Tap... Tap... Tap...
Terdengarlah sebuah suara langkah kaki, yang bergema, pada setiap langkahnya. Dikesunyian malam yang dingin dan gelap.
Dan suara langkah itu disebabkan oleh sesosok monster raksasa, yang bermimik wajah tersenyum yang menyeramkan. Bahkan jika orang pemberani sekalipun berhadapan dengannya, akan langsung berteriak ketakutan melihat senyuman menyeramkan dari monster itu. Ditambah monster itu semakin mengerikan dengan tubuh raksasanya yang terlihat seperti tubuh manusia yang abnormal, dengan hiasan luka robek yang penuh darah disekujur tubuhnya.
Dan disaat yang sama tak jauh dari lokasi monster raksasa itu, ada sesosok gadis muda, yang sedang bersembunyi dengan diliputi oleh rasa selisah dan takut, yang mencekam pada setiap bagian tubuhnya.
Gadis muda itu meringkuk ketakutan, saat melihat monster itu sedang menyantap makanannya dengan lahapnya. Seperti yang sudah diduga, makanan monster itu adalah mayat manusia yang tampaknya sudah lama membusuk.
'Ha-ah, hah... Mahluk apa itu sebenarnya? Aku, bahkan belum pernah melihat makhluk yang sangat mengerikan seperti itu didesaku sebelumnya.' Ucap gadis muda yang sedang ketakutan itu dalam hatinya.
Gadis muda berambut cokelat tua dengan sedikit gradasi warna keemasan di sisi ujung rambutnya itu. Saat ini sangat menyesali tindakan cerobohnya, yang membuatnya sekarang berakhir terjebak dalam situasi buruk, yang saat ini sedang menimpanya.
'Harusnya aku menuruti perkataan Nenek, untuk tidak pergi dari desa ke kota saat sore hari. Hal hasil, aku menjadi terlalu larut sesampainya di kota, belum lagi, aku tersesat karena sudah malam hari, ditambah lagi, berakhir sial terjebak ditempat ini.' Lalu gadis muda itu menatap pada jam tangannya yang sudah menujukan pukul 21:29 malam.
'Sial, sekarang, apakah aku akan berakhir dikota kosong pada malam ini? Aku tak ingin mati terlebih dahulu! Sebelum impianku belum terwujud! Aku mohon tuhan!Datangkanlah sesosok pahlawan yang akan menyelamatkanku dimalam ini.'
Seolah-olah do'anya terjawab, terlihat sesosok orang tinggi, berjubah cokelat lusuh yang menggunakkan topeng dengan ukiran kuno yang tertulis pada wajah topeng itu, tiba berhadapan langsung dengan monster raksasa yang menyeramkan itu, yang ditambah lagi, monster itu semakin mengintimidasi dengan tubuh raksasanya yang sebesar gedung pencakar langit.
"Hei... Kau manusia, berani sekali kau muncul dihadapanku, bukannya kau sudah melihat sendiri bukan? Banyak sekali mayat para Adept sepertimu, yang berserakkan di wilayahku ini." Ucap monster itu, dengan angkuhnya kepada pria berjubah yang berada dihadapannya itu, yang menanggapi perkataan monster itu dengan tenang.
"Huh? Emangnya kenapa? Apakah aku harus takut begitu denganmu? Hanya karena kau, banyak membunuh para Adept atau pemburu roh tingkat rendah sampai menengah yang berada di wilayahmu? Untuk apa aku takut padamu hanya karena hal itu? Bagiku, kau itu cuma roh tingkat tinggi pengecut. Yang hanya berani menghabisi lawan yang jauh lebih lemah darimu, bagiku kau cuma sampah yang tak menjadi ancaman yang berarti bagiku." Balas pria berjubah itu nada yang mengejek dan berat, pada roh Tingkat tinggi itu.
Dengan penuh marah, roh tingkat tinggi raksasa itu menenggapi perkataan pria berjubah itu.
"SIALAN, KAU MANUSIA! Pada Hari ini juga, kau akan bernasib sama seperti pemburu roh lain yang menjadi korbanku!" Roh tingkat tinggi itupun, mulai mengumpulkan energi berwarna merah tua disekitar tubuhnya.
BOOMB...!
Energi merah tua itu menyebar dan meluas keberbagai area sekitar roh itu, yang menyebabkan shock wave dan ledakkan energi berwarna merah tua yang sangat pekat dan sangat kuat, di sekitar tubuh roh raksasa itu. Yang menyebabkan beberapa gedung raksasa disekitar area roh itu pun runtuh, karena kuatnya dampak yang diakibatkan oleh ledakkan roh tingkat atas itu.
Roh itu tertawa dan tersenyum puas, melihat area sekelilingnya telah rata dengan tanah dan debu dari runtuhnya bangunan raksasa berhamburan kemana-mana, tetapi senyuman roh itu memudar. Sesaat ia merasakan tekanan energi yang sangat besar dan tak kasat mata menekan seluruh tubuh raksasanya, terlihat ruang di sekeliling tubuh roh raksasa itu terdistorsi, seolah-olah ruang disekitar roh itu melengkung keatas dan menekan tubuh roh itu sendiri, hingga roh itu tak mampu untuk bergerak dengan bebas karena tubuhnya yang dihimpit oleh ruang itu sendiri.
"Apa-apaan ini?! Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!" Dengan kesal roh raksasa mencoba memberontak, namun tiada hasilnya.
Setelah dedebuan dari reruntuhan bangunan gedung memudar, terlihat samar siluet sesosok pria yang di kira oleh roh tingkat tinggi besar itu, telah musnah karena kekuatannya. Roh itu terdiam dan terkejut sejenak, melihat lawan yang dikiranya telah musnah itu yang masih berdiri tegak dan terlihat baik-baik saja, seolah-olah tak ada hal buruk yang terjadi padanya.
"Ada apa? Kau seperti melihat hantu saja?" Tanya pria berjubah.
"K-KENAPA! KAU MASIH BAIK-BAIK SAJA! HAH?! DASAR MANUSIA SIALAN...!" Dengan marah, roh itu mengumpat pada pria berjubah itu.
"Kau menanyakan pertanyaan yang bahkan itu tak perlu lagi untuk dipertanyakan, ledakkanmu itu tak cukup kuat untuk melukaiku, dan untuk seukuran roh jahat tingkat tinggi sepertimu yang hanya mampu menghancurkan sebuah kota saja, kau sudah terlalu tinggi dan sombong. Ya lagi pula, Zona Transisi ini juga akan ikut hancur bersama dengan dirimu roh jahat." Pria berjubah itu mengangkat telapak tangannya keatas lalu membalikkan telapak tangannya kebawah dengan ayunan santai kebawah.
Setelah pria berjubah melakukan itu, roh tingkat tinggi raksasa itu tertekan oleh tekanan tinggi dari melengkungnya ruang yang terdistorsi disekitar tubuhnya itu, yang mengakibatkan tubuhnya dihancurkan oleh ruang yang melengkung secara ekstrim keatas dan menghancurkan roh itu dalam prosesnya, yang membuat tubuh roh itu hancur terurai menjadi partikel kecil kebiruan yang menyebar kemana-mana.
Lalu setelah selesai dengan roh itu, pria berjubah itu melambaikan-lambaikan tangannya seolah-olah memberikan kode pada seseorang, lalu ai berkata.
"Hei, adik kecil. Keluarlah dari tempat persembunyianmu, kau tak perlu takut lagi. Monster jahat itu sudahku musnahkan, ayo keluarlah adik kecil." Panggil pria berjubah itu pada sang gadis muda yang masih bersembunyi.
Gadis muda itu perlahan keluar dari reruntuhan bangunan dengan hati-hati, agar tak terluka oleh bekas rerentuhan bangunan yang sudah hancur.
Perlahan gadis itu keluar dari tempat persembunyiannya dan menampakkan dirinya, pada pria yang tak dikenalnya itu sekaligus sang menyelamatkannya.
Dengan raut wajah yang sedikit gugup, gadis itu membuka membicaraan.
"A-anu... Se-se-belum itu pak, terima-kasih Pak! Te-lah menyelamatkan sa-saya, belum lagi Ba-pak, juga seperti membuat sebuah penghalang berwarna biru yang mengelilingi saya, waktu monster itu membuat ledakkan besar."
Walaupun pada awalnya gadis muda berambut cokelat tua itu sedikit terbata-bata, namun sedikit demi sedikit, gadis itu mulai tenang dan dapat berbicara dengan lancar setelahnya,karena kegugupannya perlahan menghilang.
"Dan juga, saya tidak tau harus bagaimana membalas jasa anda, jadi kalau Bapak berkenan, anda ingin apa, Pak? Sebagai tanda balasan atas jasa Bapak, kepada saya Pak?" Ucap gadis muda itu yang ingin membalas jasa pria yang telah menyelamatkannya itu.
Dengan sedikit tersinggung pria berjubah itu menjawab.
"Aduh Dek, jangan formal gitu Dek, lagian jangan dipanggil Pak atau Bapak, aku menjadi merasa sangat tua, walaupun suaraku terdengar berat tapi, aku sebenarnya masih muda Dek, untuk sampai bisa dipanggil sebagai seorang Bapak-bapak. Panggil aja Kakak Lone Wolf, kalau mau balas budipun, ucapan terima kasih sudah cukup kok, lagian kok kamu ini bisa di area berbahaya dimalam hari gini Dek? Dan nama kamu siapa Dek? biar Kakak gak panggil kamu Dek-dek lagi."
"Oh maafkan aku sebelumnya Kakak Lone Wolf, aku tidak tau Kakak, sebenarnya masih muda, untuk namaku, Ayla Ravenhart, Kak, untuk alasan Ayla disini, tadi Ayla tersesat saat pergi dari desanya Ayla menuju ke kota, tapi karena Ayla juga berangkatnya dari sore hari Ayla, datangnya ke kota juga kemalaman deh."
Setelah Ayla memperkenalkan dirinya pada pria itu, dengan penasaran Ayla bertanya pada Lone Wolf, tentang peringatan Lone Wolf, yang tadi sempat terucap olehnya, pada Ayla sebelumnya.
"Dan... Ayla pengen tau Kak, tadi Kakak bilang area ini berbahayakan? Tapi kok gak ada tanda bahayanya? Juga tadi perasaan Ayla, sudah ada dikota ini cukup lama, sebelum kosong seperti ini, padahal tadi sebelumnya ada banyak orang. Di kota ini loh? Ya walaupun Ayla sempat masuk kedalam gang kecil sih, tau-taunya Ayla berakhir disini. Dan Ayla, penasaran sama apa sih Adept itu, sebenarnya Kak?" Dengan penuh pertanyaan yang berada dibenaknya itu gadis muda bernama Ayla Ravenhart itu, bertanya pada pria yang sedang berada di hadapannya itu.
"Kamu pasti bukan orang sinikan, Ayla? Karena namamu bukan nama orang dari Jepang dan sepertinya kau benar-benar tak tau apa-apa ya? Ayla?"
Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, Lone Wolf malah bertanya balik pada gadis muda itu yang lalu menjawab pertanyaannya Lone Wolf.
"Ya Kak, Ayla memang bukan berasal Jepang, tapi Nenek Ayla yang berasal dari sini, dan Ayla memang bener-benar tak tau apa-apa tentang apa yang terjadi disini." Jawab gadis muda itu.
Lone Wolf yang merasa cukup dengan jawaban dari Ayla, lalu berkata.
"Aku akan berusaha menjawabnya sebisaku, karena ini cukup panjang dan rumit, tapi aku akan mempermudahnya, yang jelas kau tersesatkan? Ikuti aku Ayla, aku akan menjelaskannya sambil mengantarkanmu ke kota yang kau tuju itu, omong-omong kota mana yang sedang kau tuju itu Ayla?"
"Kota Takayama Kak!" Jawab Ayla.
"Oh, kota pegunungan itu ya? Baiklah. Ikuti aku, Ayla." Lone Wolf berjalan sambil memberikan isyarat pada Ayla untuk mengikutinya.
Lone Wolf terus berjalan dengan pelan dipinggir jalan yang diikuti oleh Ayla dari belakangnya.
Lalu dengan santai, Lone Wolf pun menjawab pertanyaan yang waktu lalu ditanya Ayla pada dirinya.
"Dan untuk menjawab pertanyaanmu Ayla, aku akan menjawabnya dengan ringkas saja dan kalau kau ingin tau lebih lanjut atau lebih detail lagi, kau bisa mencarinya sendiri dari orang lain ataupun diinternet, karena kau orang yang berasal dari desa wajar saja kau tak tau keadaan yang terjadi dikota atau bahkan Jepang." Pria itu terdiam sejenak lalu kembali berkata, sambil terus melangkahkan kakinya dipinggir jalan kota dan Ayla yang masih mengikutinya dari belakang.
"Atau bahkan mungkin saja dunia, ya intinya pada saat tadi, kau terjebak di area berbahaya yang biasanya disebut sebagai Zona Transisi, alasan Zona Transisi tak memiliki penanda peringatan berbahaya sebenarnya Zona Transisi itu sebuah area yang tak lazim, yang dimana Zona Transisi Itu adalah tempat dimana energi spiritual dari alam roh berkonsentrasi tinggi didunia fisik yang dimana menciptakan area yang melanggar hukum dan logika yang ada, tempat yang dimana batasan dunia fisik dan dunia roh menjadi kabur, yang membuat Zona Transisi ini berbahaya karena banyak roh yang berkeliaran di area ini, contohnya roh raksasa tadi yang sudahku musnahkan."
Lone Wolf menghela nafas sejenak lalu melanjutkan kembali perkataannya.
"Tetapi seharusnya, area seperti ini sudah ditutupi oleh penghalang ilusi spiritual yang seharusnya orang biasa tak akan mampu menemukan Zona Transisi kecuali, kau mampu melihat area ini, entah karena mungkin seorang Adept atau Seer. Tapi bisa juga si karena kau mungkin sedang sangat sial atau sangat beruntung menemukan Zona Transisi secara tak sengaja, walaupun itu sangat kecil memungkinannya."
"Dan untuk Adept ini, singkatnya adalah manusia yang mampu beradaptasi dengan energi spiritual sehingga mampu membangkitkan kekuatan spiritual dalam dirinya ataupun mengendalilan energi spiritual."
Setelah Lone Wolf selesai menjelaskan, Ayla seperti ingin mengatakan sesuatu, seolah sudah tau Lone Wolf lalu kembali berkata.
"Agar kau tak perlu tanya lagi, Seer itu adalah bagian lain dari Adept, kalau penjelasan simplenya mereka sama tapi berbeda antara kemampuan atau nilai gunanya, Adept berguna untuk bertempur secara langsung melawan roh jahat sedangkan Seer berguna untuk melacak dan menginvestigasi Zona Transisi, oh ya aku lupa memberitahumu, Zona Transisi itu muncul secara alami di bumi, tapi biasanya tak akan langsung muncul karena biasanya Zona Transisi itu bertahap munculnya, biasanya dimulai dengan energi spiritual yang minim disekitar area itu, maka dari itu para Seer yang peka akan energi spiritual akan melacak kemungkinan terjadinya tempat Zona Transisi itu dan menanamkan penghalang ilusi spiritual untuk menutupi area itu yang mungkin menjadi Zona Transisi." Setelah Lone Wolf selesai menjelaskan dengan panjang lebar Ayla bertanya kembali.
"Kak, jadi bisa dikatakan, Ayla masuk kedalam gang itu dan secara tak sengaja memasuki Zona Transisi sudah dipasangkan, penghalang ilusi spiritual?" Tanya Ayla pada pria berjubah lusuh itu dengan penasaran.
"Kemungkinan ya, ataupun mungkin tidak. Mungkin saja itu karena kau memicu kebangkitan kekuatan spiritualmu secara tak sengaja, mungkin karena kau dekat dengan Zona Transisi yang kebetulan, Zona Transisi kali ini adalah Zona Transisi tingkat tinggi, yang dimana tentu saja konsentrasi energi spiritualnya sangat tinggi, dan mungkin saja sebagian energi itu bocor keluar dan memasuki tubuhmu yang lalu beradaptasi dan membangkitkan kekuatan spiritual yang berada didalam dirimu. Karena walaupun manusia biasa masuk ke Zona Transisi pun, belum tentu mereka bisa melihat roh yang berada didalamnya." Lone Wolf lalu berhenti berjalan lalu berkata.
"Sepertinya... Sesi tanya jawab kita, berakhir disini Ayla. Karena kita akan segera sampai digerbang depan yang akan menjadi jalan keluar dari Zona Transisi ini Ayla. Yang artinya, kita akan segera sampai menuju dunia manusia lagi." Setelah mengucapkan itu, Lone Wolf menghentikan langkahnya.
Setelah Lone Wolf berhenti, terlihat gerbang raksasa yang terlihat seperti gerbang menghubungan antara dua dunia, yang ada di kebanyakkan film fiksi Jepang.
"Kita sudah sampai didekat luar gerbang Zona Transisi ini Ayla, kau dapat melihatnya bukan? Diluar gerbang itu kau sudah akan berada di kota lagi, tapi masih disekitar kota Gifu ini. Jadi jika kau ingin pergi ke kota Takayama, setelah kau keluar dari gerbang besar itu, lalu tinggal berjalan lurus ke barat daya, lalu kau akan sampai didekat halte bis yang berada didekat toko sushi. Kau tunggu saja di sana, tunggu saja bis yang berada di halte itu tiba, itu adalah bis yang akan membawamu ke kota Takayama." Lone Wolf yang mengintruksikan jalan menuju halte bis pada Ayla, dan bis yang akan membawa Ayla ke kota Takayama.
"Kak, terima kasih ya! Ayla bersyukur bertemu dengan orang baik seperti Kakak Lone Wolf, kalau begitu Ayla pamit dulu pergi ke kota Takayama, Ayla berterima kasih sekali lagi pada Kakak, bye-bye Kakak Lone Wolf!"
Setelah mengucapkan terima kasihnya, Ayla melambaikan tangannya dengan penuh semangat dan senang, pada Lone Wolf yang juga membalas lambaian tangannya Ayla padanya.
"Kak mudahan kita bisa berjumpa lagi ya! Omong-omong topeng dan jubah lusuh Kakak keren!" Teriak Ayla dari kejauhan.
"Sudahlah, berangkatlah dengan cepat sana, nanti kau akan kemalaman jika ketinggal bisnya, cepat pergi sana!" Teriak Lone Wolf dari kejauh pada Ayla, yang sedang berlari cepat di sebarang jalan dari depan gerbang Zona Transisi.
Setelah Ayla sudah meninggalkan tempat itu sampai sudah tak terlihat dipandangan Lone Wolf, Lone Wolf lalu berbicara sendiri dengan suaranya yang datar dan berat.
"Sepertinya Cucumu menarik ya, Nura Ravenhart. Atau bisa aku bilang Sang Legenda dari para Seer, The Silver Seer. Sang Peramal Peristiwa yang sudah lama menghilang dari Dunia Spiritual, jadi kau hidup menjadi orang biasa ya? Baiklah, aku pun tak tertarik ikut campur untuk masalahmu hidupmu Nenek tua. Tapi setidaknya kalau kau ingin Cucumu itu tak dalam bahaya, setidaknya jangan tinggalkan Artefak liontinmu yang telah ciri khasmu, pada Cucumu itu, tapi mungkin saja sudah banyak yang melupakan tentangmu, Nenek tua." Setelah menyelesaikan dialognya, Lone Wolf pun lalu menghancurkan Zona Transisi tingkat tinggi yang berada dihadapannya itu dengan jentikan jarinya, lalu menghilang seperti bayangan yang lenyap, ditelan oleh gelapnya malam.