bahkan jika dunia menggores masa lalu di punggungmu, lalu kau takut tiada sesiapa yang menerima.
bawa itu kepada pasang lenganku, akan kupeluk -lebih lama dari waktu.
-naufal.fauzi
"Kalo semisal Aku nembak kamu, kamu bakal terima aku gak?" "Enggak bakal" Ucap Dita yang sontak membuat ku tertawa sambil mengelus kepalanya dengan gemas di iringi hembusan angin stasiun kereta. Ya kami kedinginan karena hembusan angin yang lumayan kencang di tempat duduk sembari menunggu kereta Dita datang.
____Dita Kusuma.
Dita wanita kelahiran Medan anak ketiga yang tumbuh besar di Bandung dengan 2 Mode uniknya. Aku menyebutnya Mode atau versi lain dari Dita yang selalu membuatku tertawa. Entah karena hal random yang Dia lakukan atau karena kagum dengan hal-hal yang Dia kerjakan. Dita mode kerja mode yang aku segani. Tatap mata yang super jutek dengan suara yang ketus dan mungkin bisa di sebut galak. Kesan pertama yang aku punya untuk mode yang satu ini adalah "Manusia Setengah Macan". Satu lagi Dita dengan mode randomnya, mode yang hanya muncul untuk orang-orang yang telah mengenal selangkah lebih dekat dengannya dan tentunya itu aku setelah melewati beberapa hal yang membuat kita saling sayang, mungkin. Walau tidak bisa mengucapkan kata-kata romantis tapi dengan sikapnya tentu Dia memiliki rasa yang sama. Aneh memang. Ya itulah dia Dita Kusuma.
Sedangkan aku?, Aku hanya pria biasa saja tanpa embel-embel yang wah atau membuat wanita tertarik. Namun anehnya Dia melihatku dengan berbeda sama halnya ketika aku melihat dia dengan berbagai mode yang Dia miliki dan itu membuat ku tertarik padanya.
"Mba punya uang cash?, tuker sama saldo rekening aku" Ucapku kepada Admin kantor tempat ku bekerja. Dengan tatap mata yang sinis dan suara yang ketus "gak ada!!." Sautnya tanpa embel-embel lain dia memalingkan wajahnya. Aku tertegun dengan sifat tegasnya dan mungkin sedikit, bukan sedikit tapi memang galak untuk posisi Admin kantor. "Manusia setengah macan" Gumam ku di dalam hati sembari kembali menuju area tempat ku bekerja. Pt. Medika Central Industri nama perusahaan tempat ku bekerja dan ini hari ketigaku bekerja setelah satu bulan mengangur. Ya aku mengangur sehabis memutuskan resign dari perusahaan lamaku. Disini posisi ku sebagai spesialis di bidang obat kimia, kurang lebih seperti meracik dan meramu bahan-bahan kimia untuk pengobatan.
Dita Kusuma nama admin yang sangat jutek itu. Aku tau namanya setelah dua Minggu bekerja dan itu pun tidak sengaja melihat name tag di lanyard miliknya. Memang tidak sengaja karena aku orang yang tidak terlalu peduli akan sekitar dan tidak ada niat sedikit pun untuk mengenal lebih dekat dengannya sampai dia Dita bertanya "kamu kenapa telat terus masuk kerjanya?" ,"Kesiangan gak ada yang bangunin, biasa cowo kadang suka tidur larut" Ucapku menjawab pertanyaan yang di lemparkan Dita. "Jangan telat mulu atu, kasian kamu nanti di potong payment kamu, sok aku bantuin biar gak telat" ucap Dita sembari menatap layar komputer nya, sedangkan aku terduduk diam di ruangannya karena mendapat teguran berupa surat peringatan pertama. Surat sp 1 untuk karyawan baru yang suka telat, jujur aku sangat sulit untuk bangun pagi setelah kebiasaanku selama 4 tahun kebelakang yang selalu memutar jam tidur. "Sini pinjem handphone kamu, save nomer aku nanti bangunin aku jam 6 biar aku bangun, sama biar gak telat lagi" ucapku sembari mengambil handphone milik Dita dan menulis kan nomer handphone ku di kontak handphone nya. Ini awal nya. Awal mula aku mulai berinteraksi dengannya dan menjalin hubungan yang bisa di bilang aneh, tidak aneh sih tapi belum terungkap apa kita ini sampai sekarang.
___Raki Frasada
Aku Raki. Pria biasa saja dengan penampilan yang bisa di bilang sederhana tanpa embel-embel gelar Universitas atau hal yang membuat orang orang tertarik kepadaku, terlebih wanita aku sangat tidak peduli dengan mereka setelah wanita terakhir yang besamaku menikah dengan pria lain, dan itupun wanita 4 tahun lalu. Aku bekerja di perusahaan ini baru menginjak 3 bulan lamanya dan sekarang sifat ketidak pedulianku terhadap wanita hancur atau bisa dikatakan runtuh karena satu nama, Dita Kusuma wanita yang menurut sudut pandang ku dia berbeda. Bukan dari kebiasaan tapi dari sifat dan kepribadiannya yang bisa dibilang menarik untuk sekelas wanita karir yang mandiri.
Aku memutuskan bekerja di perusahaan ini karena sudah merasa bosan dengan kehidupan mengangur, belum lama baru satu bulan tapi karena aku harus menghidupi diri sendiri dan akhirnya aku masuk di perusahaan ini dengan bermodal kan pengalaman bekerja di perusahaan sebelum nya. Sebenarnya aku melamar untuk dua posisi yang berbeda Admin dan Spesialis chemical namun yang masuk kriteria hanya Spesialis chemical dan plot twistnya Dita juga karyawan baru berbeda 4 hari denganku. Dan disini lah aku memulai hidup baru yang naik turun di temani hadirnya Dita.
____
"Kontak kamu yang mana aku nyari kok gak ada?" Tanya Dita sebelum aku meninggal kan ruangannya setelah menanda tangani surat peringatan pemberiannya. "Cari aja nanti juga nemu" balasku sembari berjalan keluar ruangan.
"Aneh kamu kontak nama kok di kasih nama tukang jamu, aku nyari gak ada" isi pesan singkat Dita di layar ponsel ku. "Sengaja biar gak template kayak cowo cowo lain" ucapku membalas pesan nya. Kami berbincang seadanya di bumbui dengan lontaran pertanyaan randomku kepada Dita. Jujur dia asik, satu frekuensi dengan gaya bercanda ku, dan aku seperti kembali kepada diriku yang dulu, koplak dan nyeleneh jika bersamanya.
"Cling Cring Cring" Suara nyaring penanda panggilan masuk. Benar itu Dita, dia benar-benar membangunkan ku dengan caranya sendiri. Spam telepon dan spam pesan dia lalukan pagi ini. "Rakiii, banguun ih dah siangg, mandii cepett" isi pesan yang terpampang di room chat antara aku dan Dita. Ya kami chatting semalam dan itu pun dia yang menghubungi ku lebih dulu. Karena ini aku merasa sedikit bangga dan Dita? Dia selalu marah jika aku membahas ini sampai sekarang, bukan marah lebih tepatnya Dia kesal. "Iya aku bangun" balasku pada pesan yang dikirim Dita.
Jam menunjukkan pukul 06.10 waktu yang sama setiap dia membangunkan ku dan ini kebiasaan kami setiap hari. Ketika di kantor kami asing, bersikap profesional untuk masing-masing pekerjaan kami dan inilah mode yang aku segani Dita Mode Kerja. Bukan Dita yang aku kenal selama aku chatting dengannya tapi Dita yang berbeda. Tatap mata sinis, suara yang ketus di sertai sifat galaknya ketika mode kerja aktif menjadi paket lengkap admin yang di takuti. Namun anehnya aku kagum padanya, bukan cuma aku banyak pria tertarik kepadanya. Dibalik kekaguman ku kepadanya, sifatnya itu menjadi pedang bermata dua.
"Cape anjir nganter si Dita terus, pacar bukan, gebetan bukan, tapi apa apa minta tolong ke gua terus" Keluh Erik kepadaku.
Erik senior di kantorku yang issue nya sering mendekati para karyawan wanita baru entah itu admin atau karyawan wanita baru. Dia baik, bagus dalam segi pekerjaan, aku siap memberinya dua jempol ku sebagai tanda jika dia memang bagus dalam segi pekerjaan, namun di luar itu aku kurang menyukai nya. Dia memiliki sifat yang mudah sekali baper atau bawa perasaan, terlalu over care sehingga membuat wanita ilfeel kepadanya termasuk Dita. Plot twistnya lagi sifat yang sering menjelek-jelekan orang yang tidak dia sukai atau membuat dia tidak nyaman atau juga membuat dia kesal. Itulah Erik senior baperan yang membuat isi kantor sedikit berwarna dan selalu jadi bahan obrolanku dengan Dita.
"Ya lu kan senior disini jadi apa apa pasti nanya ke elu, lagian juga dia minta tolong kan ke lu, di liat juga lu kayak deket banget sama Dita." Imbuhku terhadap ucapan Erik. "Deket apaan, mending sama lu aja, males gua, ngerasa rugi bukan apa apa lagian, kalo sama lu kan pantes, jadi pas di ruangan dia lu bisa langsung nyosor tuh, di tambah toketnya kecil kan kayak pake bantalan jadi gak ketauan sama orang kalo lu lagi nyosor, bagus buat lu." Ucap Erik sembari tertawa. Panas ya aku kepanasan, geram namun tetap diam menyimak apa lagi yang dia ucapkan. "Agama nya juga beda, friendly juga dia orangnya gua kan cemburuan jadi kayak gak suka aja liat dia deket sana sini, kek cewe gampangan" Tambah Erik kepadaku. "Gua ma kalem aja masalah cewe rik, gak terlalu ambil pusing, kalo Tuhan ngasih ya gua terima kalo blm waktunya ya gpp" Balasku kepada Erik sembari berjalan ke tempat ku bekerja karena waktu menunjukkan pukul 13.00, saatnya kami kembali bekerja.
______
Sepulang kerja kini aku yang mulai mengatar Dita ke stasiun. "Jangan pergi dulu temenin disini" Ucapnya mengajakku duduk di kursi pinggir rel kereta. "Ok hayu, bentar" sembari membuka helm dan mengunci motor di ikuti aku berjalan menuju kursi tempat duduk yang disana sudah ada Dita menunggu. " Oh iya tadi Erik bilang gini..." Aku cerita kan semua perkataan Erik karena sedari awal emang dia yang kami bahas. Seketika setelah mendengar semua cerita ku mata manis Dita mulai berkaca-kaca, sontak dengan reflek tanganku mengusap kepala mungilnya dan menenangkan nya. "Udah gpp, batasin aja interaksinya ke dia, interaksinya cuma sebatas urusan kerjaan aja, jangan kayak kemaren - kemaren, mungkin dia gak bisa bedain yang becanda sama yang serius." Kataku menenangkan Dita ditambah hembusan angin stasiun yang lumayan kencang hari ini. Dari sini memang aku dan Dita mulai memiliki ketertarikan satu sama lain, mungkin saja pikirku kala itu. Namun mengantar nya dan mendengar keluh kesahnya di kantor sepulang kerja seperti wisata yang aku tunggu setiap harinya. Menyenangkan mendengar keluhannya, melihat ekspresi wajahnya yang sangat jauh berbeda tak sama seperti di kantor, jujur Dia seperti anak kecil. Anak kecil yang berpura-pura dewasa di hidupnya yang aslinya dia sangat manja. Sedikit demi sedikit aku mulai tahu akan kehidupan Dita, seiring berjalannya waktu kereta pun datang dan kami berpisah menunggu hari esok untuk bertemu kembali.
"Kursi, angin, dan rel kereta. Saksi bisu duniawi yang menyaksikan dua manusia dengan luka masa lalu yang di balut rapih dengan wajah munafik mereka."
_fra 2024