Bara terpaku di pangkuannya, pikirannya menjadi kosong setelah mendengar permintaannya yang tajam.
Mendengar suara Draven yang penuh martabat dengan wajah mereka yang hanya berjarak beberapa inci membuatnya berhenti seperti kelinci kecil yang menghadapi serigala paling mengerikan. Merasakan mata merahnya memandanginya, tidak hanya napasnya, bahkan jantungnya sendiri sepertinya berhenti sejenak.
Dengan tubuhnya yang sangat dekat dengannya, bahkan duduk di pangkuannya dengan napas hangatnya yang meniup kepalanya, menyentuh ringan sisi wajahnya, seharusnya Bara menangis panik saat dia memanggil mereka yang dikenalnya di dalam hatinya.
'Tetua Leeora...Morpheus...S-Saya...'
Mungkin karena dia terlalu terkejut, atau karena dia percaya pada kata-kata Leeora dan Morpheus yang menenangkan, dia mampu terlihat lebih tenang dari emosinya yang sebenarnya.
