IVAN P.O.V
Saya tidak akan pernah lupa tatapan dan rasa sakit di wajah Arianne saat saya menyerangnya. Saya menatap wajah Arianne yang tertidur dalam pelukan saya. Dia pasti akan membenci saya ketika dia bangun! Saya berpikir sambil menyeka untaian rambut basah dari wajahnya. Saya mengerti perasaannya. Dia khawatir untuk anak-anaknya, dia juga merasa dikhianati oleh ayahnya yang tidak berguna itu. Tapi keadaannya seperti ini tidak akan membantu dia atau si kembar kami.
Saya tidak percaya saya bisa begitu bodoh! Bodohnya samapai membiarkan anak-anak saya diculik dari bawah atap rumah saya oleh ayah Arianne. Karena dia adalah ayah dari ratu dan dia hadir untuk upacara penamaan, tidak ada yang akan berpikir untuk menanyainya atau menghentikannya ketika mereka melihat si kembar dalam pelukannya. Mungkin mereka mengira dia sedang bermain dengan cucunya.
