"Kamu harus bisa menguasai diri, Ian," saran Seb lembut saat dia melihat Ian berjalan mondar-mandir gelisah di lantai kantor. "Belakangan ini ada yang berbeda darimu. Ada apa? Kamu tampak... berubah."
Ian melirik Seb dan menghela nafas dalam, "Tidak ada apa-apa. Saya hanya... saya tidak suka dengan apa yang terjadi hari ini."
"Mm.. kita semua tidak menyukainya. Tapi bukan kah tidak biasanya kamu yang meledak seperti itu? Bukankah kamu Tuan yang tidak tergoyahkan? Jika ada orang lain selain Setan, yang selalu tenang di tengah badai, itu adalah kamu. Saya mengerti kemarahan Setan, tapi kamu..."
"Apa? Hanya Setan yang boleh marah tentang segala yang terjadi? Bukankah Gabe sudah cukup lama berbuat bodoh? Dia hanya memikirkan cintanya itu saja. Dan kita membiarkannya, tapi hari ini karena keegoisannya, dua nyawa tak bersalah bisa terancam."
