Waktu itu, dia hanya memiliki satu keinginan sederhana, dipeluk oleh ayahnya dan diajak bicara dengan lembut.
Namun, dia terus menunggu dan menunggu.
Baru ketika dia tumbuh lebih tua dia menghibur dirinya sendiri: Dia adalah laki-laki, dan saudara perempuannya, perempuan; sebagai laki-laki, dia harus melindungi perempuan.
Namun, kepercayaan ini akhirnya terbukti salah.
Ayahnya, pada akhirnya, tidak menyukainya.
Tak peduli sebaik apa pun perilakunya, ayahnya tidak pernah menghargainya.
Sudah banyak kali dia berharap bisa memiliki percakapan yang menyenangkan dengan ayahnya, yang tidak pernah terjadi.
"Wakil Kepala Lu, Anda mendapat surat."
Suara tiba-tiba di telinganya membuatnya melirik ke arah sumber suara.
Lu? Dan seorang wakil kepala?
Kakak kandung yang legendaris itu?
Dia menatapnya dari kejauhan dan melihat siluetnya tapi tidak bisa melihat fiturnya.
Apakah ayah mereka juga memperlakukannya dengan dingin?
