"Lihat, saya baik-baik saja. Tidak ada organ vital saya yang terkena, dan saya akan pulang dalam beberapa jam," Robin tersenyum lemah dan dengan bangga mengumumkan begitu melihat Sabrina di pintu.
Dia belum lupa janji yang telah Sabrina buat sebelum peluru itu dikeluarkan, dan dia dengan antusias menantikan pemenuhannya.
Dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya, ingin agar Sabrina melihatnya sebagai orang yang kuat dan mampu.
Sabrina berjalan mendekat, senyumnya bercampur dengan kesedihan. Hatinya dipenuhi dengan pusaran emosi, saat dia berjuang untuk mengerti mengapa pria ini terlalu bangga untuk menunjukkan cintanya di awal.
Bangga? Ya, itulah satu-satunya kata yang bisa Sabrina gunakan untuk menjelaskan perilaku Robin di masa lalu, selain manipulasi Zayla.
Dia tidak lagi merasa bodoh karena masih mencintainya dan lega bahwa dia telah berubah sebelum terlambat.