Berdiri di bawah pohon, Shen Ping segera melepas bajunya dan menyerahkan kedua sisi bajunya kepada adiknya, Shen An.
Keduanya merentangkan baju, dan baju itu berubah menjadi jaring untuk menangkap telur burung.
Shen Yilong mengulurkan tangannya dan mengeluarkan telur sebesar telapak tangannya dari sarangnya.
Sambil memegang dahan dan melihat ke bawah pohon, Shen Yilong berteriak, "Aku akan menjatuhkannya."
Shen Ping dan Shen An segera merespons.
"Kakak, jatuhkan saja, kami akan menangkapnya."
Pluk..pluk..
Sebutir telur burung jatuh.
Shen An mengambil telur dari baju yang dijadikan jaring itu dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
Telur-telur itu berjatuhan satu demi satu, seperti telur yang dikatakan Shen Yilong di atas pohon.
"Kakak, apa telur di sarangnya masih banyak?"
Shen Yilong menjatuhkan telur terakhir dari sarang burung.
"Sudah habis. Ayo kita ke sarang burung lainnya dan melihat ada atau tidak.."
Dari satu sarang burung ini, mereka menemukan enam butir telur.
Satu orang di keluarga mereka bisa makan setengah butir telur.
Ketiga bersaudara itu dengan gembira berjalan ke sarang burung berikutnya.
Entah karena burung-burung itu sudah kembali ke sarangnya, atau entah karena adik perempuan mereka benar-benar bintang keberuntungan, ada banyak telur di sarang burung yang mereka dapatkan hari ini.
"Sepertinya malam ini, kita bisa makan enak."
"Setiap orang bisa mendapat dua telur malam ini!"
Ayam-ayam tua di belakang rumah mereka sudah hampir berhenti bertelur. Tapi mereka tidak menyangka akan mendapatkan banyak telur burung hari ini.
Ketiga bersaudara itu mendapat banyak telur burung dan tugas mereka sukses besar.
...
Di sisi lain, kelompok lain yang bertugas mencari ikan.
Shen Daniu tidak punya harapan besar sama sekali saat ini, dia melihat sungai mengalir, jadi dia mengajak anak dan keponakannya untuk mendekati sungai.
"Shen Kang, kamu diam saja di tepi sungai ini dan jangan masuk ke dalam air."
Shen Kang masih muda, baru berusia tiga tahun. Shen Daniu khawatir keponakannya akan menenggelamkan dirinya secara tidak sengaja. Jika begitu, Shen Daniu tidak akan bisa menjelaskan hal ini pada adik laki-lakinya dan keluarganya saat mereka pulang.
Shen Kang menjawab dengan patuh, "Paman, aku tidak ingin masuk ke dalam air!"
Shen Jianye dan Shen Jianzhong dari keluarga Shen Sanliang –Anak Ketiga– sudah menuju ke sungai sementara paman mereka tidak memperhatikan mereka yang bermain di air seperti dayung anjing.
"Paman, sungai ini sudah bisa di renangi!"
Sungai ini sudah mengering selama hampir setahun, dan sungai desa mereka ini bahkan hampir tidak bisa diminum airnya, apalagi berenang di dalamnya.
Melihat saudaranya berenang dengan gembira, Shen Xiaolong juga berenang, "Ayah, ada udang di sungai ini!"
Belum ada ikan di sungai, tapi ada udang satu demi satu terlihat sebesar telapak tangan. Udang di sungai ini berwarna tinta muda terlihat satu persatu di atas sungai.
Bawa pulang udang sungai ini dan mereka bisa membuat udang bakar, udang rebus, udang goreng, perkedel udang goreng, dan segala macam masakan udang!
Jika tidak habis saat di makan, udangnya bisa dikeringkan menjadi udang kering.
Kalau dibuat sup bening, masukkan dua udangnya ke dalam sup, pasti akan terasa enak sekali!
Shen Daniu berlari ke sungai untuk melihatnya secara langsung.
Bukan hanya sekedar sedikit udang, tapi udangnya banyak sekali!
Apa anak-anak ini menggalinya sampai ke dalam sarang udang?
"Shen Xiaolong, cepat pulang ke rumah dan ambil jaring juga baskom. Minta kakekmu untuk membantumu membawa barangnya. Keluarga kita akan makan daging udang malam ini!"
Shen Xiaolong dengan cepat berlari pulang.
Merasakan dampak perang, kekeringan parah, jadi mereka hampir lupa seperti apa rasanya makan daging, apalagi udang sungai sangat berharga bagi mereka.
Apalagi udang di sungai seukuran telapak tangan!
Shen Daniu belum pernah melihat udang sungai sebesar ini seumur hidupnya.
Rumah keluarga Shen.
Tuan Shen menyaksikan cucunya, Shen Xiaolong, berlari pulang dengan buru-buru.
"Apa kamu tidak mengikuti Ayahmu untuk menangkap ikan?"
"Kakek!"
Shen Xiaolong menggambarkan perasaannya secara berlebihan, dia menggambar lingkaran besar dengan kedua tangannya. Dia bahkan merasa tangannya terlalu pendek untuk menggambarkan lingkarannya, "Di sana ada benda sebesar ini di sungai. Ada banyak udang!"
Tuan Shen tidak percaya sama sekali. Karena tahu cucunya belum pernah melihat dunia luar, "Ayo pergi dan kita lihat."
Di luar rumah, beberapa penduduk desa yang datang dan ingin melihat bintang keberuntungan kecil keluarga Shen, mendengar kata-kata Shen Xiaolong, mereka berlari pulang untuk mengatakan berita itu dengan keluarga mereka.
Tuan Shen membawa Shen Xiaolong kembali ke sungai. Saat dia melihat banyak udang di sungai, Tuan Shen segera memerintahkan yang lebih muda di keluarganya, "Dasar kalian ini! Untuk apa kalian masih menggalinya? Cepat tangkap udangnya sebelum udangnya menghilang!"
Tuan Shen menggunakan jaring untuk menangkap udang sungai, sedangkan Shen Daniu menggunakan tangannya. Beberapa anak juga menangkap udang dengan tangan mereka dan memasukkannya satu per satu ke baskom besar.
Kalau satu baskom besar sudah penuh, mereka akan langsung masukkan udangnya ke baskom besar lainnya.
Tuan Shen merasa senang karena dia punya pemikiran ke depan untuk membawa dua baskom besar.
Tidak peduli sudah berapa banyak Tuan Shen mengambil dan menangkap udang di sungai, sepertinya udang-udang ini tidak ada habisnya.
Setelah memancing, Shen Xiaolong menunjuk ke sungai lagi, "Kakek, Ayah, ada ikan!"
Ada beberapa ikan besar berenang di sungai.
Para ikan ini sepertinya berenang khusus menuju keluarga Shen.
Tuan Shen dan Shen Daniu bekerja sama mengepung beberapa ikan.
Menemukan peluang yang tepat dan menangkap ikannya!
"Ikan besar! Kakek menangkap ikan besar!"
Shen Kang di tepi pantai bertepuk tangan dengan gembira.
Kerja bagus.
Terisi banyak ikan dan udang, dua baskom yang mereka bawa sudah penuh.
"Cepat, pergi ke sana dan lihat."
Beberapa penduduk desa dari Desa Luo'an bergegas mendekat dan terkejut saat mereka melihat udang sungai yang ditangkap keluarga Shen.
Penduduk desa itu bergegas maju untuk menangkap udang sungai.
Meskipun mereka tidak menangkap udang sungai sebanyak keluarga Shen, tapi mereka sangat puas bisa menangkap beberapa udang sungai.
Di tahun kemarau ini, siapa yang berani memimpikan bisa makan udang sungai?
Tuan Wang, yang berada di seberang keluarga Shen, memandangi udang sungai dan menepuk bahu Shen Tua dengan gembira.
"Mereka mengatakan bahwa bintang keberuntungan kecil keluarga Shenmu akan datang, aku merasa hal itu akan menjadi kenyataan sekarang! Saudara Shen, kapan kamu akan minum-minum?"
Bintang keberuntungan kecil?
Baru saat itulah, Tuan Shen mengingat cucunya yang baru lahir.
Mungkinkah cucu perempuannya benar-benar seorang bintang keberuntungan keluarganya?
Apakah yang dikatakan Dewi itu benar?
"Anak itu baru saja lahir, masih ada waktu, masih ada waktu."
Tuan Shen ragu-ragu dan tidak langsung setuju. Dia berbalik dan memanggil para pria di keluarganya, "Pulang, ayo kita pulang. Kita akan makan udang malam ini! Rebus ikan besar!"
"Makan udang! Makan ikan besar!"
"Ya! Ada udang untuk kita makan!"
"Udang untuk dimakan!"
Shen Yilong mengajak Shen Ping dan Shen An pulang dan dengan hati-hati membawa telur burung yang dibungkus di pakaian sepanjang perjalanan pulang, "Nenek!"
Nyonya Shen baru saja keluar dari dapur, "Yilong, apa yang kamu bawa di tanganmu itu?"
Shen Yilong berjalan maju dengan bangga, seperti seorang jenderal yang kembali dengan membawa kemenangan, "Nenek, aku dan adik-adikku mendapatkan telur burung! Telurnya besar dan putih. Ada banyak!"
"Seberapa banyak?" Nyonya Shen dengan cepat menuruni tangga rumah, "Cepat, masukkan semua telur itu ke dalam mangkuk besar, jangan sampai jatuh."
Ketiga anak itu bertanggung jawab membawanya, dan Nyonya Shen dengan hati-hati mengeluarkan telur itu dari bungkusan baju. Lalu menempatkannya di mangkuk besar.
Mangkuk besar itu sudah penuh, dan mangkuk besar lainnya dikeluarkan untuk melanjutkan pengisian.
Telur yang tersimpan di dalam baju itu seperti kantong sulap, walaupun sudah banyak di keluarkan, masih ada telur burung di dalamnya.
Saat ini, tiba-tiba ada banyak kebisingan di luar halaman. Tuan Shen kembali dengan membawa udang sungai dan ikan besar.
"Istriku! Keluar dan lihatlah!"
Nyonya Shen dikejutkan oleh teriakan Tuan Shen. Tangannya yang memegang telur burung itu bergetar, dan dengan cepat memegang telur burung itu di pelukannya, seolah-olah dia sedang memegang harta berharga.
"Syukurlah, untung telurnya tidak jatuh."
Karena terkejut tadi, Nyonya Shen memutuskan untuk mengambil kemoceng dan keluar untuk memukuli suaminya yang sudah tua itu.
Barang berharga yang dia pegang tadi adalah telur burung yang berukuran setengah telapak tangan orang dewasa.
Tidak boleh sampai jatuh.
Dua mangkuk besar berisi telur burung sudah membuat Nyonya Shen sedikit pusing.
Saat Nyonya Shen keluar dari dapur, dia melihat dua baskom besar berisi udang sungai dan beberapa ikan besar sepanjang lengan.
Nyonya Shen tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat tangannya dan menampar wajahnya sendiri, "Ini bukan mimpi! Ini bukan mimpi!"
Keberuntungan keluarga Shen sudah berubah!
Saat Shen Erniu dan Liu Qingxiang kembali dari ladang, mereka melihat dua baskom besar berisi udang sungai di halaman rumah mereka.
Udang sungai yang ada di permukaan baskom besar itu melompat-lompat, seolah menunjukkan betapa segarnya udang tersebut.
Liu Qingxiang berlari dengan cepat, "Suamiku, dari mana datangnya udang ini?"
Shen Daniu sibuk menjemur udang untuk dijadikan kering, "Adik kedua, adik ipar kedua, datang dan bantu kami. Jemur udang itu hingga kering."
"Ayo ayo!"
Liu Qingxiang sedang menjemur udang sungai sambil memikirkan apakah dia bisa membawa udang-udang ini untuk orang tuanya. Orang tuanya sudah lama tidak makan daging.
Liu Qingxiang melihat ibu mertuanya yang sedang sibuk di dapur, Liu Qingxiang segera menghilangkan pemikiran itu.
Ibu mertuanya pandai dalam segala hal, tapi agak pelit.
Seluruh keluarga Shen, kecuali Nyonya Shen dan Zuo Xiangmei yang bekerja di dapur, serta Rong Yunxi dan Shen Xiaoba yang tidak diizinkan keluar di ruang bersalin, semuanya duduk di bangku kecil, mengolah dan menjemur udang sungai yang baru ditangkap, sedangkan beberapa ikan mereka bawa masuk ke dalam rumah.
Sebagian udang yang dijemur ini, jumlahnya akan cukup untuk dimakan malam ini.
Di dapur, Zuo Xiangmei sedang menangani ikan mas besar yang mereka bawa pulang.
Bagian perut ikan di belah dan isi perutnya di keluarkan.
Zuo Xiangmei terkejut saat menemukan sesuatu di dalam perut ikan, "Ibu, ikan ini masih punya telurnya."
Nyonya Shen melirik ke mangkuk berisi telur ikan, dan matanya membelalak karena terkejut, "Sayangku, tolong beri tahu Ibu secepatnya, jika Ibu tidak sedang bermimpi."
"Ibu."
Melihat ketidakpercayaan ibu mertuanya, Zuo Xiangmei mengangguk sambil tersenyum, "Ibu tidak sedang bermimpi. Apa yang dikatakan Dewi itu mungkin benar. Xiaoba dikirimkan kepada kita oleh Tuhan sebagai Bintang Keberuntungan Kecil keluarga kita."
"Ya, ya, Bintang Keberuntungan Kecil, Bintang Keberuntungan kecil."
Nyonya Shen awalnya tidak mempercayainya, tapi sekarang dia bisa memercayainya. Melihat kesibukan di rumah, Nyonya Shen yang awalnya tidak terlalu menyukai Shen Xiaoba, mulai mempunyai pandangan berbeda terhadap cucu perempuannya itu.
Mulai saat ini, keluarga mereka harus menjaga dengan baik bintang keberuntungan kecil dan leluhur kecil ini di keluarga mereka.
Ikan besarnya akan direbus.
Shen Daniu dan Shen Erniu bekerja sama mengangkat panci besi besar dari kompor di atas meja dan menaruhnya di atas kompor tanah di halaman rumah.
Zuo Xiangmei keluar dengan segenggam daun bawang di tangannya, "Buka tutup pancinya."
Angkat tutup panci besi dan masukkan daun bawang ke dalamnya. Sup ikan berwarna putih susu mulai terlihat. Potongan besar daging ikan dibuat gemuk tapi tidak berminyak, wanginya juga melimpah, bahkan keluarga Wang yang rumahnya berseberangan dengan keluarga Shen pun bisa mencium aroma sup ikan yang tercium dari masakan keluarga Shen. Beberapa udang sungai di meja makan keluarga Wang langsung menjadi tidak terasa enak.
Nyonya Wang tidak puas dan mengeluh, "Kenapa orang lain punya ikan, tapi keluarga kita hanya punya sedikit udang ini."
Shen Xiaoba mencium aroma sup ikan dalam tidurnya, menelan ludah, dan perutnya menjadi keroncongan karena lapar.
"Uuu... Uuu..."
Shen Xiaoba juga ingin minum sup ikan dan makan ikan besar yang direbus dalam panci besi!
Saat Rong Yunxi melihat anak kecilnya menangis, dia segera meletakkan mangkuk sup ikannya ke atas meja dan mengangkat pakaiannya untuk memberi makan anaknya.
Rong Yunda merasa bahagia sudah melahirkan seorang anak perempuan. Meskipun kali ini dia lebih sulit melahirkan, dia masih punya banyak ASI, lebih banyak daripada sebelumnya saat dia melahirkan dua anak laki-lakinya.
Bisa dijamin anak perempuannya ini akan kenyang.
Shen Xiaoba mencium aroma sup ikan, dan minum susu dari ASI ibunya, dan setelahnya tertidur lagi setelah kenyang.
Di halaman rumah keluarga Shen, semua orang berkumpul di sekitar panci besi besar, dengan senang hati menyendok ikan dalam mangkuk sup ikan mereka dan menggigitnya dengan gigitan besar.
Keluarga Shen, yang sudah lama tidak makan daging, merasa sangat nikmat saat menyantap semangkuk ikan besar ini, bahkan lobak yang direbus menjadi sedikit lebih segar dan manis dari sebelum-sebelumnya.
Ada juga sepiring udang kukus yang diletakkan di sebelah panci besi, sesuai jumlah anggota keluarga Shen, masing-masing bisa mendapat dua ekor udang.
Zuo Xiangmei memandang cemas anak-anak di keluarga Shennya yang sedang mengupas udang, "Kulit udang yang dikupas jangan dibuang. Taruh semua kulitnya di piring ini. Berikan ini ke ayam-ayam tua di halaman belakang untuk mereka makan nanti."
Keluarga Shen bahkan memperbaiki makanan untuk ayam-ayam tua.
Hujan ringan selama beberapa hari di Desa Luoan, membuat sawah bisa diairi sepenuhnya.
Baik itu penduduk desa atau keluarga Shen, saat mereka membahas Shen Xiaoba dari keluarga Shen, mereka akan menyebutnya dengan bintang keberuntungan, Xiaofuwa.
Shen Xiaoba tidak puas dengan nama itu! Meski masih bayi, dia tetap membutuhkan nama!
Kapan keluarga akan memberinya nama?
Tiga hari kemudian.
Shen Xiaoba akhirnya mendapatkan namanya.
Karena ayahnya sudah kembali.
Shen Sanliang, putra ketiga dari keluarga Shen, adalah satu-satunya sarjana di keluarga Shen.
Sayangnya, Shen Sanliang tidak cukup berbakat dan gagal lulus ujian kekaisaran, jadi dia bekerja di kota untuk mengajar di sekolah swasta tempat dia belajar sebelumnya dan mendapatkan sejumlah uang untuk menghidupi keluarganya.
Desa Luo'an berada di belakang gunung, dan lalu lintasnya terbatas. Bahkan gerobak sapi dan gerobak keledai tidak bisa diakses. Mereka hanya bisa berjalan keluar dari siang hingga ke malam, lalu naik gerobak sapi atau gerobak keledai dari desa lain ke pusat kabupaten.
Berita melahirkan Rong Yunxi tersiar. Setelah tiba di kabupaten, Shen Sanliang bergegas pulang tanpa henti. Butuh waktu tiga hari untuk tiba di Desa Luo'an tempat keluarga Shen tinggal.
Begitu Shen Sanliang memasuki rumah, ibunya menariknya ke samping.
"Ibu, aku ingin pergi menemui Yunxi dan anak perempuanku."
Melihat ekspresi cemas Shen Sanliang, Nyonya Shen meraih tubuh anaknya dan menolak untuk melepaskannya, "Sanliang, pernahkah kamu mendengar berita atau kabar tentang adik keempat dan kelimamu saat kamu di kota?"
Ada lima anak laki-laki di keluarga Shen. Yang tertua, kedua dan ketiga semuanya ada berada dan tinggal di Desa Luo'an. Hanya anak keempat dan kelima saja yang tidak tinggal di desa ini. Beberapa tahun yang lalu, saat semua orang di keluarga Shen tertidur, mereka berdua keluar rumah dan menitipkan surat yang mengatakan mereka akan bergabung menjadi tentara untuk memenuhi panggilan dari kekaisaran, mereka berdua mengambil kesempatan ini untuk memperbaiki situasi di keluarga mereka dan negeri ini.
Sebelumnya, keluarga mereka masih bertukar surat dalam beberapa tahun pertama, namun setelah dinasti sebelumnya dikalahkan dan dinasti baru berdiri di tahun lalu, tidak ada kabar lagi dari mereka berdua.
Nyonya Shen khawatir terjadi sesuatu pada kedua putranya, tapi jika kedua putranya tewas dalam pertempuran, seharusnya ada kepastian. Sekarang tidak ada kabar tentang mereka, dan keluarga Shen tidak tahu apakah mereka berdua masih hidup atau sudah mati, yang membuat orang di keluarga Shen semakin gelisah dari hari ke hari.
Mungkinkah mereka berdua tewas di medan perang dan tidak ada yang mengambil mayatnya?
Shen Sanliang memikirkan kedua adik laki-lakinya dan menghela napas, "Ibu, belum ada kepastian tentang masalah ini. Juga tidak berita yang keluar tentang mereka. Jangan terlalu khawatir."
Anggota keluarga Shen sebenarnya tidak punya harapan lagi tentang mereka berdua, tapi Nyonya Shen tidak rela berpisah dengan kedua putranya, bahkan potongan daging mereka yang terjatuh harus ditemukan.
Nyonya Shen melambaikan tangannya dengan kecewa, "Baiklah. Pergi dan temui putrimu,"
Shen Sanliang bergegas menuju kamarnya.
Saat dia mmbuka pintu, dia melihat istrinya yang menawan. Rong Yunxi bukan berasal dari desa ini, dibandingkan dengan wanita berkulit gelap dan kurus di desa ini, kulit istrinya jauh lebih putih dari mereka.
Setelah tidak bertemu selama berhari-hari, Shen Sanliang segera memeluk istrinya dan menciumnya, "Istriku, terima kasih atas kerja kerasmu."
Rong Yunxi tersipu malu dan melirik bayinya yang berbaring di sebelahnya, "Ini masih siang bolong, Xiaoba bisa melihat kita."
Baru kemudian Shen Sanliang melihat putrinya, "Dia masih muda dan belum mengerti."
Shen Xiaoba: Ayah, aku mengerti!
"Uuu…uuu…"
Shen Xiaoba tidak bisa mendengarkan percakapan orang tuanya lagi dan memutuskan menangis untuk menarik perhatian orang tuanya.
Rong Yunxi merasa kasihan pada gadis kecilnya. Dia segera mendorong Shen Sanliang menjauh, memeluk putrinya dan membujuknya, "Xiaoba, Ibu ada di sini. Lihat, Ayahmu sudah kembali. Ini Ayahmu."
Rong Yunxi hanya memperhatikan putri kecilnya. Shen Sanliang akhirnya memperhatikan putrinya yang baru lahir, "Istriku, gadis kecil ini mirip denganmu, cantik dan lembut. Dia juga sangat manis."
Ada banyak gadis di desa, tapi Shen Sanliang merasa bahwa kecantikan putrinya bisa mengalahkan seluruh gadis tercantik di desa.
Setelah menyela aksi intim orang tuanya, Shen Xiaoba berhenti menangis, hanya hidung kecilnya yang masih mengendus dan dia bernapas perlahan.
Sepasang mata besar itu menatap Ayahnya, yang membuat hati orang-orang luluh saat melihatnya.
"Oh, putriku menatapku. Xiaoba, biarkan Ayah memelukmu."