Pagi yang cerah berikutnya, Everly terbangun dengan wajah yang segar dan santai.
Dia meregangkan otot-ototnya dan memalingkan kepala, namun terkejut dan mundur karena ketakutan saat melihat sesuatu.
"Valerio!" Dia berseru.
Di sofa, Valerio, yang duduk dengan kaki bersilang, tangan bertautan, dan pandangannya yang tajam tertuju padanya.
"Kamu sudah bangun." Dia berkata padanya dengan kilatan dingin di matanya.
"Ya, saya sudah bangun, tapi saya tidak mengerti mengapa kamu memandang saya seperti itu. Itu menakutkan. Saya pikir jiwa saya hampir keluar dari tubuh." Everly mengambil napas dalam-dalam sebagai tanda lega dan turun dari tempat tidur.
"Seburuk itu kah?" Valerio bertanya sambil menarik kepalanya ke belakang.
"Ya!" Everly menjawab dan berjalan ke arahnya.
Dengan tangan di pinggul, dia mendongakkan alis pada Valerio.
"Mengapa kamu memandang saya seperti itu? Apakah ada yang terjadi?" Dia bertanya, merasa ada sesuatu yang telah terjadi.