Waktu saya terbangun, saya sudah berada di sebuah ruang perawatan rumah sakit.
Saya tidak ingin jadi seperti heroin dalam drama romansa yang bangun dan merengek pelan, terengah-engah dan bertanya kepada orang di samping mereka, "Saya di mana?"
Ini hanya membuktikan para heroin tersebut kekurangan kemampuan dasar untuk membedakan lingkungan sekitar mereka.
Lingkungan ruang perawatan rumah sakit itu terlalu khas, saya tahu tanpa perlu menebak.
Pandangan saya perlahan beralih kepada pria yang duduk di depan tempat tidur saya dengan kakinya yang panjang dan lurus, mengenakan setelan jas yang pas di badan.
Dia menatap dengan raut muka kosong, jejak kekhawatiran samar terlihat di wajah tampannya.
"Hei," saya memanggil.
Dia langsung mengangkat kepala, membungkuk saat melihat saya terbangun, "Anda benar-benar keras terhadap diri sendiri."
"Bukankah itu Anda yang saya ejek?" Saya menjawab, "Anak Anda yang hendak saya kuret."