Wang Meng, yang tidak mau kalah, juga bergabung dalam pertarungan di atas Angin Hitam. Dia pertama kali bersaing dalam balap kecepatan dengan kuda-kuda terbaik para tutor, menang setengah panjang badan, menguji kemampuannya, dan menembak beberapa sasaran.
Kekuatannya terlalu besar, menyebabkan kerusakan yang masif.
Setiap kali dia menembus sasaran, hal itu akan meninggalkan lubang seukuran mulut cangkir, membuat sasaran tersebut tidak dapat digunakan lagi.
Kedua guru itu bingung antara tertawa dan menangis, serta melarangnya menembak ke sasaran, menyuruhnya untuk menonton kompetisi dari pinggir lapangan.
Wang Yehan, Li Moyun, dan yang lainnya, merasa jengkel kuda kebanggaan mereka dikalahkan oleh kuda dari desa yang lebih rendah. Mereka tidak puas, mendesak tantangan lain melawan Angin Hitam.
Wang Meng ingin meredam semangat mereka namun dengan tatapan tajam dari kedua guru itu atas dirinya, dia hanya bisa tertawa canggung dan menyerah.
***********
