Semua orang menatapku saat aku melangkah keluar dengan gaunku. Kuangkat pandangan ke bulan yang kini bersinar terang. Ini adalah waktu yang sempurna untuk berubah wujud. Mataku menyapu kerumunan lagi, mencari sosok Ivan. Tapi yang bisa kulihat hanya Kiran dan sisa teman-temanku. Bahkan Harald dan istrinya berhasil tiba tepat waktu. Namun Ivan masih belum ada di sini.
Dewa, seberapa marahkah dia? Saya mulai merasa marah. Brengsek sialan itu! Dia akan meninggalkanku sendiri untuk melakukan semua ini dan tidak menyaksikan aku dalam kejayaan penuhku, bagaimana dia berani? Saya bertanya dalam amarah ketika akhirnya saya melihatnya, bergerak melalui kerumunan, menonjol seperti biasa.
Saya tersenyum saat dia bergerak untuk mengambil tempat di tahta. Ketika dia menatapku, aku melempar kedipan mata padanya tapi dia hanya menatapku balik dengan ekspresi tak bergerak di wajahnya tapi aku memperhatikan cara dia mencengkeram sandaran tangan kursinya dengan erat.