"Pe — Penny?" Nina secara teliti menghapus air mata yang tersisa di sudut matanya dan sempat terisak. "Penny, kamu sedang apa di sini?"
Ekspresi Penny tampak kosong saat membawa nampan. Mata Nina terpaku pada nampan dan dalam hati terkekeh.
'Apakah dia membawakan saya kudapan sebagai pemberian maaf?'
"Nina." Suara Penny rendah dan entah mengapa nada bicaranya saja sudah membuat suhu di sekeliling turun. Saat Nina mengangkat pandangannya kepadanya, tubuhnya secara intuitif menegang seolah merasakan bahaya yang mengancam.
"Permainan yang kamu mainkan ini…" kata Penny saat dia melangkah maju.
Nina secara naluri melangkah mundur namun kemudian berhenti. Dia menahan kakinya tegap dan tampak berani. Akhirnya, Penny mendekat hingga nampan antara mereka menyentuh perut mereka.
Saat Penny membungkuk ke depan dan berbisik di telinga Nina, rasa cemas merayap di tulang punggungnya. Suara Penny bahkan lebih pelan, tapi Nina merasakan darah dalam kata-katanya.