Sebelum sinar matahari pagi menyentuh pulau yang telah menjadi rumah bagi putri kedua Versailles selama dua minggu, Niyasa terbangun dengan kelopak mata yang berat karena kantuk ketika merasakan tanah di bawahnya bergetar. Dahulu seorang yang tidurnya lelap, kini dia menjadi mudah terbangun setelah nyaris kehilangan kakinya yang hampir digigit salah satu buaya pulau itu.
Niyasa mengamati sekelilingnya, namun tidak melihat buaya di dekatnya, dia menutup matanya sekali lagi, hanya untuk terkejut terbangun oleh suara tanduk keras yang bergema di seluruh pulau. Mengenali suara itu sebagai sesuatu yang familiar, dia segera bangkit dan berjalan menuju air dalam kegelapan. Matanya bercahaya dengan pantulan api yang jauh.
Di tepi air, terdapat sebuah perahu kecil, dengan kapal yang lebih besar berlabuh tidak jauh di belakangnya.