Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Living With Doctors

🇮🇩Penabiru
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.3k
Views
Synopsis
Kehidupan Cherryl Anastasia jungkir balik setelah dinikahi dr. Arka.
VIEW MORE

Chapter 1 - Lembaran baru

Perempuan belum genap 18 tahun memandang nanar pantulan bayangannya di cermin besar, pertama kali Cheryl Anastasia dibuat sulit berkata-kata akan tampilan berbedanya.

"A-aku mirip Cinderella di film kartun," monolog Cheryl.

Mata cokelatnya sungguh tak berkedip saat mengatakan itu. Tangan Cheryl merayap pelan menyentuh tudung putih pengantin terpasang di kepalanya.

"A-aku akan menikah?" lanjut Cheryl menggeleng tak percaya.

"Aku belum siap!" pekik Cheryl bersamaan air matanya menetes.

Selaku tukang rias sontak wanita setengah baya hendak memutar handle pintu terpaksa putar balik mendekat ke arah kliennya.

"Nak, kenapa menangis? Apa hasil riasan saya kurang memuaskan?"

Todongan pertanyaan tak digubris, Cheryl menghambur peluk wanita di sampingnya.

"Bantu aku kabur dari rumah ini!" rengek Cheryl.

Mendengar permintaan konyol menantunya, Salamah jelas terkejut dan segera memasuki ruangan tempat Cheryl berada.

"Chey!"

Panggilan cemas wanita diambang pintu berhasil menolehkan dua orang dalam ruangan.

"Bunda," gumam Cheryl spontan melepas pelukan.

"Baru saja saya ingin melapor kalau mempelai sudah siap dipertemukan, tapi saya urung kembali karena Nak Cheryl menangis."

Salamah mengangguk paham atas penjelasan wanita itu.

"Bisa tinggalkan kami berdua?" pinta Salamah.

"Permisi."

Setelah tersisa tinggal berdua, Cheryl menunduk meratapi nasib hidupnya.

"Menikah, kemudian menghilang dari sekolah, dan melupakan ... Dia." Cheryl membatin sedih.

"Chey, selagi aku mampu memberikan kebahagian bagimu lukislah diriku di sebaris senyummu dengan begitu aku ikut bahagia merasa berguna untukmu. Aku selalu berjuang segenap hati demi dirimu juga demi hubungan kita," ucap Deandra Bastara.

"Aku tahu kamu selalu melakukan berbagai cara untuk membuatku tetap tersenyum. Aku beruntung jadi pacar kamu," balas Cheryl menatap.

Dean mengangguk senang. "Minta pulau, pun, pasti aku kabulkan asal kamu bahagia," tambahnya.

"Aku ingin pesawat terbang!" seru Cheryl.

"Permintaanmu segera di proses, cantik!" sahut Dean disertai tawa.

"Kita keliling dunia!" sambung Cheryl gembira.

"Berdua?" tanya Dean memastikan.

"Iya, cuma kita berdua!" tegas Cheryl.

Ekspresi cantik Cheryl tak bertahan lama, Dean menyayangkan hal itu.

"Kamu sakit?" khawatir Dean menempelkan punggung tangannya ke dahi gadis di depannya.

"Aku baik-baik saja."

"Terus kenapa murung?" heran Dean seraya menurunkan tangan.

"Mikirin sesuatu. Dean kalau seandainya aku enggak disisimu lagi—"

"Akanku dapatkan dirimu kembali," potong Dean cepat.

"Chey, ngapain nanya gitu? Tahu sendiri kalau kita saling cinta jadi enggak ada alasan aku atau kamu buat berpisah meski sekalinya kita terhalang jarak, itu bukan masalah," jelas Dean.

"Bukan itu yang mengganggu pikiranku," geleng Cheryl.

"Terus apa, Cheryl Anastasia?" gemas Dean.

"Lupakan saja," pungkas Cheryl.

"Suka ngeselin kamu! Eh, ada kabar baik buat di dengar," kata Dean.

"Apa?"

"Sekarang aku belajar sopan santun beserta tatakrama lainnya! Sedikit-sedikit aku memperbaiki diri. Aku harap kamu bersedia menemani proses ku menuju hal-hal baik seperti kata guru di sekolah kita," tutur Dean.

Air mata Cheryl merebak tak terbendung mengingat momen bersama Deandra Bastara.

Cheryl menyesal mengambil keputusan hari ini menjadi istri dari seorang dokter muda dan tega meninggalkan Dean.

"Maafin aku, Dean." Sesal Cheryl dalam hati.

Cheryl meremas gaun pengantinnya menahan perasaan berkecamuk.

Setelah kepergian ibunya dua tahun silam disusul lagi oleh ayah tercintanya minggu kemarin, dan kini Cheryl tidak memiliki siapa-siapa lagi, kecuali menjadi anggota baru di keluarga Salamah.

"Cheryl pantas bahagia menjadi separuh nafasnya Arka," Salamah membawa menantunya ke dekapan.

Cheryl diam seribu bahasa membiarkan mertuanya menghibur kesedihan tengah dialami.

"Almarhum orang tuamu pasti bangga memiliki putri sebaik dan secantik kamu. Bunda yakin di kejauhan sana tempat di mana orang tuamu istirahat, mereka bahagia melihat kamu menikah. Chey, Bunda harap pernikahan ini dapat mengobati luka hatimu, tidak ada cara lain bisa Bunda lakukan untuk menebus kesalahan Arka selain menikahkan kalian."

*

Beberapa pasang mata tertuju kepada Cheryl dan Salamah ketika menuruni tangga.

Cheryl menundukkan pandangan, risih mendapat hadiah tatapan serta senyum menggoda dari teman-teman dokter Arka.

"Cantiknya istri orang!"

"Cieee, sudah sah!"

"Pesona pengantin terlalu meresahkan buat saya yang jomblo!"

"Saya jadi pengen nikah lagi, Dok!"

"Ketemu cinta baru mana senyumnya!"

Begitulah ucapan kelima orang bergelar dokter merupakan rekan kerja di rumah sakit tempat Arka mengabdi.

"Terimakasih," kata Salamah, ramah.

"Sama-sama Bunda hajat! Semoga sakinah, mawadah, warahmah!" sahutan kompak para hadirin berhasil menghangatkan suasana.

Melewati tamu undangan dengan perasaan canggung membuat Cheryl gemetar.

"Anggap mereka semua keluarga kamu sendiri," bisik Salamah di telinga kanan menantunya.

Sebisa mungkin Cheryl menetralkan jantungnya yang berdentum keras.

"Bunda sudah kasih tahu kamu apa-apa yang harus dilakukan sebelum bertemu Arka. Cheryl bisa melakukannya?" tanya Salamah berbisik.

"Bi–bisa Bun," ragu Cheryl.

Salamah mengelus singkat bahu Cheryl sebelum menjauh melepaskan gadis rapuh supaya mendekati Arka.

Lutut Cheryl mendadak lemas begitu sampai dekat dokter muda pelaku tabrak almarhum ayahnya.

Belum sempat mengucap salam, Cheryl lebih dulu hilang kesadaran berakhir jatuh menimpa lantai.

"Astaghfirullah!"

Semua orang berseru panik menyaksikan Cheryl tumbang tanpa sebab. Sebagai suami, Arka tak tinggal diam turut beranjak menghampiri istri kecilnya.

"Biar saya tangani!" tegas Arka cekatan merengkuh Cheryl.

"Arka, butuh bantuan?" tawar Bella.

"Makasih," tolak Arka.

Salamah mengikuti langkah lebar putranya menaiki gundukan tangga mengarah ke lantai dua.

"Bun, tolong buka pintunya!" suruh Arka kesusahan.

Salamah memutar gagang pintu lalu memberi akses jalan untuk putranya masuk ke kamar.

"Baringkan pelan-pelan," instruksi Salamah.

Arka hati-hati meletakkan Cheryl di atas tempat tidur.

"Bun, bisa ambilkan minyak Caplang di laci nakas?" suruh Arka, lagi.

"Sebentar, Bunda ambilkan."

Arka beranjak mengambil stetoskop di ransel hitam dan kembali duduk di pinggir ranjang. Selama mengecek kondisi Cheryl, pikiran Arka terpusat pada Bella.

"Ini minyaknya," ucap Salamah.

Arka menerima.

"Bunda rasa kamu butuh ruang private selama menangani pasien. Bunda percayakan sama kamu, kalau Cheryl siuman panggil Bunda. Bunda nunggu di luar kamar," jelas Salamah.

"Aku tidak berbuat lebih, Bunda tunggu di sini," sanggah Arka.

"Bunda tetap nunggu di luar."

Arka menatap datar punggung bundanya yang menghilang di balik pintu.

Aroma Caplang mampu mengembalikan kesadaran Cheryl secara perlahan. Arka menjauhkan benda mini di tangannya.

"Pusing?" tanya Arka basa-basi.

Cheryl terkesima memandang wajah lelaki lebih tua dibanding umurnya.

"Saya tebak, kamu belum makan?"

"Dokter tahu?" lirih Cheryl.

"Kelihatan dari perut kamu yang kempes," celetuk Arka.

Cheryl memalingkan wajah menghindari tatapan dingin sang dokter.

"Jika lambung dibiarkan kosong efeknya cukup berbahaya, menunda makan awal penyakit hinggap salah satunya terkena asam lambung. Asam ini bereaksi memberi dampak pusing, penurunan daya tahan tubuh, berkeringat dingin, mual, dan lain sebagainya. Itu sebabnya kamu pingsan," jelas Arka.