Erasmi Frost terbaring diam di atas tempat tidur rumah sakit yang steril dan putih, tatapannya mengarah lurus ke langit-langit seolah terdapat jawaban atas satu dekade keheningan. Dengungan peralatan medis dan gema langkah kaki jauh adalah satu-satunya suara yang menembus ruangan yang sepi itu. Tubuhnya, yang dulunya penuh vitalitas, kini tampak seperti cangkang semata dari dirinya yang dulu. Titik soft dari monitor jantung menyediakan ritme stabil sementara satu-satunya jendela di sudut ruangan membiarkan sedikit cahaya siang menembus gorden tebal, menciptakan cahaya lemah di lantai linoleum. Sudah begitu setiap hari selama beberapa tahun terakhir.
Namun, hari ini ada yang berbeda. Mata Erasmi, yang biasanya mendung oleh bertahun-tahun kesepian, berkilau dengan kesadaran. Seolah bara yang telah lama terpendam kini menyala kembali dalam dirinya. Banyak kenangan tampak menari dalam pikirannya, tawa bebas seorang wanita muda berada di garis terdepan.