Haii aku Rey, aku adalah remaja SMA laki-laki berusia 17 tahun. Sangat pintar biologi, humoris, terkadang pendiam. Itu semua tergantung mood. Selain itu aku juga tertarik mencari dan memahami misteri di dunia, seperti Alien, Atlantis dan banyak misteri lainnya. Aku selalu berpikir logis saat membahas misteri-misteri di dunia bersama ke dua sahabatku.
**********
Jam menunjukkan pukul 05.30. Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamarku melewati kaca jendela. Mataku mengerjap, lalu aku bangkit dari tempat tidurku dan bergegas pergi ke dapur untuk membantu mama memasak, sedangkan adikku masih belum keluar dari kamarnya. Adikku laki-laki, namanya Tian, dia baru kelas 2 SMP dan aku baru kelas 2 SMA, kami selisih 3 tahun.
"Hari ini mau bawa bekal apa Rey?" mamaku bertanya sembari memegang wajan berisi nasi goreng.
"Bekal nasi goreng saja Ma," aku menjawab lembut. Aku selalu malas untuk sarapan, jadi sebagai gantinya aku bawa bekal aja.
Setelah itu aku langsung menyiapkan buku pelajaran yang perlu dibawa dan langsung mandi. Sehabis mandi dan berseragam rapi aku menuju ke dapur untuk mengambil bekalku. Aku melihat adikku yang setengah sadar berjalan menuju kamar mandi.
"Tian mau bawa bekal apa?" tanya mama yang masih sibuk merapikan benda-benda yang sudah dipakai memasak tadi.
"Sama seperti kakak Ma," jawab adikku sambil melangkah ke kamar mandi.
Aku hampir tertawa karena adikku yang masih mengantuk hampir menabrak pintu kamar mandi yang belum dibuka.
**********
Tepat jam 06.15 aku segera pamit dan berangkat sekolah. Oh iya, aku berangkat sekolah jalan kaki, begitu juga saat pulang. Jarak antara sekolah dan rumahku cukup dekat, adikku juga selalu jalan kaki, karena sekolahnya juga cukup dekat dengan rumah.
Mama tidak bisa mengantarku dan adik ke sekolah, karena sehabis memasak, dia langsung siap-siap untuk berangkat kerja. Mamaku kerja sebagai wiraswasta, di toko kecil yang menjual berbagai barang elektronik. Ya aku sangat beruntung punya mama yang bisa membesarkanku dan adikku tanpa seorang ayah, dari aku umur 3 tahun dan adik masih dalam kandungan, hingga sekarang dan ke depannya. Walaupun kehidupanku sangat sederhana, bukan berarti aku putus asa, justru itu yang membuatku semangat belajar.
Aku berjalan di trotoar menuju sekolah dengan angin sepoi-sepoi pagi yang sejuk. Walaupun aku dan adikku sama-sama jalan saat berangkat sekolah, tapi yang membedakannya adalah waktu. Aku berangkat lebih awal dari adikku karena jadwal masuk SMA lebih awal dari jadwal masuk SMP. Sebaliknya saat pulang sekolah, SMP lebih awal jadwal pulangnya dari pada jadwal pulang SMA.
**********
Tanpa disadari ternyata aku sudah sampai di depan gerbang sekolah, ya karena waktu yang diperlukan dari rumah ke sekolah hanya 5 menit, akupun segera masuk. Aku menuju ke kelasku, menaruh tas di bangku dan mengobrol dengan teman sekelasku.
Teman sekelasku memang asik semua tapi teman yang mengerti aku sepenuhnya berada di kelas lain, walaupun kita satu sekolah, tapi kelasku dan kelasnya terpisah jauh, kelasku di ujung barat dan kelas mereka di ujung timur, jadi kita hanya bersama saat di luar jam sekolah saja.
Bel berbunyi menandakan waktunya pembelajaran, aku segera duduk di bangku, dan pelajaran pertama adalah biologi. Karena itu adalah mata pelajaran yang aku sukai, jadi aku sangat antusias mendengarkannya.
**********
Bel istirahat pertama berbunyi, disusul oleh suara keramaian para murid yang bergegas menuju kantin. Aku mengeluarkan bekal yang aku bawa dan bergabung dengan teman sekelasku yang juga membawa bekal.
Aku duduk bersama 2 teman sekelas, satu perempuan yang bernama Arin, dia adalah anak yang friendly dan selalu tahu berita terbaru. Dan yang satunya laki-laki yang bernama Hendra, dia anak yang sangat pintar di semua mata pelajaran, dan sedikit pendiam.
"Eh kalian tahu gak sih. Katanya, ribuan tahun lalu ada kota yang bernama Atlantis, dan sampai di juluki sebagai kota dewa, lho!" Arin memulai percakapan dengan cerita terbarunya.
"Hah!, yang bener?" aku berseru kaget.
"Iyaa, kalau gak percaya, coba nanti cari sendiri di internet, terus katanya sih dulu kota Atlantis tenggelam, dan sampai sekarang keberadaannya masih belum diketahui," jawab Arin dengan semangat menjelaskan.
"Wih! menarik itu, aku aja baru dengar kalau ada kota Atlantis. Ceritakan lagi dong, aku penasaran nih!, karena apa kota Atlantis tenggelam?" sahutku.
"Katanya sih dulu kota Atlantis itu tenggelam karena penduduknya yang egois, sombong. Dan juga muncul sifat sifat buruk, seperti mencuri, korupsi dan lainnya. Sehingga para dewa murka dan menenggelamkan kota itu dalam semalam," jawab Arin.
"Padahal kota Atlantis itu kota maju di zaman dulu, yang katanya memiliki teknologi lebih maju dari zaman sekarang. Tidak hanya maju dalam segi teknologi nya aja. Ekonomi dan pertahanan juga sangat maju," tambah Arin.
"Memangnya kota Atlantis itu seperti yang kamu ceritakan barusan?" tanyaku.
"Yang jelas aku gak tau lah, kan itu dalam kutip 'katanya'. Mungkin saja benar, mungkin aja salah. Aku gak tau," jawab Arin.
"Jika itu bener ada, pasti keren sih," sahutku.
"Ya walaupun ada, kota itu pasti sudah hancur di bawah laut, teknologi nya juga pasti sudah rusak, segala kekayaannya juga pasti terkubur didasar laut," ucap Arin.
"Bentar ya, aku mau ke kantin beli minum." Arin terburu buru pergi ke kantin karena takut jam istirahat berakhir. Karena waktu istirahat hanya 15 menit.
Suasana lenggang sejenak.
"Hmm apakah itu tadi sungguhan ada?" aku bertanya pada Hendra yang dari tadi diam aja.
"Itu berita bohong," jawab Hendra dengan notasi suara datar dan cetus.
"Tapi bisa jadi itu benar kan?, bisa saja semua itu ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan," aku terkekeh menyampaikan pendapatku.
Hendra diam tidak menjawabku.
"Hei Hendra, jawab dong! Masa aku dicuekin sih," sahutku dengan sedikit sebal.
"Aku sudah menjawabnya, kalau itu berita bohong, ngapain harus aku katakan ulang untuk ke dua kalinya?" jawab Hendra datar.
"Baiklah aku akan cari tau sendiri tentang kebenaran kota Atlantis itu," balasku.
Ukhukkk...
Tiba tiba Hendra terkejut dan tersedak makanannya sendiri.
"Kamu gapapa? Hendra?" tanyaku.
"Sekali lagi aku perjelas, bahwa kota Atlantis itu hanya dongeng, gak nyata, gak perlu deh kamu mencari tau kebenaran nya, jika faktanya saja kota itu hanya cerita pengantar tidur!!" jawab Hendra dengan notasi suara yang datar namun mencekam. Matanya tajam menatapku dan pergi meninggalkanku sendirian di dalam kelas.
Untungnya kelas dalam keadaan sepi, semua anak sedang berada di kantin, jadi tidak ada yang tahu pembicaraan kita. Sungguh kejadian yang sangat aneh, dan menimbulkan banyak pertanyaan dalam otakku. Kenapa coba dia harus marah? kan bisa dijawab baik-baik. Mungkin dia lagi badmood, dari tadi diam aja, terus tiba-tiba marah gak jelas.