Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

SEBUAH CERITA YANG TIDAK AKAN DIINGAT

🇮🇩Juragan_Wawan
--
chs / week
--
NOT RATINGS
444
Views
Synopsis
"Sebuah cerita yang tidak akan diingat oleh siapapun"

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 001

Burung-burung mulai berkicau pelan, masih sedikit mengantuk, sementara ayam berkokok di kejauhan, menandakan awal dari fajar.

Angin pagi yang sejuk menyapu lembut, membawa aroma embun yang masih segar. Langit masih gelap, dengan sisa-sisa bintang yang perlahan mulai memudar, diiringi oleh semburan cahaya dari matahari yang belum sepenuhnya terbit.

Suasana di pasar masih tenang, namun mulai terasa hidup. Beberapa pedagang sudah menata dagangan mereka, mengatur ikan-ikan segar yang baru saja tiba dari laut, sementara sayuran yang masih dingin oleh embun malam mulai diangkat ke lapak-lapak.

Aroma amis ikan bercampur dengan segarnya sayuran, menciptakan bau khas yang belum terlalu menyengat di udara pagi yang sejuk.

Orang-orang berbicara dengan suara lebih rendah, seolah masih menghargai kesunyian sisa malam. Namun, di sudut-sudut tertentu, beberapa pedagang sudah mulai berseru, mencoba menarik perhatian para pembeli yang datang lebih awal. Suara mereka terdengar jelas di tengah heningnya pagi.

Cahaya matahari yang mulai terbit perlahan-lahan menerangi pasar, menciptakan bayangan panjang dan menambah kehangatan pada suasana yang masih dingin. Pasar belum sepenuhnya terbangun, namun kehidupan sudah mulai bergerak.

"Sungguh... Hari yang indah..."

Seperti biasanya.

Aku memulai hariku seperti halnya seorang pelajar, yaitu bersiap pergi kesekolah. Setelah aku cuci muka dan sarapan aku membantu kedua orang tuaku dulu untuk berjualan di pasar.

Aku membantu mendorong gerobak yang berisi daging ikan dan ayam yang biasa di bawa ayah. Dan jarak antara rumah dan pasar lumayan dekat sekitar ½ kilometer, sehingga tenaga kami tidak terlalu terkuras sebelum berjualan di pasar.

Selama perjalanan aku melihat punggung ayahku yang mulai meneteskan keringat. Aku berusaha untuk menambah tenagaku dalam mendorong gerobaknya agar meringankan beban ayah, tapi setelah berusaha keras aku sadar bahwa usahaku hanya meringankan sedikit bebannya.

Di samping ayah ada ibu yang membawa sebuah keranjang berukuran sedang, aku tidak tahu apa isinya tapi ibu membawanya bersama adikku.

Adikku sekarang berumur 13 tahun, dia sekarang kelas 1 Smp dan punya cita cita ingin menjadi dokter. Dia punya sifat yang ceria dan menyenangkan, karena itulah dia secara tidak langsung menjadi maskot toko kami dan membantu menarik pelanggan.

Dan aku membantu membungkus pesanan pelanggan.

Ini adalah sebuah kisah yang mungkin tidak akan diingat oleh kebanyakan orang. Namun bagi diriku, ini merupakan sebuah kisah yang tidak akan pernah kulupakan

Setelah selesai membantu di pasar, aku bergegas menuju sekolah. Perjalanan dari pasar ke sekolah terasa seperti jeda singkat antara dua dunia yang berbeda. Mungkin saja kamu juga pernah merasakannya.

Aku, Cahya Harapan anak pertama dari 2 bersaudara, tinggal di pinggir kota mempunyai seorang adik perempuan berumur 13 tahun yang sangat imut. Aku bercita-cita menjadi seorang PNS dan mempunyai gaji yang tetap.

Saat ini aku berumur 17 tahun, bersekolah di SMA Negeri Batavia kelas 2. Aku memiliki kecerdasan yang lumayan jadi nilai rapotku rata rata dan kadang ada yang mencapai 90, meskipun begitu nilaiku tidak ada yang menurun jadi aku selalu bersyukur karena masih ada kesempatan untuk mendapat beasiswa untuk kuliah.

Aku tidak punya banyak teman, mungkin karena aku tidak mempunyai wajah yang tampan dan aku tidak bisa mengikuti alur pembicaraan mereka jadi aku kurang bisa berbaur dengan teman seangkatanku meskipun kita seumuran, aku tahu ini terdengar seperti lelucon tapi aku benar-benar tidak punya teman saat di SMA, seperti pecundang bukan? Hahaha, aku tahu itu.

Oh! Dan Ada satu peristiwa yang selalu membuatku tertawa saat mengingatnya, saat itu ketika aku kelas 1 aku melihat orang yang sedang dirundung oleh banyak orang, karena saat aku melihat wajahnya, dia seperti meminta tolong kepadaku lalu akupun mencoba membantunya tapi bukannya berhenti mereka malah merubah targetnya menjadi diriku! Dan lucunya orang yang ingin kubantu malah ikut merundungku pula hingga saat ini.

Tak habis pikir, mengingat sifat asli manusia ternyata seperti itu. Lucu bukan? Aku awalnya berniat membantu tapi malah aku yang lebih membutuhkan bantuan. Hahaha, tapi kuambil hikmahnya saja yang penting dia jadi tak dirundung lagi dan sekarang saat kulihat lagi dia ternyata mempunyai sifat yang sama seperti mereka dan mungkin karena dia dari keluarga kaya dia selalu mentraktir orang yang dulunya merundung dirinya sembari tertawa melihat penderitaan orang lain.

Sudahlah, sepertinya dia lebih cocok dengan orang-orang seperti itu. Dan saat mengingat kembali alasan aku dirundung selalu membuatku tertawa lepas kapan pun itu, kecuali saat aku bersama keluargaku, bisa-bisa aku dianggap sudah gila.

Karena sekarang aku kelas 2, aku mencoba belajar lebih giat dan lebih untuk menaikkan nilaiku supaya tidak turun dari semester-semester sebelumnya, minimal tidak turun dan maksimal bisa naik. Hal ini karena aku mengincar beasiswa dari nilai rapot, dan kalau aku bisa mendapatkan beasiswa maka kedua orang tuaku tidak akan terlalu banyak membiayayi kuliahku.

Aku biasanya pergi ke perpustakaan saat ada jam kosong, dan karena suasana di sini sangat tenang karena jarang ada yang datang menjadikan tempat yang pas untukku belajar.

Di sana aku belajar banyak hal, seperti bagaimana tubuh manusia bisa bekerja dan kenapa bumi itu berbentuk bulat, sampai bagaimana seseorang berpikir dari melihat tingkah lakunya saja, tapi ini bukan teori yang pasti karena bisa saja apa yang bahasa tubuh perlihatkan bisa saja berbeda dengan yang dipikirkannya. Seperti dia menggoyangkan kakinya dan membuat wajah tersenyum, sudah pasti kita mengganggapnya sedang bahagia kan? Iya kan? Tapi bagaimana jika yang sedang dia pikirkan adalah bayangan dirinya membunuh orang yang dia benci hingga mati, gimana? Berbanding terbalik bukan? Eh, tunggu. Sepertinya aku mengambil contoh yang salah, tapi yasudahlah, kurang lebih seperti itu.

Dan di sini pula aku menemukan buku yang menarik perhatianku yaitu buku yang menjelaskan tentang revolusi industri dari awal hingga sekarang. Karena buku ini aku tertarik untuk menjadi seorang pengusaha, tapi masih bingung tentang produknya.

Itu bisa kupikirkan lagi nanti, yang sedang ada di pikiranku saat ini adalah bagaimana caranya aku membuat adikku putus dengan pacarnya.

Beberapa hari sebelumnya, adikku bertanya kepadaku tantang apa yang paling disukai oleh laki-laki, lalu akupun menjawabnya uang.

Iya, aku menjawabnya uang, pasalnya laki-laki mana yang menyukai uang? Uang itu paling disukai dan dibutuhkan oleh laki-laki manapunkan? Orang yang ingin menikah butuh uang, merawat anak membutuhkan uang, dan memenuhi hobi juga terkadang membutuhkan uang. Jadi aku tidak salahkan? Jika menjawabnya dengan uang, soalnya aku berpikir kalau hadiah itu adalah untukku, tapi kau tahu pasti siapa yang mendapatkannya.

Aku penasaran dengan siapa adikku berpacaran dan rela memberinya hadiah, lalu saat kuselidiki adikku ternyata berpacaran dengan anak yang 'kurang baik' pasalnya saat dia menerima hadiah dari adikku dia meminta lebih dan parahnya dia malah marah-marah dengan jumlah uangnya yang sedikit.

Aku yang saat itu melihatnya menjadi geram dan ingin memukulnya, tapi saat aku kembali melihat adikku, kau tahu dia membuat ekspresi apa? Dia sedang tersenyum sambil mengepalkan tangannya.

Akupun hanya terdiam dan tidak berani untuk mendekat, karena aku pernah membuatnya kesal dan berakhir dibanting olehnya, dan saat itu dia membuat ekspresi yang sama seperti sekarang sebelum dia membanting diriku dulu. Kenapa aku bisa dibanting adikku, kamu tahu? Itu karena adikku mempelajari seni beladiri dari ayahku, jadi aku tidak bisa macam-macam lagi dengannya setelah itu karena setelah saat itu tubuhku terasa sangat sakit khusunya di daerah punggung selama 1 bulan.

Lalu tak lama bel berbunyi

"Teng! Neng! Nong! Neng!"

"Waktu istirahat sudah berakhir, harap semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing"

Dan kamu tau, apa yang terjadi? Dia malah menantang adikku!

"Kau beruntung bel sudah berbunyi, kita urus lagi ini nanti!" sambil melotot kepada adikku.

Dia sudah tamat. Pikirku, tapi setelah beberapa saat adikku tidak melakukan apapun, lalu saat pacarnya sudah pergi dia lalu langsung memukul tembok.

"Duak!"

Suaranya terdengar sangat keras, seperti palu yang memukul tembok.

Sontak akupun langsung kaget, dan karena aku takut dihabisi adikku karena menguping, aku langsung pergi menjauh kembali ke kelas.

Hmm, gimana caranya ya, aku khawatir suatu saat dia akan membuat adikku sangat kesal sehingga tidak dapat menahannya dan malah membuatnya cedera dan masuk rumah sakit. Sebelum itu terjadi aku harus memikirkan carany-

"Sruuut"

Haaah. dia sudah mulai lagi.

"HAHAHAHA! Lihat dia! Bajunya basah! HAHAHAHA!"

Sontak seluruh kelas tertawa heboh.

Yah, dia yang selalu merundungku, namanya David shit Alvins. Jangan tanya padaku mengenai namanya. No coment.

Aku izin pergi ke atap untuk ke menjemur pakaianku. Lalu pergi kembali ke kelas, memakai baju seragam lain yang kubawa dan disimpan di atap.

Setelah jam pelajaran terakhir, aku mendengar kalau tadi adikku sudah putus dengan pacarnya.

Sepertinya aku tak perlu memikirkannya lagi. Dan fokus belajar saja.

Tapi aku penasaran saat di rumah dan menanyakannya pada adikku tentang hal itu.

"Dek, kudengar kamu berpacaran, dengan siapa?"

Adikku cemberut saat kutanya itu dan terlihat sangat marah.

Aku terdiam.

Dan dia tidak mengatakan apapun.

Karena itu aku tidak pernah menanyakannya lagi tentang hal itu.

Keesokan harinya, seperti biasanya sebelum berangkat aku membantu kedua orang tuaku berjualan di pasar, karena sekolah masuknya pukul 08.00

Aku tidak ingin kalah dari adikku, jadi setiap hari sepulang sekolah, aku berolahraga untuk meningkatkan stamina. Berlari dan plank selama 5 menit menjadi rutinitasku

Selain itu karena aku berniat masuk ke perguruan tinggi negeri jurusan psikologi, aku belajar mati-matian dan menabung supaya menutupi biaya kuliahku.

Tak seperti biasanya selepas pulang sekolah aku ingin langsung pulang tanpa pergi belajar di perpustakaan, karena perutku sudah lapar, dan aku tidak membawa bekal ataupun uang saku.

Tapi sialnya aku, hujan langsung turun saat itu dan aku sedang tidak membawa payung, mau tidak mau aku harus menunggu hujannya reda.

Karena aku tidak tahu harus menunggu di mana dan suhu mulai terasa dingin, aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

Saat aku masuk ke dalam, aku langsung merasa lega karena suhu di sini terasa sangat hangat.

Lalu akupun duduk di kursi di ujung perpustakaan dan tidur sebentar karena perutku sedang sakit, dan kalau aku memaksakan untuk belajar juga tidak akan efektif, jadi aku memutuskan untuk tidur sebentar.

Setelah tidur kurang lebih 1 Jam, aku melihat jam dan ternyata sekarang pukul 15.12 dan hujan masih belum reda.

Dan saat itu aku mendengar suara tangisan seorang perempuan. Karena penasaran akupun mencari sumber suara tersebut.