Kata-kata Nenek Qi, meski terdengar seperti omelan, bagaikan aliran sungai kecil yang mengalir ke dalam hati He Tiantian, menghangatkan hati dan tubuhnya seperti perapian yang nyaman.
Seorang yang teliti seperti Nenek Qi, namun dia telah melakukan hal seperti itu. Jelas bahwa Nenek Qi benar-benar menganggapnya sebagai cucunya sendiri, menempatkannya di depan dirinya sendiri saat berdoa dengan sungguh-sungguh kepada para dewa untuk mendapatkan berkah di tengah malam yang gelap, sebuah pertanda betapa Nenek Qi menghargai dan peduli padanya!
Membaca ini, He Tiantian merasa kehangatan di sekitar matanya saat air mata mengalir tak terbendung di pipinya.
Untuk menghindari terdeteksi, He Tiantian mencoba menahan isakannya, tak berani membuat suara.
Dia tidak lagi ingat nenek kandungnya; yang tersisa hanyalah foto dinginnya yang menggendong Ayah saat masih bayi. Tapi itu hanya foto, tanpa rasa kasih sayang neneknya.
Tapi mulai hari ini, Nenek Qi Ketiga adalah neneknya yang sebenarnya!