

"Oh, kau benar Lou. Itu juga sudah cukup lama. Apa itu berarti Nath me Recovery nya ke orang lain?" Ucap Nic.

"Jadi karena itulah kenapa sistem mengalami distorsi. Lalu siapa pemilik Server sekarang?" Tanya Lux.

"Nathalie," ucap Jez.

"Nathalie? Aku baru mendengar namanya," Sahut Lux.

"Oh, itu Observer baru yang sebelumnya ada di undangan makan malam. Dan saat itu Nath juga ada disana," jelas Jez.

"Hey lihat, Player Artless sedang menjalankan Quest," ucap Nic.

"Hmmm ... pantas saja dia mendapatkan Equipment tingkat Mythic. Yah, itu tidak berguna jika Level dia saat ini masih rendah," ucap Lux.

"Oh, aku jadi ingin mengawasinya," ucap Lou.

"Apa kau mencoba mencurinya dariku?" sahut Nic.

"Sejak kapan kau tertarik untuk mengawasi Player baru? Lagipula kau sudah memiliki banyak Player," balas Lou pada Nic dengan kesal.

"Untuk apa kalian rebutan, jika Player itu ada di bawah Nathalie," sahut Lux.

Karena ucapan Lux ada benarnya, membuat Lou dan Nic tidak bisa membalas.

"Hahaha ... aku jadi lapar. Aku akan pergi dulu untuk makan siang," ucap Jez.

"Hey Jez, tunggu aku ..." sahut Nic.

Jez dan Nic pergi meninggalkan ruangan itu.

***

~ Jalan Setapak Desa Filian ~

Sementara itu, Artless dan Nenek tengah berjalan melewati jembatan kayu yang mengarah pada sebuah perkebunan yang cukup luas. Dan terlihat diseberang kebun itu ada sebuah rumah.

"Artless, setibanya di tempat kepala suku kau jangan kaget ya,"

"Eh, memang ada apa disana Nek?"

"Hohoho ... nanti kau akan tahu,"

"Ah, baiklah ..."

Setelah beberapa langkah, mereka akhirnya sampai di depan rumah itu. Rumah dengan dinding kayu berwarna coklat itu terlihat seperti memancarkan cahaya pelangi. Dan atap berdaun hijau itu cukup mencolok karena cahaya matahari.

Lalu di samping rumah itu ada beberapa tanaman yang mengandung Magic Leaf. Dan ada juga air mancur kecil yang mengandung Suit warna putih.

"Yooo Sheila, bagaimana keadaanmu?" Tanya Nenek pada seorang Elvish rambut abu-abu yang tengah duduk di sebuah kursi kayu.

Elvish berpakaian putih bernama Sheila itu dengan sigap menghampiri Nenek.

"Thesa! Kenapa kau tidak bilang kalau mau datang. Ah, aku sudah lebih baik. Lalu dimana Martha? Apa dia sudah berhasil membuat coklat?"

Oh, tenyata Nenek namanya Thesa. Lalu, Elvish kecil ini akrab sekali dengan Nenek. Apa dia cucu dari kepala suku? Tapi kenapa rasanya ada yang salah ....

Artless memperhatikan Sheila dengan bingung karena dimatanya mereka tidak terlihat seperti Nenek dan cucu, tapi lebih seperti teman seumuran.

Karena Sheila mengetahui Artless mengamatinya dengan serius, dia pun mendekati Artless.

"Wah ... ternyata anak daun emas! Sudah lama aku tidak melihatnya. Namaku Sheila, siapa namamu nak?" Tanya Sheila.

"E-Eh, namaku Artless. Salam kenal Sheila,"

Apa barusan dia memanggilku nak? Bukankah dia seumuran dengan Martha? Aku jadi bingung harus memanggilnya apa. Tapi entah kenapa aku jadi kepikiran ucapan yang Nenek bilang sebelumnya ....

"Ah, maaf Artless, aku sudah membuatmu bingung. Sepertinya Thesa belum memberitahumu. Meski aku terlihat seperti anak kecil, aku ini seumuran dengan Thesa," ucap Sheila.

"Hohoho ... Sheila memiliki kemampuan 'Unique Form', dan itu bisa membuatnya merubah bentuk tubuh. Kalau di umur normal Elvish, dia berumur 2.000 tahun sama sepertiku," jelas Thesa.

Eh, jadi ini yang dimaksud Nenek? Dan ternyata memang ada kemampuan seperti itu. Tunggu! Jika seperti itu, bukankah aku baru saja melakukan kesalahan ...

Mendengar penjelasan Thesa, Sheila langsung merubah bentuk yang terlihat seumuran dengan Artless.

"Apa aku terlihat cantik, Artless?" Tanya Sheila pada Artless untuk menggodanya.

Artless yang kaget, tidak sengaja malah melihat kearah dada Sheila.

"Eh, i-itu besar sekali. Ah! M-Maaf Nenek Sheila! Aku tidak bermaksud melihat kearah itu. Dan maaf jika aku tidak sopan sebelumya," ucap Artless dengan menahan rasa malu dan gugup.

"Berhentilah menggodanya Sheila. Ada hal penting yang ingin aku dan Artless sampaikan, karena ini berhubungan dengan Ratu," sahut Thesa.

"Ah, maafkan aku Artless. Maaf juga Thesa. Kalau begitu ayo kita masuk ke dalam," balas Sheila.

Lalu Sheila mengajak mereka berdua untuk masuk ke dalam rumah.

"Oh, dan untukmu Artless, bisakah kau tidak memanggilku Nenek?" Sambung Sheila sambil mengedipkan mata kirinya.

"Eh, t-tentu saja ..." Balas Artless.

Apa yang harus aku pilih untuk pengganti panggilan? Apa aku coba saja dengan memanggilnya Bibi setelah ini? Ah, tapi bagaimana bisa aku memanggilnya Bibi dengan wajah yang cantik dan semuda itu ....

Sheila tersenyum begitu tahu Artless akan memanggilnya dengan panggilan Bibi.

Dan Artless belum menyadari jika Sheila juga memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain.

***