Selamat membaca guys, semoga kalian suka.
Note kalimat miring+tanda petik satu itu pakek bahasa isyarat ya ^-^
.
.
.
.
Adhisti Jyotika Bhanuresmi adalah seorang gadis cantik yang terlahir dengan kekurangannya. Dia terlahir tunawicara atau bisu, walaupun begitu dia tetap menjalani kehidupan yang baik. Dengan dukungan dari keluarganya dia menjalani hari-harinya dengan semangat yang luar biasa, dia juga tidak pernah merasa minder dengan kekurangan yang dia miliki.
Hingga suatu hari dia bertemu dengan seorang pria tampan yang membuat jantungnya berdebar cepat, ini pertama kalinya dalam hidup adhisti merasakan perasaan seperti kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya. Hal ini pula yang membuat dia untuk pertama kalinya merasa minder dengan kekurangannya.
"Dhisti." Panggil seorang gadis pada adhisti yang tengah duduk melamun di bangku taman belakang rumahnya.
Adhisti tersenyum saat melihat seseorang yang tadi memanggilnya, dengan bahasa isyarat dia bertanya pada mara atau lengkapnya Kumara Mahika 'Ada apa mara?'
"Oh aku dari tadi manggil kamu, tapi kamunya asik melamun. Apa yang kamu pikirkan?" Tanya mara pada adhisti, yang seketika itu membuat rona merah sama muncul di pipi putih adhisti. Mara yang melihat itu tersenyum menggoda dan berkata "Oh ho apa ini? Apakah gadis manis ini telah jatuh cinta?"
Perkataan mara semakin membuat rona merah terlihat lebih mencolok, adhisti buru-buru berbicara dengan bahasa isyaratnya 'Jangan menggodaku mara, aku malu' dengan senyum malu yang terlihat indah.
"Hahaha oke sayangku, aku tidak akan mengodamu lagi. jadi coba cerita seseorang yang telah membuat gadis manisku ini jatuh cinta." Ucap mara dengan tawa riangnya saat melihat godaanya pada adhisti berhasil.
Adhisti mulai merenung, mangali ingatannya tentang pertemuan yang membuat hatinya berdebar dan perutnya di penuhi dengan kupu-kupu terbang. 'Saat itu aku sedang ingin ke taman dengan kak nalen seperti biasa. Tapi ternyata kak nalen gak bisa ikut ke taman karena ada kerjaan, jadi aku pergi sendiri saja-' Adhisti tersenyum menatap mara yang duduk di sampingnya.
'Saat di taman aku tidak sengaja di tabrak oleh seseorang hingga terjatuh. Orang yang menabraku tidak meminta maaf ataupun membantu ku berdiri, malah marah-marah dan pergi begitu saja.' Mara bisa melihat raut wajah adhisti yang kesal saat menceritakan bagian ini, dia sendiripun ikut kesal saat mengetahuinya.
"Lalu dia datang dan membantu kamu?" tebak mara, dan tebakan ini ternyata tepat sekali. Adhiti menganggukan kepalanya, 'Ya, dia membantuku berdiri karena kakiku kesleo. Kau tau mara, dia adalah pria yang baik dan tampan. Dan satu hal yang haru kamu tau, dia dan aku sama.'
Mara menyergit bingung, "Apa maksudnya?"
Adhisti tersenyum tipis. 'Dia dan aku sama-sama memiliki kekurangan. Dia tunarungu mara, saat itu aku juga sempat terkejut, ku kira dia orang normal pada umumnya.'
Mara yang mengetahui hal ini hanya bisa tersenyum tipis. Apapun yang sahabatnya suka dan membuat sang sahabat Bahagia, diapun akan ikut bahagia.
Di sisi lain ada seorang pria tampan yang tengah melamun sambil menatap langit yang cerah, pria itu atau bisa kita kenal dengan daneswara mahesa pradipta bertanya-tanya dalam benaknya, Bagaiman rasanya bahagia? Bagaiman rasanya memiliki keluarga yang utuh? Bagaimana rasanya kasih sayang seorang ibu? Kenapa ibunya membuangnya? dan berbagai pertanyaan-pertanyaan lainnya berkencambuk dibenaknya.
Apakah ibunya malu dengan kekurangannya? Jika dia bisa lahir dengan sempurna diapun ingin menjadi sempurna.
Tak sadar air mata mengalir di pipi mahesa itu. Dia menangis dalam diam, menangisi kisah hidupnya yang menyedihkan. Sampai seseorang tiba-tiba saja masuk ke kemarnya dan memeluknya erat.
"Menangislah nak, maafkan ayah yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk keadaanmu sekarang." Ucap orang baru saja masuk ke kamar mahesa yang tengah menangis dan memeluknya erat. orang itu adalah ayah mahesa kepala keluarga pradipta atau bis akita kenal aryasetya pradipta.
Arya melepaskan pelukanya dan mentap sang anak, lalu berkata "Ayah benar-benar meminta maaf pada kamu nak. Sendainya ayah datang tepat waktu, kamu mungkin tidak akan menderita seperti sekarang." Diikuti dengan gerakan tangannya.
Dia sebagai ayah merasa bersalah, karena tidak bisa membuat anaknya bahagia. Semenjak mantan istrinya pergi begitu saja dengan selingkuhannya dan mahesa yang sempat di celakai oleh pria yang menjadi selingkuhan mantan istrinya, hingga mahesa harus kehilangan pendengarnya. Membuatnya selalu dihantui rasa bersalah terhadap anaknya.
Mahesa yang melihat ayahnya ikutan sedih, jadi merasah besalah. Dia menatap sang ayah, yang selalu ada di sampingnya bagaimana pun keadaannya.
'Tidak perlu minta maaf ayah, aku yang harusnya berterimakasih karena ayah tidak meninggalkanku seperti ibu.' Arya tersenyum pedih. Walapun sang anak sudah mengatakan untuk tidak meminta maaf, mau bagaimanapun dia juga salah. Andai saat itu dia bisa lebih berhati-hati saat menjaga sang anak, mungkin mahesa tidak akan seberti sekarang.
"Ayah akan selalu sama kamu, dan tidak akan meninggalkan kamu, kecuali maut yang membuat ayah harus berpisah denganmu nak" Ucap sang ayah di ikuti gerakan Bahasa isyarat.
.
.
.
.
Terimakasih buat yang sudah membaca,