Episode 3: Serangan dari Timur
Bab 1: Ancaman dari Timur
Kehancuran pasca-pertempuran di Kerajaan Antares meninggalkan banyak kerusakan, baik fisik maupun moral. Raja Gabriel Griver, yang terluka parah dalam pertempuran melawan pengkhianat, terbaring di ranjangnya di istana dengan luka-luka yang sulit sembuh. Cedric dan dokter kerajaan berjuang untuk menjaga kesehatannya, namun situasi tampak semakin suram.
Dalam keadaan genting ini, berita buruk datang dari timur. Kerajaan Gigantium, yang terletak jauh di sebelah timur Antares, dan dipimpin oleh Raja Volun yang terkenal sebagai pemimpin barbar, telah memutuskan untuk memanfaatkan kekacauan di Antares.
Volun, seorang raja yang kejam dan tak kenal ampun, melihat kesempatan untuk menaklukkan dan memperluas wilayahnya. Dengan pasukan barbar yang besar dan brutal, dia memimpin serangan besar-besaran ke Kerajaan Antares.
Bab 2: Kota-Kota Jatuh
Kota-kota penting di Antares mulai jatuh satu per satu di bawah serangan Gigantium. Barbar Gigantium yang kuat dan tidak kenal ampun, dipersenjatai dengan senjata berat dan terlatih dalam pertempuran brutal, menggempur kota-kota utama, merampok, dan menjarah.
Pasukan Antares yang tersisa, yang sudah lemah setelah pertempuran melawan pemberontak, berjuang keras untuk mempertahankan garis pertahanan mereka. Namun, kekurangan tenaga, persediaan, dan moral yang rendah membuat mereka kesulitan untuk menghadapi serangan yang terus menerus.
Di istana, Cedric menerima laporan tentang keruntuhan kota-kota penting seperti Elysia dan Nymar. Setiap laporan semakin memperburuk situasi dan menambah tekanan pada penguasa yang sudah terluka. Cedric tahu bahwa mereka harus segera melakukan sesuatu untuk menghentikan keruntuhan total.
Bab 3: Keterbatasan Strategis
Dengan Raja Gabriel yang terluka dan sebagian besar pasukan kerajaan yang melemah, Cedric memutuskan untuk mencari solusi drastis. Dia mengumpulkan sisa-sisa Legiun Shadow Antares yang tersisa dan membuat rencana untuk melawan serangan Gigantium.
Cedric menghadapi tantangan berat: memobilisasi pasukan yang lemah dan mengorganisir pertahanan dengan sumber daya yang terbatas. Dia juga harus menjaga moral pasukan dan rakyat yang mulai putus asa.
Di ruang pertemuan yang tersembunyi, Cedric berbicara dengan para komandan yang tersisa. "Kita tidak bisa melawan mereka dengan kekuatan langsung. Kita harus menggunakan strategi yang cerdik. Kita perlu menggali lebih dalam kekuatan kita dan menggunakan taktik gerilya untuk memperlambat kemajuan mereka."
Bab 4: Pertempuran Terakhir di Elysia
Sementara itu, Raja Volun dan pasukannya bergerak menuju kota terakhir yang tersisa di tangan Antares, Elysia. Kota ini adalah benteng pertahanan terakhir yang harus dipertahankan oleh pasukan Antares.
Cedric memimpin serangan balik menggunakan taktik gerilya, melancarkan serangan mendadak dan sabotase untuk melemahkan pasukan barbar. Legiun Shadow Antares yang tersisa, meskipun hanya sekitar 3.000 orang, melakukan perlawanan yang berani.
Dalam pertempuran yang sengit dan berdarah, Cedric memimpin serangan ke jantung pasukan barbar. Meski terdesak, dia berhasil merusak persediaan dan logistik musuh serta menahan serangan untuk sementara waktu.
Bab 5: Kesempatan dan Kebutuhan
Raja Gabriel, meskipun dalam kondisi lemah, memutuskan untuk memberikan dorongan terakhir kepada pasukannya. Dengan bantuan dari dokter dan beberapa penasihat setia, Gabriel memutuskan untuk memimpin strategi dari jarak jauh, mengirimkan arahan dan inspirasi kepada pasukan yang bertempur di garis depan.
Sementara itu, Raja Volun mulai merasakan perlawanan yang lebih keras dan tidak terduga dari Antares. Meskipun pasukannya mengalami kerugian besar, mereka tetap meneruskan serangan mereka. Namun, mereka juga mulai menghadapi kekurangan pasokan dan logistik akibat taktik gerilya yang diterapkan oleh Cedric dan Legiun Shadow.
Bab 6: Harapan di Tengah Kekacauan
Saat Elysia hampir jatuh, pasukan Antares akhirnya menemukan peluang untuk menyerang balik. Dalam sebuah serangan mendalam yang dipimpin oleh Cedric dan sisa-sisa Legiun Shadow, mereka berhasil memukul mundur beberapa pasukan barbar dan merebut kembali sebagian kota.
Kemenangan kecil ini memberi dorongan moral yang sangat dibutuhkan untuk pasukan dan rakyat Antares. Meskipun situasi masih kritis, semangat juang dan harapan mulai tumbuh kembali di tengah kekacauan.
Epilog
Kerajaan Antares berada dalam kondisi genting, namun para pemimpinnya terus berjuang. Dengan Raja Gabriel yang terluka parah dan pasukan yang melemah, mereka harus menghadapi ancaman besar dari Kerajaan Gigantium.
Cedric dan pasukan Antares bertekad untuk melawan sekuat tenaga, menjaga harapan tetap hidup dan memperjuangkan masa depan kerajaan mereka. Dalam bayang-bayang peperangan, masa depan Antares bergantung pada kemampuan mereka untuk bertahan dan memperbaiki situasi yang telah memburuk.