Jakarta
Di Kediaman Pak Eko.
"Ayah dan ibunya sudah meninggal lalu kita di suruh merawat dia begitu kang mas Suryo?" tanya Ibu Ratih.
"Iya.." jawab Pak Suryo singkat.
" Kalau harta warisannya sebanyak ini aku mau menerimanya dan akan aku ambil semua warisan itu hanya untukku lalu dia tidak akan mendapatkan apapun dari harta warisan ini, ini semua punyaku. " kata Ibu Ratih di dalam hati.
"Kenapa kau melamun saja Ratih, bagaimana kau setuju tidak?" tanya Pak Suryo.
"Iya tentu saja aku setuju dan kapan kita akan pindah ke solo?" tanya Ibu Ratih juga.
"Sekarang Ratih, oh ya dimana Sarah?"
"Di kamar sedang tidur."
"Ya sudah kalau begitu kita siapkan pakaian dan keperluan kita dan siap ke stasiun."
"Oke baik, eh kau mau kemana?"
"Ya saya mau ke kamar Titah, mempersiapkan keperluannya."
"Baiklah, baik.."
Beberapa Tahun Kemudian..
Solo
Kediaman Pak Eko.
"Ibu, romo pulang." kata Sarah yang senang dengan kepulangan ayahnya dari kantor.
"Iya temui ayahmu gih sana, dan kau Titah.." kata Ibu Ratih.
"Iya budhe." sambung Titah.
"Kau bikinkan minuman untuk pakdhe. Oh ya jangan lupa masak untuk makan malam ya." perintah Ibu Ratih.
"Iya budhe." kata Titah patuh.
"Romo...." panggil Sarah.
"Iya sayang." jawab Pak Suryo.
"Titah mana?" tanya Pak Suryo.
"Titah ada di dapur, sedang memasak dan membuatkan teh untukmu." jawab Ibu Ratih.
"Kau ini ya Ratih, kenapa semuanya Titah yang mengerjakan rumah sedangkan kau dan putrimu ini santai-santai. Kau lupa.." kata Pak Suryo membuat Ibu Ratih takut.
" Gawat kalau putriku tahu, kalau rumah ini bukan rumahnya melainkan rumah keponakannya Suryo, suamiku matilah aku. " kata Ibu Ratih di dalam hati ketakutan.
"Kalau apa romo?" tanya Sarah penasaran.
"Kalau.." jawab Pak Suryo yang terpotong perkataannya oleh Ibu Ratih.
"Kalau Titah itu adalah anak ibu juga dari kecil." jawab Ibu Ratih yang memotong perkataan Pak Suryo.
"Benarkah begitu?"
"Iya benar begitu, iya kan mas?" tanya Ibu Ratih yang melirik ke arah Pak Suryo.
"Terserahlah.. Titah.." kata Pak Suryo yang pergi meninggalkan istri dan anaknya.
----
"Iya pakdhe.." jawab Titah.
"Kau ini sudah taruh itu dan istirahat lah nduk." pinta Pak Suryo.
"Tapi pakdhe...." kata Titah ketakutan
juga ragu saat Titah melihat Ibu Ratih melotot ke arahnya.
"Sudah sana jangan membantah, Sarah.."
"Iya romo." jawab Sarah.
"Sekarang ini adalah tugasmu, Titah sana istirahat."
"Loh.. Loh.. Loh.. Nggak bisa begitu dong kang mas." tolak Ibu Ratih.
"Kau diam, atau aku akan bilang yang sejujurnya pada Titah dan Sarah." kata Pak Suryo mengancam Ibu Ratih.
"Baiklah, ya sudah sana kau istirahat Titah dan kau Sarah gantikan pekerjaan Titah ya." Ibu Ratih ketakutan dengan ancaman dari Pak Suryo.
"Lah kok aku sih bu." keluh Sarah saat ibunya meminta mengantikan tugas Titah.
"Sudah jangan banyak omong, kau laksanakan secepatnya jangan bikin ibu marah ya Sarah." keluh Ibu Ratih juga.
"Ih ibu mah.." Sarah masih mengeluh.
Kediaman Keluarga Wiraguna.
"Mbak Suryati.." panggil Ibu Kirana.
"Inggih diajeng Kirana." jawab Ibu Suryati.
"Melihat keadaan Daffa yang sekarang aku ikut sedih mbak." kata Ibu Kirana memperhatikan Daffa.
"Iya kau benar diajeng, kasihan Daffa semenjak Daffa di tinggal menikah oleh Kinar, Daffa semakin banyak melamun." kata Ibu Suryati memperhatikan anaknya.
"Bagaimana kalau kita mencarikan pengganti Kinar saja mbak." Ibu Kirana memberikan saran pada Ibu Suryati.
"Maksudmu jodoh untuk Daffa, diajeng?" tanya Ibu Suryati.
"Iya tentu saja jodoh yang lebih baik dari Kinar dan juga tulus pada Daffa dan keluarga Wiraguna." jawab Ibu Kirana.
"Ya, ya. Idemu boleh juga." jawab Ibu Suryati menerima saran dari Ibu Kirana.
"Nyuwon sewu, ngapunten para ndara. Kula boten sengaja midhangetaken para ndara kalian caos madosi jodoh konjuk den mas Daffa. Kula kangungan tetangga kalian kandungan keponakan kalianayu pasuryane sanes punika kemawon keponakanne ugi ayu atine." kata Astuti yang tidak sengaja mendengar percakapan kedua majikannya.
"Benarkah, kalau begitu bilang pada pamannya kalau aku ingin bertemu dengannya dan akan melamar langsung keponakannya untuk Daffa." sambung Ibu Suryati.
"Laksanakan ndara, kula nyuwun izin kundur konjuk ngraosi mawi tengga kula."
"Oh nggih mangga Astuti."
"Assalamu'alaikum ndara." Astuti memberikan salam pada Ibu Suryati dan Ibu Kirana.
"Wa'alaikumussalam." Ibu Suryati dan Ibu Kirana menjawab salam dari Astuti.
"Nyuwon sewu ndara." kata Astuti saat berpapasan dengan Pak Aditya Wiraguna.
"Nggih, loh Astuti mau kemana?" tanya pak Aditya Wiraguna.
"Mau pulang dulu ndara ditugaskan pada ndara putri untuk mempersiapkan pertemuan dan lamaran." jawab Astuti.
"Lamaran? Lamaran untuk siapa bi?" tanya Daffi.
"Ngapunten den mas Daffi, kulo boten saget konjuk ngraosi mawi sinten-sinten." jawab Astuti.
"Oh gitu nggih sampun ati-ati nggih bi."
"Nggih den mas Daffi."
"Assalamu'alaikum." Astuti memberikan salam pada Pak Aditya dan Daffi.
"Wa'alaikumussalam." Pak Aditya dan Daffi menjawab salam dari Astuti.
Daffa adalah sosok laki-laki yang periang kini semuanya berubah menjadi laki-laki yang pendiam karena sang pujaan hati menikah dengan laki-laki lain. Laki-laki pilihan kedua orang tuanya.
Astuti sampai di rumah Pak Eko untuk membahas lamaran Titah dan Daffa pada Pak Suryo sebagai wali menggantikan ayahnya Titah.
Pak Suryo setuju dengan lamaran yang diajukan oleh majikan Astuti dan mereka berencana untuk bertemu di hari sabtu pagi.
Mendengar percakapan antara suaminya dan Astuti, Ibu Ratih segera mengatur rencana agar yang menikah oleh anak dari keluarga Wiraguna yang terkenal sukses dan kaya itu adalah anaknya Sarah bukan Titah.
Kediaman Pak Eko.
"Apa!! Titah yang akan di nikahkan oleh anak majikannya Astuti. Setahuku anak majikan Astuti itu adalah keturunan langsung dari keluarga Wiraguna yang sukses dan kaya raya. Tidak bisa, ini tidak akan terjadi, karena yang akan menikah dari anak keluarga Wiraguna adalah Sarah bukan Titah." kata Ibu Ratih yang mendengar percakapan Pak Suryo dan Astuti.
"Baiklah Pak Suryo, saya permisi dan kita akan berjumpa kembali di hari sabtu." kata Astuti.
"Oke baik, terimakasih Astuti." sambung Pak Suryo.
"Aku harus ke kamar Sarah secepatnya."
" Dik Eko, saya kang mas mu sebentar lagi akan selesai tugasnya menjaga anakmu karena sebentar lagi akan ada seorang laki-laki yang akan menjaganya seumur hidup. Dia adalah menantumu, suami dari Titah. " kata Pak Suryo di dalam hati sembari memandangi foto almarhum Pak Eko, adiknya.
----
"Sarah.... Ih kemana sih anak itu, kenapa tidak ada di kamarnya?" tanya Ibu Ratih saat berada di kamar Sarah dan Sarah tidak ada di dalam kamarnya.
Sementara itu pak Suryo sedang dalam perjalanan ke kamar Titah.
" Aku harus ke kamar Titah sekarang, mudah-mudahan Titah belum tidur. " kata Pak Suryo di dalam hati.
Astuti kembali ke kediaman keluarga Wiraguna dan memberikan laporan apa yang di sampaikan oleh Pak Suryo tadi ketika Astuti mengunjungi Pak Suryo dan pak Suryo memberikan foto Titah kepada Astuti agar diberikan pada Ibu Suryati, calon besannya.
Tepat selesai makan malam Astuti memberikan laporan itu pada Ibu Suryati dan Ibu Kirana.
Kediaman Keluarga Wiraguna.
"Astuti.." panggil Ibu Suryati.
"Nggih ndara ibu." jawab Astuti.
"Bagaimana apa yang akan kau laporkan padaku, di sini juga ada istri kedua suamiku?" tanya Ibu Suryati.
"Kata pak Suryo, bisa kalau ndara ibu ingin bertemu dengan keponakannya dan ada satu lagi ndara ibu." jawab Astuti.
"Apa itu Astuti?" tanya Ibu Kirana.
"Katakanlah...." pinta Ibu Suryati.
"Keponakannya punya kekurangan." jawab Astuti lagi.
"Apa itu kekurangannya?"
"Dia buta huruf, karena tidak di sekolahkan oleh istri pak Suryo, ndara ibu."
"Tidak masalah, yang terpenting dia baik, tulus pada anakku Daffa tidak seperti Kinar."