Gu Jiao memberinya tatapan 'kamu-tolol': "Kalau ada toko yang lebih baik, kenapa kamu tidak memakainya sendiri?"
Pria itu terdiam.
Pemilik toko kedua tahu pihak lain berpengaruh dan tidak ingin menyinggung mereka, tapi dia mengerti temperamen Gu Jiao—selalu setuju dengan dia dan tiba-tiba dia yang benar, begitu kah?
Menyadari bahwa dia tidak bisa membujuk Gu Jiao, pria itu berpaling ke pemilik toko kedua dan tersenyum, "Kenapa ribut? Saat saya menemukan pemilik properti dan meyakinkannya untuk tidak menyewakan tempat kepada kamu, bukankah kamu harus pindah juga?"
Pemilik toko kedua mengangkat tangannya, "Itu belum tentu terjadi."
Alis pria itu berkerut—mengapa mereka berdua begitu keras kepala?
"Kamu..."
Ucapannya terpotong oleh suara dingin.
"Kamu, apa? Tidak mendengar dia menolak usulanmu? Apa, kamu berencana untuk mengintimidasi rakyat jelata atas nama permaisuri putri? Setahu saya, dia tidak memberimu wewenang untuk mengganggu orang-orang!"