Angin bersiul dan dingin menggigit dan menggerogoti. Rerimbunan semak bergemeresik, atap rumah berderit dan berdentang. Angin seolah melakukan suatu ritual dengan menggoncangkan segala sesuatu keluar dari batasannya.
Bulan belum keluar dari tempat persembunyiannya. Bumi tenang dan semuanya masih diam.
Dia menatap awan dengan harapan, dia menunggu bulan purnama.
Udara semakin dingin namun dia tetap tak menyerah. Dia menunggu bulan purnama dan tidak ada yang akan menghentikannya.
Dia memeluk dirinya sendiri dan menarik kakinya ke dada.
Awan mulai menampilkan sinar rembulan. Dia menatapnya dan tersenyum. Lambat laun bulan menerobos awan.
Seberkas cahaya mengenainya dan dia pun berteriak melolong dengan keras. Matanya bersinar dengan cahaya putih dan lolongannya semakin keras.
Seberkas cahaya kembali mengenainya dan ledakan cahaya putih. Cahaya itu terang benderang. Yang bisa dilihat hanyalah cahaya putih dan lolongannya adalah satu-satunya suara yang terdengar.