Ni Cuihua adalah orang desa tulen, sangat dipengaruhi oleh tradisi memfavoritkan laki-laki daripada perempuan, dan tidak mendapatkan pendidikan formal sejak kecil.
Saat masih anak, hari-harinya diisi dengan memetik bayam duri dan bekerja keras di ladang kolektif untuk mendapatkan poin kerja.
Namun, kondisi seperti itu bukan hanya dialami oleh Ni Cuihua. Banyak wanita desa seumurannya yang buta huruf.
Beberapa bahkan tidak pernah meninggalkan kabupaten mereka seumur hidup.
Membaca alfabet?
Ni Cuihua terkejut pada awalnya, lalu tiba-tiba tertawa lepas, "Pada usia saya? Belajar membaca?"
Buta huruf adalah masalah besar dan sangat tidak nyaman.
Setiap kali Ni Cuihua memegang tumpukan kertas untuk bertanya kepada Ni Yang mana yang penting dan mana yang bisa dibuang, itu menyentuh hati Ni Yang.
Terutama di era teknologi informasi canggih, buta huruf hampir merupakan penghambat.
Jika dia bisa hidup kembali, Ni Yang ingin mengubah bukan hanya dirinya sendiri tetapi juga ibunya.