"(Apa salah nya jika ku menikah dengan seorang gadis....)" pikir Samuel yang saat ini duduk melamun. Dia telah menyelesaikan tugas nya sebagai sosok yang di butuhkan, agensi tidak membutuhkan nya lagi dan dia tidak mau di butuhkan, di umurnya, dia seharusnya sudah menjalin kehidupan baru dan lebih baik untuk nya.
"Tuan..... Tuan.... Tuan!!" ada seseorang yang memanggil membuat Samuel tersadar dari lamunan nya.
Di hadapan meja nya ada seorang perempuan yang berwajah bingung. "Um.... Tuan... Apa anda?"
"Ah aku baik baik saja, sampai mana tadi?" Samuel menatap.
"Jadi begini, warna dari baju pengantin pria akan berwarna dres hitam dan pengantin wanita bergaun putih," kata perempuan itu. Rupanya Samuel sedang menyewa orang pembantu pernikahan, semuanya juga harus di siapkan dengan matang.
"Jadi Tuan, calon istri anda memilih gaun yang seperti apa?" perempuan itu kembali menatap sambil menunjukan buku banyak sekali model baju gaun pengantin wanita yang berwarna putih.
Samuel membuka setiap lembar nya yang merupakan banyak sekali model yang cantik.
"(Hm..... Ini semua terlalu bagus, aku jadi bingung harus pilih yang apa?)"
"Atau anda nanti bisa membawa calon istri anda untuk memilih nya sendiri," kata perempuan itu.
"Aku akan membawa nya nanti, tapi aku lebih suka jika dia memakai model yang ini," Samuel menunjuk gaun putih pengantin yang cantik dan tak terlalu terbuka.
"Pilihan yang terjaga, tapi kita lihat saja istri anda nanti," perempuan itu menambah.
Setelah dari sana, Samuel berjalan keluar akan membuka pintu mobil nya tapi ia berhenti dan menoleh ke kedai bunga.
"(Oh nge pas banget,)" dia menjadi tersenyum senang.
Beberapa jam kemudian mobil nya berhenti di sebuah kampus.
"(Hari ini Seo jin merupakan mahasiswi baru... Dia masih saja mau kuliah padahal akan menikah, tapi yah terserah dia. Aku juga membiayai kuliah nya karena dia belajar dengan cepat dan aku berpikir itu tak boleh di sia siakan. Setelah apa yang aku buat untuk nya belajar pendidikan lebih baik, dia menjadi gadis yang akan berprestasi,)" Samuel terdiam berpikir mematikan mobil nya dan mengambil ponsel nya.
Dia melihat ada pesan dari seo Jin bahwa dia akan terlambat keluar dan meminta Samuel untuk menunggu sebentar.
"(Baiklah, tak masalah,)" Samuel menjadi menunggu. Di kursi samping nya ada buket bunga yang siap di terima Seo Jin.
Tak lama kemudian Seo Jin mengetuk kaca jendela mobil lalu membuka pintu. Ia terkejut melihat buket bunga mawar berwarna merah romantis itu.
"Yo sayang," tatap Samuel dari bangku supir nya.
"Ini?" Seo Jin masih tak percaya.
"Masuklah, aku akan mengantar mu ke suatu tempat," kata Samuel. Lalu Seo Jin mengangguk.
"Bagaimana dengan hari pertama mu?" tatap Samuel sambil menjalankan mobil nya.
"Semuanya baik baik saja, aku harap besok tak ada kendala untuk pernikahan kita.... Ngomong ngomong siapa saja yang kau undang?"
"Tidak banyak kok.... Bagaimana dengan mu?"
"Aku tidak ada sama sekali."
"Hah... Kenapa?!" Samuel langsung terkejut.
"Memang nya untuk apa undangan seperti itu.... Aku hanya tak ingin mereka melihat ku bahagia dulu," balas Seo Jin. Hal itu membuat Samuel terdiam dan tersenyum kecil.
"Kau tahu, kita akan menjalani kehidupan yang lebih serius, dan tugas yang paling berat adalah milik mu, kau harus melayani ku, kau mengerti?" Samuel menatap.
"Ya, aku mengerti, aku tak sabar melakukan nya..." Seo Jin membalas dengan tersenyum kecil.
Sesampainya di tempat penyewaan pernikahan. Perempuan yang tadi memberikan model buku gaun pengantin pada Seo Jin.
"Kau harus memilih nya, Seo Jin," kata Samuel yang berdiri di samping Seo Jin yang duduk di kursi.
Seo Jin terdiam melihat semua gaun gaun yang cantik itu. "(Ini semua sangat cantik, tapi aku tahu Samuel juga akan memilihkan ku yang bagus.... Aku harus memilih seleranya,)" dia terdiam dan menemukan pilihan nya.
"Ini terlihat bagus, sangat sesuai menurut ku," dia menunjuk yang rupanya itu tadi di tunjuk oleh Samuel. Hal itu benar benar tidak di sangka sangka.
Seketika Samuel dan perempuan tadi saling menatap. "(Benar benar cinta sejati,)" pikir perempuan itu yang masih terngangah.
"(Aku tidak menyangka Seo Jin akan memilih itu... Padahal itu yang aku anggap cocok untuk nya tadi, aku juga tidak memberitahunya sama sekali?)" Samuel masih bingung. Lalu Seo Jin menoleh pada nya.
"Apa yang salah?"
"Ti.... Tidak ada, itu cocok sekali untuk mu," kata Samuel.
Tapi perempaun tadi baru sadar akan sesuatu saat melihat Seo Jin. "Apa kau.... Masih muda?" tanya nya membuat Samuel dan Seo Jin terdiam.
--
Malam nya mobil Samuel berhenti di sebuah tempat yang besar, halaman yang luas dan rumah yang berbau khas kekayaan.
Di sana terlihat sepi dan tidak pernah di huni tapi tetap bersih.
Seo Jin keluar dengan bingung dengan masih membawa buket bunga itu.
"Ini?"
"Kemarilah babe," Samuel menatap dari depan. Lalu Seo Jin berjalan mendekat.
Mereka berdua masuk ke rumah itu. Seketika di sana terlihat banyak sekali lukisan lukisan yang sangat bagus. Mulai dari lukisan dinding, kanvas hingga buku gambar yang sangat banyak. Meskipun terlihat padat dengan adanya karya lukisan tapi dalam rumah itu tetap terlihat aesthetic.
"Sangat keren," kata Seo Jin. Banyak sekali lukisan yang sangat bagus di sana, terlihat seperti lukisan mahal.
"Aku sudah lama tidak kemari jadi yah rasanya kayak aneh... Kau bisa duduk di sofa," kata Samuel.
"Apa ini rumah mu.... Tapi, bagaimana bisa.... Bagaimana dengan rumah besar itu?!" Seo Jin masih menatap tak percaya.
"Yah sebenarnya aku membeli rumah itu, tapi rumah yang ini adalah rumah untuk menyimpan beberapa lukisan ku, aku berbisnis sendirian dengan lukisan ini... Jadi yah ini yang aku dapat kan, sudah kubilang kau beruntung bersama ku," kata Samuel sambil melepas jas nya.
"(Dia benar benar keren, punya banyak sekali rumah, )" Seo Jin menjadi senang lalu duduk di sofa yang empuk itu. Tapi ponsel nya berbunyi.
"Oh.... Ini dari mereka," dia menjadi sibuk sendiri.
Tak lama kemudian Samuel datang membawa teh hangat lalu duduk di samping nya dan menyalakan televisi di depan agak jauh.
"Babe, kau mau melihat sesuatu di televisi?" tatap Samuel yang memegang remot.
"Um... Bentar," Seo Jin masih fokus pada ponsel nya membuat Samuel terdiam.
"(Kenapa dia jadi sibuk psda ponsel nya?.... Tujuan ku membawanya kesini itu juga karena ingin menghabiskan malam sebelum besok.... Aku harus cari cara sepertinya,)" Samuel mencoba berpikir. Lalu dia terpikirkan ide yang menurut nya ampuh.
"Ah... Nafasku habis," Samuel memegang dada nya sambil kesesak sesak membuat Seo Jin menoleh dengan bingung tapi ia langsung panik.
"A... Apa yang terjadi?!" dia meletakan ponsel nya dan menatap ke Samuel.
"Aku sesak," kata Samuel.
"Aku akan panggil ambulan!!" Seo Jin yang panik kembali memegang ponsel nya. Tapi Samuel menahan tangan nya.
"Tidak, aku tidak bisa menunggu.... Aku ingin sekarang... Beri aku nafas buatan," kata Samuel. Seketika Seo jin tahu bahwa Samuel hanya berakting dia menjadi akan cuek tapi tiba tiba Samuel menarik nya dan mencium nya membuat nya terdiam tak percaya.
"(Apa yang?!!!!)" Seo Jin terdiam terkejut. Samuel benar benar membuat suasana menjadi seperti itu. Paling tidak dia berhasil membuat Seo Jin tidak sibuk pada ponsel nya lagi.
"Itu manis babe.... Kau ingin mencoba nya lagi, aku memiliki keterampilan enak dalam ciuman," tatap Samuel yang mulai mencoba membuat Seo Jin terangsang. Dan saat ini Seo Jin berwajah merah dan merona.
"Aku.... Aku.... Kau pasti lapar," kata Seo Jin. Tapi hal itu membuat Samuel terdiam karena dia mengalihkan pembicaraan.
"Kita belum makan apa apa malam tadi.... Aku akan memasak," Seo Jin berdiri.
"Tapi apa kau bisa memasak?"
"Kau meremehkan ku, lihat saja nanti," Seo Jin langsung berjalan ke dapur.
"Ngh oghey.... Aku akan menunggumu," Samuel mulai menonton televisi.
Seo Jin menemukan apron di dapur berwarna pink. Seketika wajah nya menjadi dingin dan pucat. "Apa di sini tak ada apron lain yang warna nya berbeda?"
"Tidak ada, itu saja yang cocok untuk mu," balas Samuel. Seketika Seo Jin kesal, tapi dia tetap pasrah memakai nya lalu memasak.
Tak lama kemudian, Samuel mematikan televisi. "(Ini sudah lama, apa dia belum selesai memasak?)" dia memikirkan Seo Jin yang masih di dapur lalu berdiri dan berjalan ke sana.
Terlihat Seo Jin menutup panci sup nya.
"Sup nya akan segera siap," kata Seo Jin sambil menoleh ke Samuel. Karena dia tahu Samuel berjalan ke dapur.
Tapi Samuel terdiam melihat Seo Jin memakai apron manis itu.
"Oh... Sangat bagus," tatap nya sambil duduk di kursi meja makan sambil memandang Seo Jin membelakangi nya mengiris tambahan dalam sup nya.
"(Aku pria beruntung di sini,)" Samuel mulai tersenyum sendirian.
Seo Jin lalu memasukan bahan lain nya lalu kebetulan melihat ke satu lukisan di atas wastafel. Lukisan itu terlihat seperti suatu tempat dan hanya satu rumah.
"(Itu...) Samuel, itu apa?" Seo Jin menunjuk dengan penasaran. Tapi ia menoleh dengan terkejut karena Samuel sudah di belakang nya sangat dekat. Memegang pinggang Seo Jin.
"Itu lukisan yang aku buat saat berumur 10 tahun," bisik nya yang mulai mencium leher Seo Jin.
"Ah... Dasar pria cabul... Kau belum boleh menyentuh ku."
"Kenapa.... Aku hanya ingin mencium baumu," Samuel masih meneruskan nya hingga ia memohon Seo Jin. Tapi tiba tiba. Tuk!!!!
"Akh..... Aduh duh.... " Samuel kesakitan pada kepala nya yang benjol karena Seo Jin memukul nya dengan kayu pengaduk yang keras hingga Samuel terlutut.
"Hmp.... Kau bisa melakukan itu saat kita sudah menikah nanti."
"Tapi itu hanya besok.... Menikah itu hanya tinggal besok."
"Besok sih iya.... Tapi kau harus bayangkan perempuan yang ada di luar sana belum mengenal pria nya dan sudah menikah paksa. Dia akan tersentuh oleh pria nya yang sudah menikahi nya di malam pertama," kata Seo Jin.
"Jadi kau menginginkan malam pertama saat pernikahan?" tatap Samuel sambil berdiri masih memegang kepala nya.
"Yah kurang lebih nya begitu."
"Baiklah, aku akan menyiapkan malam spesial untuk mu..." dia mencium kening Seo Jin membuat mereka berdua tersenyum bersama.