20 Agustus 1945 seorang anak tanpa nama di lahirkan di sebuah desa kecil kotor serta miskin. Anak itu tumbuh dalam susana keluarga yang jauh dari kata harmonis, tentu saja ini bukan tanpa alasan, walau ini berada pada tanggal 20 Agustus 1945, negara Indonesia masih terjajah oleh kekuasaan fasisme jepang di karenakan kekalahan sekutu pada penyerangan Berlin untuk menurunkan kekuasaan sang diktator jerman, menyebabkan kemenangan pihak Axis dalam menyebarkan ideologi Nasional sosialis nya.
Jepang sebagai sekutu jerman dalam perang dunia ke 2 tentu saja mendapatkan keuntungan, kekalahan pihak sekutu membuat wilayah bagian asia di kuasai oleh jepang seluruhnya menyebabkan Indonesia jatuh dalam penderitaan serta rasa tertindas.
Namun seorang anak tanpa nama terlahir, anak itu memiliki darah asli Indonesia, Seorang anak kecil yang hanya ingin di berikan kasih sayang oleh orang tuanya, sayangnya hal itu tidak ia bisa dapatkan karena pengekangan Jepang. tepat pada umur 8 tahun, di depan matanya langsung kedua orang tuanya di tembak mati di tempat oleh tentara jepang namun aneh nya, anak itu tidak bereaksi seolah olah tidak peduli dengan apa yang ia saksikan, sementara ayahnya terus menjerit kesakitan karena di siksa oleh tentara jepang, ibunya yang kini sedang di permainkan layaknya benda tak berharga oleh Dua orang bedebah dari tentara jepang tidak membuat Anak tersebut bereaksi. Sang anak benar benar tidak peduli, benar benar menganggap Kalau penyiksaan, penderitaan dan kesengsaraan merupakan sesuatu yang wajar baginya.
"Kenapa kalian tidak ikut membunuh ku juga? Bukankah kalian orang tanpa moral yang senang dan gemar menyiksa?" Ujar si anak dengan nada datar.
Kedua tentara itu tertawa terbahak bahak seolah itu sebuah lelucon yang hanya di mengerti oleh mereka. "HAHAHAHA, Nak kau tidak tau? Orang tua mu ini mencuri persediaan makanan hanya untuk mereka berdua saja? Tidakkah kau merasa mereka kedua orang tua yang wajar di bunuh? Dan juga lagipula aku sendiri sedang melihat sesosok orang yang jauh dari kata moral daripada kami berdua" sembari menatap sang anak, kedua tentara mulai berbicara dengan nada serius seolah menyaksikan pemandangan yang belum pernah mereka lihat sebelum nya. Setelah dialog singkat tadi Kedua tentara itu memutuskan untuk pergi meninggalkan sang anak.
Sang anak menatap dengan tatapan kosong, melihat kedua mayat orang tuanya yang tergeletak di depan nya, mayatnya berlumuran darah serta kedua mata mereka yang masing masing sudah keluar dari tempat semestinya, menampilkan sesuatu yang seharusnya tidak di lihat oleh seorang anak anak yang berusia 8 tahun, tetapi anak itu hanya diam dan tidak bergerak serta seolah olah tidak peduli, mencoba berbicara kepada kedua mayat orang tua nya dengan ekspresi dan nada datar. "Hei, ayah, ibu kenapa kita selalu di siksa begini? Ini aneh, kenapa kita yang selalu di siksa begini berbeda kehidupan nya dengan para tentara jepang bedebah yang sedang makan makanan enak di luar sana?". Tidak mendapatkan respon jawaban, sang anak keluar Dari rumah dan berjalan tanpa tau arah, hingga tanpa ia sadari siang telah berubah menjadi malam, Saat itu juga dengan keadaan menggigil karena dinginnya angin malam membuat tubuhnya terasa mati dan tak bisa bergerak, hingga saat ia berjalan dan menemukan sebuah toko sederhana dengan dinding kayu berada di seberang jalan yang menjual makanan tradisional jepang, dengan membawa uang yang sebenarnya sebelum kedua tentara jepang itu pergi dan meninggalkan rumah setelah menyiksa dan membunuh kedua orang tuanya, dengan lihai dan cerdik dia berhasil mencuri sekantung penuh koin 5 yen yang kalau di totalkan uang pada kantung itu adalah 5.000 yen.
Mulai masuk ke toko itu, di sambut dengan hangat oleh sang pemilik toko. "Selamat datang anak kecil yang lucu". Dengan hangat setelah di sapa, sang anak mulai menatap sang pemilik toko, namun kali ini berbeda, demi menghindari rasa kecurigaan, ia mulai berakting, bersandiwara seolah olah dia adalah anak kecil polos ramah yang hanya kebetulan ingin makan makanan jepang, dengan senyum lebar palsu serta nada nya yang lembut, mulai mendekat ke kursi "Halo pak pemilik toko, saya ingin membeli makanan untuk makan malam saya hari ini, saya akan memesan ramen untuk kali ini". Rasa kecurigaan sang pemilik toko lepas saat terbawa dengan akting dan sandiwara milik sang anak yang tanpa sang pemilik toko sadari, tokonya adalah toko sepi sederhana yang berada pada jalan yang sempit serta jarang di lalui.
Kelihaianya dalam menipu seseorang berhasil membuka kesempatan untuk sang anak beberapa saat menyusun sebuah jebakan dengan Pisau yang ia taruh pada belakang kursi miliknya sendiri, berharap setelah aksi yang akan ia lanjutkan setelahnya akan sesuai dengan rencana yang ia susun.
Setelah ramen datang sang pemilik toko melanjutkan pekerjaan nya seperti biasa, aku menyantap ramen yang terasa biasa saja dan tidak ada yang spesial. Setelah selesai dengan semua itu Aku dengan perlahan mengikatkan tali pada ujung kaki kursi lalu menyambungkanya dengan sebuah pisau dapur tajam, selanjutnya.... "Ahhhhh kecoa, apa ini? Menjijikan sekali, aku takut" aku bersandiwara dan berakting seolah olah aku sedang ketakutan dan panik terhadap hewan kecil yang mungil, aku meranjak cepat dari kursiku. Di saat yang sama sang penjaga toko panik dan hendak menolongku, ia berlari dari tempat koki ke arah mejaku, membuat susana di dalam toko terasa panik, dengan susah payah sang koki menenangkan mereka bahwa makhluk menjijikkan seperti kecoa tidak ada si Toko nya, mulai menyelidiki dengan tenang ke arah kursiku, aku dengan lick nya menumpahkan kuah penuh minyak dari Mie ramen yang ku santap ke lantai, membuat sang pemilik toko yang saat itu juga sedang memegang kursi milikku, terpeleset dan karena kursi yang terikat dengan sebuah pisau dapur tadi, pisau tersebut tertarik karena dorongan akibat sang koki mendorong kursi di karenakan terpeleset, membuat kepalanya tertusuk dan tembus oleh pisau, seluruh pelanggan panik, melarikan diri dan pergi keluar dengan panik untuk melapor, sementara aku yang telah membunuh sang pemilik toko dengan strategi ku yang matang, aku bisa mengambil uang dari toko itu dan segera pergi sebelum polisi menindaklanjuti ku yang sangat merepotkan. Aku keluar, kembali ke jalan yang kosong tanpa arah tujuan, Hingga sebuah koran tepat mengenai Mukaku saat berjalan jalan, Koran tersebut berisi tentang update berita terbaru terkait kemenangan Pihak axis, dengan cepat aku menghafal seluruh isi koran untuk rencana selanjutnya, sebelum perhatianku teralihkan kepada sebuah Subjek aneh, Sebuah halaman koran kecil dengan tema satu huruf "L" yang memberikan informasi terkait bagaimana menghukum penjahat serta rasa mengusir penjajahat membuat rasa keingintahuan ku meningkat pesan, aku mulai kagum dengan tema "L" ini. Karena itulah sekarang aku menyebut diriku yang seorang tanpa Nama menjadi seseorang beridentitas bernama "L" dan bercita cita memerdekakan negara ini dengan cara apapun.