Alexander Sterling berdiri di depan bangunan yang reyot itu, matanya putar-putar mencari-cari di mana gadis kecilnya mungkin berada. Ia menelan ludah, menggenggam ponselnya di tangan, sambil melihat ke dalam interior gelap bangunan tersebut. Tempat itu berbau sampah busuk sementara jendela dan pintu hampir tak bergantung pada engselnya lagi.
Tempat itu sunyi dan ia tak bisa tidak bertanya-tanya mengapa ia dipanggil ke sini. Karena para penculik tidak meminta uang, tentu saja ia tahu alasan lain yang mungkin menjadi sebab mereka memanggilnya ke sini adalah karena mereka memerlukan kekuasaannya sebagai Perdana Menteri.
Tempat itu tetap sepi menghantui, satu-satunya suara adalah langkah sepatunya di lantai yang menyadarkannya dengan pedih bahwa Dora mungkin tidak ada di sini. Mereka pasti telah menggunakan dia sebagai umpan untuk membawanya ke sini. Ia hanya berharap setelah mereka memilikinya, mereka akan membiarkan dia sendiri.