Belum dikatakannya kepada bibi dan pamannya tentang hal ini.
Ia ingin menangani masalah ini sendiri.
Kini ia memiliki seorang istri, seorang putra, dan seorang putri. Ia merasa putranya seperti keberadaan yang tidak diinginkan.
Memikirkan bagaimana ibunya dengan pahit menunggu selama bertahun-tahun, lelaki itu tak pernah kembali sekali pun.
Namun sebelum ibunya meninggal, lelaki itu menemukan wanita lain, menikah dan memiliki anak-anak.
Ini adalah sesuatu yang tidak bisa ia maafkan.
Sampai saat kematiannya, ibunya masih memikirkan lelaki itu.
Bagaimana ia bisa memaafkannya?
Permintaan maaf bukanlah yang semestinya lelaki itu berikan kepada ibunya.
Tidak ada satu pun "Saya minta maaf."
Apakah benar seperti yang dikatakan Komandan itu?
Bahwa keindiferenan akan menjauhkanmu dari terperangkap dalam rasa sakit?