Alistair menggeser posisinya dan memberi isyarat kepada Silas untuk masuk ke kamar gelap itu sebelumnya. Silas menghela napas dan melangkah masuk ke kamar itu, menggelengkan kepalanya dengan kecewa.
Sejak Alistair kehilangan tangannya, dia menjadi terlalu curiga dan paranoid terhadap semua orang di sekitarnya, termasuk istrinya. Silas bukan orang bodoh; dia tahu bahwa tindakan Leonora telah menempatkan mereka berdua dalam bahaya besar, dan kini giliran Silas untuk menyelesaikan kekacauan ini.
Dia menginginkan kehidupan yang damai di mana ia bisa berkunjung ke pelacur, mabuk-mabukkan, dan bersenang-senang, tetapi kehidupan itu mustahil selama Alistair masih tanpa tangan. Tanpa tangan, dia bukan lagi Putra Mahkota, yang berarti Silas sekarang menjadi ancaman.
Jika dengan keberuntungan ia tidak dibunuh oleh kakaknya yang cemburu, Silas mungkin harus menjadi raja. Itu adalah takdir yang lebih buruk dari kematian. Dia tidak memerlukan pengamanan tambahan yang membelenggu dirinya.