```
Mengapa dia begitu sial? Wanita satu-satunya yang dia cintai malah mencintai orang lain. Tapi kenapa terasa seakan bukan pertama kalinya dia merasakan hal ini?
"Permisi," katanya dan mulai berjalan menjauh saat dia merasakan sakit kepala yang tiba-tiba.
Langkah kakinya berat, tapi tidak sepedih sakit kepala yang semakin menjadi seiring dengan langkahnya menuju pintu.
Dia menggertakkan giginya melawan rasa sakit yang menggerogoti pelipisnya, rasa sakit yang semakin intensif saat fragmen-fragmen kenangan berputar di pinggiran kesadarannya, tidak jelas namun sangat dekat.
Tapi ini bukan waktunya untuk menyerah. Dia harus tetap tenang, mempertahankan kenyataan bahkan saat bayangan itu berputar-putar seperti hantu yang gelisah.
Dia mempercepat langkahnya karena dia tidak ingin siapa pun menyaksikan krisisnya di tempat yang ramai itu, tapi suara Lauren menyeru kepadanya dari belakang, menariknya kembali ke alasan dia merasakan hal itu.
