࿇══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══࿇
"Berjanjilah kepada Ibu sayang, bahwa kamu akan mencintai Adik perempuanmu melebihi cintamu kepada 'Sang Ayah' dan jangan biarkan satu tetes air mata jatuh membasahi pipinya, mengerti??" Tanya seorang Ibu sambil memegangi pundak anaknya.
"Baik Ibu, aku mengerti." Ucap seorang anak sambil tersenyum kepada Ibunya.
"Anak pintar dan berikan anting-anting ini kepada Minerva." Ucap seorang Ibu sambil tersenyum dan mengelus kepala anaknya.
"Baik Ibu." Ucap seorang anak.
*Tok, tok, tok*
Terdengar suara ketukan pintu, kata-kata tersebut hanyalah sebuah mimpi baginya, sebuah cahaya masuk melalui jendela kamarnya, sepasang mata berwarna hitam terbuka dengan perlahan.
Tubuh yang awalnya berada diatas kasur sekarang mulai beranjak menuju kedepan jendela, angin yang masuk melalui jendela meniup rambut pendek berwarna hitam legamnya dan sayap putihnya.
*Tok, tok, tok*
Tidak lama kemudian suara ketukan pintu tersebut terdengar kembali diiringi dengan suara seorang pemuda dibalik pintu tersebut.
"Kak, Kak Sariel, apakah Kakak sudah bangun??" Tanya pemuda dibalik pintu tersebut sambil mengetuk pintu.
"Iya Haniel Kakak sudah bangun, tunggu sebentar biar Kakak bukakan pintunya untukmu." Ucap Sariel kepada Haniel sambil bergegas membukakan pintu untuk Haniel.
"Akhirnya Kakak sudah bangun, aku dan Minerva sudah membuat makanan untuk kita, apakah Kakak akan turun??" Tanya Haniel kepada Sariel yang memberitahukan bahwa makanan telah siap.
"Iya, Kakak akan segera turun, Kakak ingin bersiap-siap dulu." Ucap Sariel kepada Haniel sambil tersenyum dan menyilangkan kedua lengannya.
"Baiklah." Ucap Haniel kepada Sariel sambil tersenyum dan secercah cahaya yang menyinarinya.
Haniel memiliki perawakan yang sama dengan Sariel, yang membedakannya hanyalah Sariel adalah salah satu Anggota dari 9 Malaikat Agung, sedangkan Haniel adalah Malaikat yang masih belajar dan juga Sariel berambut pendek, sedangkan Haniel berambut agak panjang.
Sementara itu Sariel masih bersiap-siap, Haniel kembali ke ruang makan untuk menemui Adiknya Minerva.
Sesampainya di ruang makan, Haniel melihat Minerva sedang duduk di kursi sambil melihat ke arah luar jendela.
"Maaf Minerva membuatmu menunggu, Kak Sariel masih ingin bersiap-siap terlebih dahulu, enggak apa-apakan kalau kita menunggu sedikit lebih lama lagi??" Tanya Haniel kepada Minerva sambil membungkuk ala Bangsawan.
Spontan Minerva langsung melihat kearah Haniel yang masih membungkukkan badannya tersebut, Minerva pun berdiri dari kursinya dan mulai berjalan menuju Haniel.
Berbeda dari saudara-saudaranya, Minerva memiliki mata yang Heterochromia yang berwarna ungu di mata kanannya sedangkan yang kiri berwarna kuning, rambut panjang yang di gerai seputih salju dan sayap putih, hanya saja sayapnya cacat.
"Iya, enggak papa kok Kak, lagi pula kan Kak Sariel adalah salah satu Anggota dari 9 Malaikat Agung." Ucap Minerva kepada Haniel sambil tersenyum dan memegang pundak Haniel.
"Baiklah, kalau begitu bantu Kakak untuk menyiapkan makanan di meja makan." Ucap Haniel kepada Minerva sambil mengelus kepalanya Minerva.
"Baik!!!" Ucap Minerva kepada Haniel sambil tersenyum dengan secercah cahaya yang menyinarinya.
Pada akhirnya mereka pun berpencar, Haniel yang pergi ke dapur untuk mengambil makanan, sedangkan Minerva pergi ke lemari untuk mencari peralatan makan yang akan di gunakan.
Menaruh semuanya di atas meja makan dengan rapi, selesai dengan semua itu mereka hanya tinggal menunggu Sariel datang ke meja makan.
Tidak lama kemudian Sariel pun datang dengan penampilan yang sangat formal dan rapi.
"Wah, sudah pada siap nih makanannya, maaf iya Kakak enggak bisa bantu." Ucap Sariel kepada kedua Adiknya.
"enggak papa kok Kak, tidak usah dipikirkan." Ucap Haniel sambil tersenyum, menyenderkan tubuhnya ke kursi, menyilangkan kaki dan tangannya.
"Iya, tidak usah dipikirkan, ayo, mari kita makan." Ucap Minerva dengan senyuman manisnya dan secercah cahaya yang menyinarinya.
Pada akhirnya mereka pun makan bersama, menyiapkan energi untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing.
࿇══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══࿇
Part 1 The End