Sinar mentari pagi yang menyilaukan bagai sebuah flashbang, suara kicauan burung kenari yang memekakkan telinga, suara menggerutu mesin komputer yang sedari kemarin tidak dimatikan, dan suara dengkura-
Bentar...siapa yang mendengkur?
Aku secara reflek melakukan putaran 180 derajat dengan kursi ku yang bisa berputar, hanya untuk melihat seorang gadis, yang tidur diatas kasurku...
Siapa itu?
Dia memiliki rambut pirang, dengan akses kehitaman diujungnya, menjuntai indah hingga pahanya.
Hmm... siapa ya? Kenapa dia tidur disitu? Pertanyaan serupa terus memenuhi otak kecil ku, dan tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk mencolek kening nya.
"Halo? Hidupkah?"
gak ada respon...mayat kah?
Aku sekali lagi, melihat tubuh gadis itu secara seksama, mencari tanda-tanda kehidupan, dan beruntungnya, dia masih bernafas...Ya, siapapun itu, bukan urusanku.
Saatnya melanjutkan story dari game bergenre RPG yang ku mainkan sedari kemarin.
Sekitar tiga belas jam kupikir?
Aku dengan cepat mengecek sudah berapa lama aku bermain, dan indikator waktu didalam game itu sudah menunjukkan 13:43...woah, sepertinya aku bermain terlalu lama.
Tapi...dikit lagi, lanjut deh~
Dan begitulah, diriku pun tertidur pulas setelah sekitar sepuluh menit..
Sekali lagi, aku terbangun dari tempat tidurku yang lembut, yang sekarang diterangi oleh sinar mentari siang yang menyilaukan.
Tergesa-gesa, aku menggerakkan tubuhku, menuju tirai jendele, berusaha untuk menutupnya.
Aku mendengar suara, suara langkah kaki yang tergesa-gesa, namun tidak berlari, yang aku putuskan untuk mengabaikannya dan kembali tidur.
"Tidur lagi?"
Suara gadis, imut...tapi mataku sudah terlalu lelah untuk melihat siapa dia.
"Banguuun~...tau kok, kamu udah bangun, Rinka."
Rinka? Itu namaku...kok bisa tau?
Orang tua ku sedang ada perjalanan keluar negeri, dan aku seharusnya sendirian dirumah.
Bentar bentar, kok aku bangun diatas kasur?
Aku pun membuka mataku yang kelelahan, memaksanya, agar aku bisa melihat siapa dia.
Seketika, aku melihat seorang gadis, gadis yang tertidur diatas kasurku, sekarang menunjukkan ekspresi jengkel.
"Hah...kapan kamu mau benerin jadwal tidur yang rusak ini? Padahal kemarin aku udah tidur dikasur..."
Dia...menghela nafas?
Ekspresi jengkel nya lambat laun berubah menjadi ekspresi kecewa.
Ah, dengan ini, potongan teka-teki telah muncul di kepalaku. Aku akhirnya mengingat semuanya.
Dia, gadis ini, adalah Stella...tunanganku..mungkin? Ah, ingatan ku masih tidak karuan. Bermain game lebih dari dua belas jam membuatku lupa ingatan untuk sementara...
Bentar, mau kemana dia?
Stella, berjalan, mendekati tirai jendela yang susah payah ku tutup...gak beneran susah payah sih, tapi tetep aja.
"Aaaaaa, perih!"
"Yaelah, kamu bukan vampir, gini doang teriak."
"Oh, hampir lupa. Kalo lapar, kebawah aja, aku udah masak sarapan tadi pagi, meskipun keitung sisa."
Dia tersenyum, lalu meninggalkan ruangan ku.
'Aku sama sekali gak paham kenapa dia ngelakuin itu'...adalah sesuatu yang otakku pikirkan, meskipun aku tahu betul kenapa dia melakukan hal itu.
Ya..gimana juga harus tetep makan sih.
Aku bangun dari kasurku, mencuci mukaku, dan membenahi rambut yang acak-acakkan ini.
Dibawah, aku melihat Stella duduk diatas sofa, sedang membaca sesuatu.
Yah, bukan urusanku dan aku tidak melihat adanya alasan untuk diriku menggangunya.
Jadi, aku langsung pergi ke meja makan, yang mana sarapan sudah disediakan.
Situasi sangat hening, hanya terdengar gemericik alat makan dan suara lipatan kertas. Untuk suatu alasan, keheningan ini terasa sangat nyaman.
================
Aku selesai dengan makananku, dan bergegas kembali ke ruanganku, karena rasa mengantuk yang sangat berat ini.
Setengah jalan ditangga...aku tak tahu apa yang merasuki diriku tapi.
"Baca apa, Stella?"
.....
....
wew, gak direspon.
"Makasih masakannya, enak...oh, juga, pake apa aja yang ada dirumah. Kalo gak nemu, nanya aja."
Dan aku langsung kembali ke ruanganku, dan akan langsung tidur di kasur...tapi kekuatan magis yang sangat kuat yang memancar dari sebuah benda kubus menarik diriku dari atas kasur dan mengunci ku. Ya, benar, aku kembali menyalakan komputer ku.
Setelah istirahat singkat, game nya mulai kembali sekali lagi.
Aku sudah bermain game ini cukup lama, aku bisa melakukan semuanya secara efisien murni dengan ingatan tubuh dan suara-suara efek, yang memungkinkan pikiranku untuk mengembara, jauh dari segalanya.
Kenapa gadis imut kaya Stella jadi tunanganku?
Ah, benar, itu murni hanya kebetulan...atau tidak?
Uhh...aku harus melihat kembali ingatan yang kupendam dalam-dalam.