"Bulan apa sekarang?" tanya Louis dengan suara tenang, menatap dalam pemuka agama yang berdiri di hadapannya. Cahaya lilin menerangi ruangan, menciptakan bayangan panjang di dinding.
"Ini bulan Januari, Tuan Louis," jawab pemuka agama itu sambil menundukkan kepala, tangannya gemetar sedikit. Aura Louis yang kuat membuat orang-orang disekitarnya merasa terintimidasi.
Sudah beberapa bulan sejak perubahan besar mengguncang Kerajaan Ferro, yang kini dikenal sebagai Kerajaan Edelion. Louis, sang utusan dewa, memimpin transformasi tersebut dengan tangan besi, memastikan bahwa semua rakyat harus mematuhi aturan ilahi yang diturunkan melalui perintah tertulis. Pemerintahan yang baru ini terasa jauh lebih otoriter, di mana kekuasaan Louis melingkupi setiap aspek kehidupan rakyatnya.
Louis merasakan bahwa panggung yang ia siapkan selama ini mulai menunjukkan hasil. Di bawah pandangannya, para malaikat menjaga ketertiban, dan setiap penolakan terhadap kekuasaan ilahi dihadapi dengan cepat. Meski tampak tenang di permukaan, jauh di dalam hatinya Louis menahan kekhawatiran. Dia tahu, takdir besar sedang bergerak, dan dia harus memastikan bahwa roda nasib tetap berputar sesuai rencananya.
Angin dingin tiba-tiba berhembus, membawa aroma misterius yang menggetarkan hati. Cahaya putih bersinar dari tengah ruangan, membentuk sosok malaikat yang mendarat dengan kelembutan namun mengandung kekuatan tak terbantahkan.
"Anak itu telah lahir. Dia lahir di Kadipaten Easier, bagian utara dari benua ini," suara malaikat itu bergema, memenuhi ruangan dengan keagungan ilahi.
Louis tersenyum. "Sudah aku tunggu berita itu! Baiklah, segera kirimkan perintah untuk memindahkan seluruh rakyat Kadipaten Easier ke Edelion," perintahnya, wajahnya memancarkan kepuasan yang dingin. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti bagian dari sebuah rencana besar yang hanya ia pahami.
Beberapa hari kemudian, perpindahan rakyat dari Kadipaten Easier dilakukan. Sebuah operasi besar-besaran yang tak hanya logistik biasa, tetapi juga melibatkan sihir tingkat tinggi. Teleportasi masal di bawah perintah Louis membuat rakyat kadipaten tiba di Edelion dengan cepat. Meski begitu, tidak semua pihak menyambut perubahan ini dengan sukacita. Para bangsawan di kerajaan tetangga mulai merasa waspada. Kekuatan Louis yang semakin meluas menjadi ancaman tersendiri bagi mereka.
Namun, Louis tidak peduli dengan ancaman eksternal. Fokusnya hanya pada satu hal—pahlawan yang telah lahir.
"Jadi, di mana anak itu?" tanya Louis dengan nada tajam pada malaikat di hadapannya. Harapannya tinggi, dan dia tak sabar menantikan pertemuan dengan pahlawan yang dijanjikan.
Malaikat itu menundukkan kepalanya. "Anak itu tidak ada di sini. Sebelum perjalanan ke Edelion, dia telah lahir. Namun, karena keadaan ekonomi yang buruk, orang tuanya tidak mampu merawat bayi tersebut. Sang bayi... meninggal dunia."
Ruangan mendadak menjadi sunyi, seakan angin pun berhenti bergerak. Mata Louis membelalak dalam kemarahan dan ketidakpercayaan. "Apa?!" bentaknya, suaranya menggetarkan dinding. "Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih cepat?!"
Malaikat itu menundukkan kepala lebih dalam, suaranya dipenuhi penyesalan. "Maafkan aku, Tuan Louis. Aku hanya menjalankan perintahmu."
Louis menggertakkan giginya. Benar, dia memang tak pernah memberi perintah untuk menjaga bayi itu. Tapi kenyataan bahwa calon pahlawan mati begitu mudah, mengguncang kesabarannya.
"Sialan! Aku harus menunggu lagi kelahiran berikutnya?" gumamnya sambil mengepalkan tangan.
Malaikat itu melanjutkan dengan suara lebih tenang, "Setelah kematiannya, jiwanya tidak hilang. Ia telah berpindah ke seorang gadis. Calon pahlawan itu kini ada dalam kandungan gadis tersebut."
Louis menghentikan langkahnya, matanya menyala dengan harapan baru. "Benarkah itu? Bawa gadis itu ke hadapanku, kali ini pastikan pahlawan itu tidak terbunuh dalam kandungan!"
Perasaannya kini bercampur aduk—antara kelegaan dan ketegangan. Pikirannya berputar cepat. Jiwa pahlawan itu masih ada di Kadipaten Easier, pikirnya. Tapi mengapa jiwa itu memilih jalan yang rumit? Apakah ada kekuatan lain yang bermain di sini?
"Pastikan kau tidak gagal lagi," ucap Louis dengan dingin. Senyuman samar terukir di wajahnya, sebuah senyum yang menyiratkan misteri. Louis tahu bahwa keberadaan sang pahlawan bukan hanya soal harapan bagi kerajaan, tetapi juga kunci dari tujuan yang jauh lebih besar—sesuatu yang bahkan malaikat sekalipun mungkin tak sepenuhnya pahami.
***
Gadis itu baru beranjak dewasa tahun ini, dia baru saha berusia 18 tahun. Dia memakai pakaian rakyat jelata, seperti baju warna biru tua serta memakai rok coklat dan penutup kepala yang membaluti rambutnya, namun sekilas bahwa orang yang pertama kali melihat gadis tersebut tidak akan percaya bahwa gadis tersebut adalah seorang rakyat biasa karena penampilannya yang begitu cantik dan anggun.
"Aku Memoire Latifa datang menjawab panggilan sang utusan dewa" ucap Latifa penuh hormat sambil bersujud.
"Angkat kepalamu, duduklah disampingku" ucap Louis dengan senyuman.
Ruangan itu tiba-tiba terasa begitu tegang, Latifa tidak mungkin mengabaikan perintah dari sang utusan dewa, tapi duduk di sebelah utusan dewa juga merupakan sebuah kesalahan. Tidak tahu harus berbuat apa, Latifa tiba-tiba memberanikan untuk menyanggah!
"Tidak! Aku tidak pantas duduk disana, aku hanya rakyat biasa tidak mungkin untuk duduk di sebelah anda sang utusan dewa!" ucap Latifa tegas.
"Hahaha, kamu punya nyali juga" ucap Louis penuh senyuman misteri.
Louis tiba-tiba menepuk tangannya sekali saja dan tiba-tiba Latifa yang tadinganya berada di bawah lantai, sekarang malah duduk di samping Louis. "Apa yang terjadi?!" tanya Latifa panik.
"Latifa, apa kamu akan menceritakan masa lalumu?" ucap Louis dengan serius
"Apa maksud tuan?" tanya Latifa terkejut.
"Baiklah, jika kamu tidak ingin menceritakannya. Aku yang akan menceritakannya" ucap Louis dengan tatapan tajam
"Latifa Brentford XI adalah putri tunggal dari Kekaisaran Dementia, sebuah negeri yang sangat terkenal akan teknologi sainsnya yang bahkan tidak ada satupun negeri yang didunia dapat menandinginya.
Namun secara tiba-tiba ada sebuah monster yang sangat kuat yang kalian sebut sebagai anomali kegelapan yaitu Dark Monster yang mulai menginvasi kekaisaran itu dan perlahan melemahkan kekuatan militer kalian.
Kemudian semua ilmuwan yang sangat hebat di kekaisaran tersebut berkumpul untuk membuat senjata pemusnah untuk makhluk tersebut, namun sayang Dark Monster tidak lenyap sepenuhnya dan malah negeri kalian terkena dampak radiasi dari senjata kalian sendiri.
Karena merasa tidak ada jalan keluar, semua sumber daya sihir dan pengetahuan yang tersisa digunakan untuk membuat mesin waktu, kemudian…"
Tiba-tiba pembicaraan itu dipotong oleh latifa. "Utusan dewa aku siap terima apapun yang kamu mau dariku, kami sudah selesai, negeri kami telah hancur. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku yakin kamu memanggilku untuk sesuatu bukan?" ucap Latifa sambil melihat Louis dengan tatapan penuh air mata.
"Jenius sekali, aku tahu kamu akan mengerti apa maksudku" ucap Louis sambil mengelap tangisan Latifa dengan kedua tangannya. "Latifa apa kamu pernah sex sebelumnya dengan seorang pria, atau kamu sebelum nya melakukan program bayi tabung?" ucap Louis serius
"Apa maksud tuan?! Aku- aku masih suci!" ucap Latifa blak-blakan.
"Bagus sekali, aku memanggilmu tidak lain dan tidak bukan untuk menjadikanmu istriku" ucap Louis dengan tatapan tajam.
"Apa?! Apa maksud tuan?! Aku tidak- tidak mengerti" ucap Latifa.
"Harusnya kamu tahu apa yang sedang aku pikirkan, kamu tidak punya pilihan" ucap Louis dengan serius.
"Kenapa? Kenapa harus aku" tanya Latifa bingung sekaligus malu-malu.
"Itu karena… Sudah jelas karena aku mencintaimu" ucap Louis dengan penuh senyuman misteri.
Aku tidak mengerti pemikiran utusan dewa ini, dia tiba tiba saja melamarku dan aku bahkan tidak diberi pilihan untuk menolaknya. Apa dia benar-benar mencintaiku? Aku tidak yakin itu, aku rasa dia memiliki tujuan dibalik semua ini.