Chereads / PASANGAN PILIHANNYA / Chapter 29 - FESTIVAL MUSIM PANAS

Chapter 29 - FESTIVAL MUSIM PANAS

Ivan pasti tidak setuju untuk pergi ke festival musim panas kota ini bersamaku!

Awalnya dia terkejut saat tahu aku menerima undangan kota ini dan ketika aku memintanya untuk ikut, dia memberiku jawaban 'tidak'. Bahkan ketika aku memohon kepadanya dan bilang Kiran dan Aurora juga akan ikut bersamaku, Ivan tidak peduli dan menyuruhku pergi dengan mereka.

Aku tidak menyerah, aku mengikutinya di sekitar kastil memberinya seratus alasan mengapa kita harus menghadiri festival tersebut. Aku rasa orang-orang sudah meluangkan waktu untuk mengundangku, hanya adil jika aku menghormati undangan mereka. Lagipula, jelas mereka tidak sering melihat rajanya atau bangsawan lainnya berdasarkan sikap mereka terakhir kali aku ke sana bersama Aurora. Tapi itu akan berubah malam ini karena kita akan ke festival tersebut.

Ketika aku melihat sanjungan dan permohonanku tidak berpengaruh pada Ivan, bahkan airmata palsuku! Aku memutuskan untuk menggunakan cara lain. Aku mengancam akan pergi ke festival dalam keadaan telanjang jika Ivan tidak ikut dengan aku. Mendengar itu, mata Ivan menyala merah terang dalam peringatan tetapi aku tetap bertahan, aku tak mundur. Inilah mengapa kita di sini, berdiri di alun-alun di mana festival diadakan.

"Oke aku harus mengakui Arianne, kamu wanita yang pemberani!" Kiran berkata dengan kagum sambil melihatku dari tempat aku berdiri di samping saudaranya, lengannya melingkar erat di sekitarku.

Aurora mengangguk setuju. "Aku terkejut dengan caranya meyakinkan kalian berdua untuk datang, terutama Ivan!" Dia berkata sambil melihat ke atas pada kakaknya dengan tidak percaya.

"Aku tidak punya pilihan!" Ivan berkata dengan gigi terkatup, "Dia mengancam akan pergi telanjang!"

Aurora terkejut matanya membulat tidak percaya saat ia melihatku. "Kamu tidak melakukannya?"

"Aku benar-benar melakukannya!" Aku berkata dengan suara penuh kebanggaan.

"Wow! Aku sungguh harus memuji kamu adik ipar! Kamu sungguh tangguh!" Kiran berkata sambil melihatku dengan rasa hormat bersinar di matanya yang gelap. "Walaupun aku tidak keberatan jika kamu benar-benar melakukan ancamanmu itu." Kiran menggerakkan alisnya kepadaku dengan cara genit dan aku tertawa padanya sementara Ivan mengeluarkan geraman saat dia menatap tajam pada saudaranya.

"Kamu ingin mati saudara?"

Kiran tampaknya tidak terganggu oleh ancaman saudaranya. "Lalu aku akan mati sebagai pria yang bahagia tapi tenang saudara, aku tahu dia milikmu!"

"Milikku!" Ivan menekankan dengan geraman sambil memelukku lebih erat sementara aku memutar mataku pada sikap posesifnya.

"Ya, ya, ya, milikmu. Aku mengerti." Kiran berkata dengan nada bosan, "Tapi kita mungkin harus fokus pada pesta ini karena aku mulai berpikir kita sebenarnya tidak diundang." Kiran berkomentar saat ia memandang kota yang menjadi hening ketika kita tiba.

Begitu kita tiba, musik langsung berhenti semua orang menatap kita dengan gugup. Suasana terasa tegang, semua orang gugup menunggu apa yang akan kita lakukan. Tidak juga membantu bahwa Ivan raja mereka memberikan mereka tatapan mengintimidasi.

Aku mencubit rusuknya dengan siku. "Bisakah kamu tolong tidak terlihat seperti kamu ingin memenggal setiap kepala rakyatmu dan tersenyum saja?" Aku mendesis sambil menempelkan senyum di wajahku.

"Kenapa harus aku? Aku tidak di sini untuk menyenangkan mereka!" Kata Ivan dengan nada kering dan suaranya cukup keras untuk semua orang mendengar.

Aku melepaskan tawa gugup untuk segera menyembunyikannya lalu aku mendekati Ivan. "Senyum dan katakan sesuatu atau tali gaunku akan lepas!"

Ivan menyempitkan tatapannya kepadaku. "Kamu tidak akan berani!"

"Oh ingin mencoba teori itu Yang Mulia?" Aku tersenyum manis saat aku memandangnya dengan mata berkelip manis. Tanganku sudah bergerak menuju tali gaun kuningku.

"Aku mendukungmu Arianne! Lakukan saja!"

"Diam Kiran!" Ivan menggeram pada Kiran yang mengirimi aku kedipan mata dibelakang punggung saudaranya.

Aku mengangkat alisku pada Ivan yang akhirnya menghela napas lelah sebelum berpaling menghadap kerumunan, senyum palsu di bibirnya.

"Rakyat Egralon! Kami merasa terhormat telah menerima undangan anda untuk merayakan festival musim panas dengan kalian!" Ivan mulai dan kerumunan menyaksikan kita, "Semoga Aestas memberkati kita dengan musim panas penuh hasil panen yang baik, sekarang ayo kita bersenang-senang!" Ivan berkata dan pada saat itu keramaian meletus dalam sorakan.

Aku menatap ke atas pada Ivan sambil tersenyum padanya. "Itu sangat baik dari kamu!"

"Senang kamu setuju sekarang bisakah kamu tolong jaga pakainmu tetap menutupi tubuhmu?" Ivan meminta dengan tatapan bosan.

Aku berpura-pura berpikir. "Hmmm, aku tidak yakin tentang itu. Mungkin aku akan melepasnya_" Aku berbisik dan mendekat ke Ivan. "Tapi hanya untuk kamu melihat." Aku berbisik bagian terakhir di telinganya membuat cengkeramannya di pinggangku semakin erat.

"Arianne." Ivan menggeram pelan di telingaku saat dia mencengkeram pinggangku.

Aku mundur untuk mengejeknya dan dia hendak berkata sesuatu tetapi kita tiba-tiba terganggu.

"Yang Mulia."

Aku berbalik hanya untuk menemukan Dorothy dan anak-anak berdiri di depan kami. Di tangan mereka ada karangan gandum.

"Kami sangat senang kalian bisa datang." Dorothy menyatakan dengan pandangan malu-malu dan aku tersenyum memberi semangat padanya, "Walaupun ini bukan mahkota berjeweled yang berkilauan kami berharap kalian akan menerima karangan gandum ini sebagai tanda terima kasih kami." Dia mendorong anak-anak ke depan yang mengangkat karangan gandum untuk diletakkan di rambut kami.

Aku menoleh untuk melihat Ivan yang sudah mempunyai seikat gandum ditempel di rambutnya dan aku menahan tawa sementara dia hanya tersenyum pada anak-anak tapi itu terlihat lebih seperti sebuah grimas. Aurora tersenyum pada bocah yang menempelkan gandum di rambutnya dan dia membungkuk untuk memberinya ciuman.

"Aku tidak tahu tentang kalian, tapi aku suka gaya rambutku." Kiran berkata sambil membalik rambutnya dan aku tertawa bersama dengan gadis yang Kiran angkat ke dalam pelukannya. Aku menonton saat dia menaruh gadis itu di bahunya lalu dia pergi bergabung dengan kerumunan yang sudah menari.

Aku masih tertawa saat aku merasakan tarikan lembut di rokku. Aku menoleh kebawah hanya untuk menemukan Arnold menatapku dengan pandangan malu-malu.

"Maukah kamu...maukah kamu menari bersamaku?" Dia bertanya dengan cemas berganti dari satu kaki ke kaki lain.

Ivan berbisik di telingaku. "Dia tahu kamu sudah menikah kan?"

"Dia baru enam tahun Ivan." Aku berkata padanya dengan nada datar sebelum aku berpaling untuk menatap Arnold yang memandangku dengan mata hijaunya penuh harapan. Aku meraih tangannya dengan tanganku untuk memberinya jawabanku, "Pimpin jalan wahai pria tampan."

Dengan itu, aku meninggalkan sisi Ivan dan membiarkan Arnold menarikku ke lantai dansa di mana kami menari diiringi musik. Aku bisa melihat Aurora sudah menari dengan seorang bocah seusianya, aku tersenyum padanya dan dia memberiku kedipan mata. Ivan memutar gadis di bahunya sambil berputar dengan cangkir hidangan di tangannya.

Seseorang segera memberiku cangkir hidanganku dan aku meminumnya sambil tetap bergoyang mengikuti irama bersama Arnold. Selama waktu aku menari aku bisa merasakan tatapan panas Ivan padaku. Aku berbalik hanya untuk menemukannya menatapku dengan pandangan memabukkan di matanya yang abu-abu saat dia melipat tangannya di dada. Arnold sudah meninggalkanku sendiri untuk mengambil beberapa pai di stan makanan, meninggalkanku sendirian dengan Ivan.

Berani, aku mengubah cara berdansaku. Aku menggoyangkan pinggulku dengan cara yang menggoda. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Aku menutup mata dan mengangkat tangan ke udara saat aku menggerakkan tubuhku mengikuti musik, membiarkan musik membelai kulitku. Aku membuka mata hanya untuk menemukan Ivan sudah berada di depanku.

Aku tersenyum licik saat melingkarkan lenganku di lehernya, menekan tubuhku ke tubuhnya yang keras bagaikan batu.

"Dasar rubah kecil." Ivan menggeram pelan di leherku dan aku mendesah lembut saat aku memalingkan leher memberinya akses lebih.

"Mau keluar dari sini?"

Aku melihat ke atas hanya untuk melihat Ivan menatapku dengan keinginan yang bersinar di pandangannya dan aku yakin mataku mencerminkan pandangannya. Aku mengangguk kepadanya dengan senyum kecil dan itu adalah semua konfirmasi yang diperlukan oleh Ivan karena dia mengambil tanganku dan bersama kami menuju kastil.