Episode 4: Surat untuk Masa Lalu
Bab 1: Kenangan yang Tersisa
Di ruang tidur istana yang gelap, Raja Gabriel Griver terbaring di ranjangnya dengan tatapan kosong, menatap langit-langit yang dihiasi oleh lampu-lampu kecil yang berkedip. Keadaan semakin buruk, dan meskipun ia berjuang dengan segala tenaga yang tersisa, sakit dan kelelahan mempengaruhi kemampuannya.
Di meja di samping ranjangnya, terdapat sebuah meja kecil dengan tinta dan kertas. Gabriel memutuskan untuk menulis sebuah surat—sebuah surat yang mungkin akan menjadi yang terakhir untuk seseorang yang sangat istimewa dalam hidupnya.
Bab 2: Surat untuk Ratu Uriel
Gabriel memulai menulis dengan tangan yang sedikit gemetar, mencurahkan perasaannya ke dalam setiap kata. Ia menulis kepada Ratu Uriel, seorang elf yang indah yang dulu menjadi kekasihnya di Akademi Royal tempat mereka belajar. Ratu Uriel tinggal di hutan tropis yang dipenuhi oleh makhluk magis, sebuah tempat yang sangat berbeda dari kekacauan yang melanda Antares.
Yang Terhormat Ratu Uriel,
Dengan segenap hatiku, aku menulis surat ini di tengah bayang-bayang perang yang melanda kerajaan kami. Waktu seolah berjalan lambat saat aku mengenang hari-hari indah yang kita lewati bersama di Akademi Royal. Senyummu, kehangatanmu, dan keberanianmu selalu membekas dalam ingatanku.
Kini, saat kerajaan kami berada di ambang kehancuran dan tubuhku lelah oleh luka dan pertempuran, aku merasa bahwa mungkin inilah saatnya untuk mengungkapkan perasaanku yang tersisa. Meskipun jarak dan kewajiban memisahkan kita, rasa rinduku terhadapmu dan kenangan kita tak pernah pudar.
Aku tahu bahwa kemungkinan untuk bertemu kembali sangat kecil, namun jika mungkin, aku ingin melihatmu sekali lagi. Tidak peduli seberapa singkat pertemuan itu, kehadiranmu akan menjadi sumber kekuatan dan penghiburan di saat-saat terakhirku.
Kerajaan Antares menghadapi ancaman besar, dan aku tidak yakin berapa lama lagi kami bisa bertahan. Namun, apapun hasil akhirnya, aku berharap kamu bisa mengingatku dengan cara yang baik, seperti aku selalu mengingatmu.
Dengan seluruh rasa cintaku dan harapan untuk hari-hari yang lebih baik,
Gabriel Griver
Bab 3: Kegigihan di Tengah Perang
Sementara Gabriel menulis surat tersebut, peperangan terus berlangsung dengan sengit. Selama tiga bulan terakhir, Kerajaan Antares menghadapi serangan yang tak henti-hentinya dari Kerajaan Gigantium. Setiap hari, para pasukan dan rakyat Antares berjuang keras untuk mempertahankan tanah mereka dari kekuasaan barbar.
Cedric, bersama dengan sisa pasukan dan Legiun Shadow Antares, terus berusaha menahan serangan musuh dengan strategi yang cerdas dan taktik yang terampil. Meskipun banyak korban dan kerusakan yang ditimbulkan, semangat perlawanan tetap tinggi di antara mereka.
Gabriel, meskipun terluka parah dan dalam keadaan lemah, tetap berusaha memberikan dukungan moral dan arahan strategis dari tempat tidurnya. Ia menginspirasi pasukannya dengan keberaniannya dan tekadnya untuk bertahan, bahkan dalam kondisi yang sangat buruk.
Bab 4: Pengorbanan dan Harapan
Setiap hari, pasukan Antares mengalami pengorbanan besar. Banyak dari mereka yang gugur dalam pertempuran, dan kota-kota yang berhasil mereka pertahankan sering kali menjadi puing-puing setelah serangan. Namun, ada juga momen-momen kecil kemenangan yang memberikan harapan kepada rakyat dan pasukan yang masih bertahan.
Gabriel merasakan setiap pengorbanan ini dengan mendalam. Ia tahu bahwa rakyat dan pasukannya memberikan segalanya untuk melawan, dan dia merasa terhormat untuk memimpin mereka dalam masa-masa sulit ini.
Bab 5: Momen Terakhir
Saat malam tiba dan suasana di istana semakin suram, surat Gabriel kepada Ratu Uriel akhirnya selesai. Dengan penuh rasa syukur dan kesedihan, ia meminta Cedric untuk mengirim surat tersebut ke hutan tropis tempat Ratu Uriel tinggal, berharap bahwa surat tersebut dapat sampai kepadanya meskipun dalam kondisi genting seperti ini.
Di tengah huru-hara peperangan, surat ini menjadi simbol dari harapan dan kasih yang tak pernah pudar, bahkan di saat-saat paling gelap. Meskipun hasil dari peperangan masih tidak pasti, Gabriel tahu bahwa ia telah mencurahkan seluruh perasaannya dalam surat tersebut, dan itulah yang terpenting.
Epilog
Peperangan di Antares terus berlanjut, dengan setiap hari menjadi perjuangan untuk bertahan. Meskipun keadaan tampak semakin suram, harapan untuk masa depan tetap ada, baik dalam surat yang dikirimkan kepada Ratu Uriel maupun dalam keberanian dan kegigihan pasukan Antares.
Raja Gabriel, meskipun terluka dan hampir kehabisan tenaga, tetap menjadi simbol keberanian dan tekad, dan suratnya kepada Ratu Uriel mencerminkan cinta dan harapan yang terus hidup di tengah kekacauan.