Di tengah hiruk-pikuk dunia yang berlapis-lapis, Sensei menerima sebuah panggilan penting. Bu Presiden dari Ki Photos, sebuah lembaga pendidikan bergengsi, memanggilnya dari dunia yang tidak biasa—dunia tempat ia menjalani kehidupannya sehari-hari. Dengan penuh rasa hormat, Bu Presiden meminta Sensei untuk menjalankan tugas mulia: membimbing murid-murid di Sekolah Abidos yang terletak di seberang gurun pasir yang luas.
Sensei, yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kepiawaiannya, menerima tugas itu dengan antusias. Ia menaiki kereta api yang dirancang khusus untuk melintasi gurun yang memisahkan Ki Photos dan Abidos. Perjalanan dimulai dengan lancar, namun ia menghadapi kesulitan saat tiba di Stasiun Gurun. Tanpa persediaan air yang cukup, Sensei mulai merasakan dampak kerasnya cuaca gurun yang terik.
Saat keadaannya semakin kritis, sebuah keajaiban terjadi. Seorang gadis kecil bernama Shiroko, yang kebetulan adalah murid Abidos, menemukan Sensei yang kelelahan. Dengan kemurahan hati, Shiroko memberikan air kepada Sensei, yang sangat berterima kasih. Namun, ketika Sensei menyebutkan tujuannya untuk pergi ke Abidos, ekspresi wajah Shiroko berubah menjadi pucat. Ia salah mengira bahwa Sensei adalah penagih hutang, sebuah kabar buruk yang sangat ditakuti oleh para murid di sekolah.
Shiroko, dengan rasa khawatir yang mendalam, bertanya pada Sensei apakah ia datang untuk menagih hutang. Sensei dengan tenang menjelaskan bahwa ia bukan penagih hutang, melainkan seorang guru baru dari Ki Photos. Meskipun ada ketegangan awal, Shiroko akhirnya memutuskan untuk mengantar Sensei ke Abidos.
Sesampainya di sekolah, suasana mulai membaik. Murid-murid Abidos yang ramah menyambut kedatangan Sensei. Namun, ketegangan kembali muncul ketika Nonami dan beberapa murid lainnya, yang terpengaruh oleh berita salah paham, menyapa Shiroko dengan kekhawatiran tentang "penagih hutang." Sensei dengan tenang menunjukkan kartu namanya dan menjelaskan bahwa ia adalah guru baru, bukan penagih hutang.
Kehebohan yang sempat mengganggu, segera digantikan oleh ancaman baru. Sekolah Abidos diserang oleh musuh. Dengan keberanian dan kecerdasannya, Sensei segera mengambil alih situasi. Walaupun tidak memiliki kemampuan bertarung yang memadai, Sensei memutuskan untuk menggunakan otaknya dan kemampuannya dalam strategi. Ia mengarahkan murid-murid untuk bersembunyi dan memimpin mereka melalui mikrofon.
Hoshina, seorang murid yang bertugas sebagai pelindung, menggunakan perisainya untuk melindungi rekan-rekannya. Shiroko, dengan keahlian menembaknya, menjatuhkan musuh dari jarak jauh, sementara Nonami menggunakan teknik tembakan dan penyemburan asap untuk menciptakan kekacauan di pihak musuh. Dengan kerjasama yang solid dan strategi yang brilian, Sensei berhasil memimpin murid-murid untuk mengatasi serangan musuh dan meraih kemenangan.
Setelah pertarungan selesai, Sensei merasa puas dengan pencapaiannya dan memulai tugas berikutnya: menyiapkan kamar untuk dirinya sendiri dan memastikan semua perlengkapan sekolah dalam kondisi baik. Ia memodifikasi ruangan kosong untuk dijadikan kamarnya sendiri, dan pergi ke kota untuk membeli persediaan seperti senjata dan peluru.
Ketika malam tiba, Shiroko masih memperhatikan Sensei yang sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya, Shiroko memutuskan untuk bertanya, "Kenapa kamu masih bekerja? Seharusnya kamu istirahat."
Sensei tersenyum lembut. "Ini tanggung jawabku sebagai guru. Aku harus memastikan semuanya siap agar kita bisa menghadapi apa pun yang akan datang. Selain itu, aku ingin memastikan murid-muridku merasa aman dan nyaman."
Shiroko merasa terharu dan pergi pulang dengan hati yang lebih tenang. Ia mengupdate grup sekolah dengan informasi terbaru tentang Sensei, dan malam itu, sekolah Abidos kembali tenang, siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat baru