Pria itu, berpakaian rapi dalam seragam supir, melakukan kehormatan yang sempurna hingga 90 derajat saat dia membuka pintu mobil untuk wanita cantik yang baru saja turun dari pesawat.
Suasana dinginnya bisa membuat siapa saja menggigil ketakutan, dan sopir itu tidak terkecuali saat ia mencoba untuk mempertahankan pandangannya tertunduk ke tanah. Sikap dinginnya sedikit mencair saat ia meluncur ke dalam interior mobil yang mewah, langsung disambut oleh hembusan segar dari pendingin udara.
Dengan setiap langkah dari pesawat menuju mobil yang menunggu, Vivienne merasa seakan ia sedang menyeberangi gurun yang menyengat. Sepuluh langkah singkat itu terasa tak berujung, masing-masing sebagai pengingat iklim panas yang telah ia tinggalkan lima tahun yang lalu. Ia membenci cuaca ini dan negeri ini. Satu-satunya alasan dia kembali adalah Seb. Begitu ia memastikan tujuannya tercapai, dia tak akan kembali ke sini.
