Orang-orang merayakan kedatangan ratu mereka dengan sangat meriah. Aku masih ingat menari sepanjang malam bersama orang-orang kota, tertawa dan minum dalam perayaan yang gembira. Aku masih tidak percaya Ivan mendirikan patungku di kerajaan. Jujur ini adalah hadiah permintaan maaf terbesar yang pernah kuterima. Begitu tinggi dan besar hingga aku bisa melihat kepala emas yang berkilauan dari jendela kamar tidurku.
Saat itu aku sedang di kamarku bersiap-siap untuk sesi latihan dengan Kiran ketika Yasmin masuk. Dia hanya melihatku sekali sebelum menggelengkan kepalanya kepadaku. "Jangan-jangan!"
"Jangan apa?" Tanyaku saat mengikat tali sepatu butku.
Yasmin menghembuskan napas sebelum ia menyilangkan tangannya di dada. "Kamu akan latihan dengan Kiran."
"Ya, pikirku aku bisa belajar beberapa gerakan baru." Kataku mengambil pedangku dan meletakkannya di pinggulku.
Yasmin menghembuskan napas frustrasi. "Haruskah aku mengingatkanmu bahwa kamu membawa darah kerajaan di dalam dirimu?"
