""""
Olivia meringis sedikit saat jemari Seb saling menjerat dengan jari-jarinya, cengkramannya hampir mematahkan tulang. Dia mencuri pandang ke arah Seb, melihat topeng ketenangan yang dipakainya. Jika saja dia tidak merasakan sendiri genggaman tangannya yang seperti rahang, dia hampir percaya dia sama sekali tidak terpengaruh.
Olivia tidak bisa menahan tawa pelan, meskipun tidak nyaman dengan genggaman besi Seb di tangannya. "Tahu tidak, Seb, aku tidak pernah mengira kamu orang yang cemas. Aku pikir kamu itu Tuan Tanpa Takut, menghadapi bahaya tanpa mengeluarkan keringat. Tapi kamu..."
Seb mengerutkan kening saat menghadapnya dengan tampang tidak terganggu," Apakah kamu sedang memproyeksikan emosimu atau apa? Dari sudut mana aku terlihat cemas menurutmu? Kamu perlu aku bawa ke dokter mata?[1]"
Olivia memutar bola matanya," Wajahmu memang tidak terlihat cemas. Kamu benar. Tapi, tanganmu di sisi lain sudah hampir menghancurkan tulangku menjadi serbuk."
