"Saya harap kamu tidak lupa itu. Jangan terlalu khawatir tentang suamimu. Saya akan baik-baik saja."
Mungkin Penny meremehkan dia, sering mengutamakan kesehatan Zoren di atas segalanya, lupa bahwa ia mendapatkan posisinya melalui apa yang orang sebut pertarungan "berdarah". Tidak mudah baginya untuk mencapai posisi sekarang, dan menjaganya juga tidak mudah.
"Meski begitu, harus tetap hati-hati," ujarnya dengan suara pelan.
Zoren mengangguk mengerti. "Akan saya lakukan. Jangan khawatir."
"Saya tidak khawatir."
"Saya tahu, jangan khawatir."
"..." Penny menekan bibirnya dan menggelengkan kepalanya. 'Sudahlah.'
Tiba-tiba, dia melihat sosok yang mendekat di penglihatan peripheralnya. Memutar kepalanya, dia mengangkat alisnya pada Pelayan Hubert.
"Young Master, Nyonya Muda, Ibu Tua telah menyelesaikan pemeriksaan rutinnya," ia mengumumkan. "Beliau memanggil kalian berdua untuk bergabung minum teh."
Zoren mengangguk. "Kami akan datang." Dia kemudian melirik Penny.
