Beberapa kata Angie tetap menetap di pikiranku, menggerogoti seperti api yang perlahan membakar saat aku kembali ke kamar ku. Setiap langkah terasa berat, dan pikiranku tak bisa melepaskan percakapan yang baru saja kami lakukan. Ide tentang pengorbanan, terutama jika pengorbanan itu melibatkan Aimee, membuat dada ku menegang dengan ketegangan yang tak tertahankan. Bagaimana bisa aku diharapkan untuk melepaskan satu-satunya hal yang membuatku terikat dengan dunia, satu-satunya orang yang memberiku harapan di kehidupan yang dipelintir dan terkutuk ini?
Aku masuk ke dalam kamar ku, menutup pintu di belakangku dengan lebih keras dari yang aku maksudkan. Kegelapan di dalam kamar mencerminkan apa yang aku rasakan di dalam diri, pekat dan memuakkan. Aku bisa merasakan kutukan yang berdenyut tepat di bawah kulitku, mengancam untuk mengambil alih sekali lagi, seperti yang selalu terjadi saat aku merasa lemah atau kewalahan. Dan sekarang, aku merasa keduanya.