"Ze'en, duduk juga. Ayah mau sampaikan sesuatu padamu." Li Tingfeng hampir tidak bisa mengucapkannya.
Ze'en hanya duduk. "Ya, Ayah."
Li Zefeng menatap Li Ze'en dengan marah. Awalnya dia merasa sedikit bersalah kepada adik ini, merasa dia telah mengambil tempat sang ayah. Namun, dulu, Ze'en telah membuat kegaduhan di sekolah dan memberitahu bahwa Li Zefeng adalah anak yang tidak sah, membuat Zefeng diisolasi oleh teman sekelasnya. Hati Zefeng sangat terluka dalam insiden itu.
Perlahan, kepribadian Ze Feng berubah. Dia mulai membenci Li Ze'en.
"Ayah, kenapa dia duduk bersama kita?" Ze Feng langsung mengutarakan ketidakpuasannya.
Li Tingfeng berkata, "Feng'er, dia adalah saudaramu dan anak Ayah. Tentu saja dia berhak duduk di sini."
"Saya tidak suka dia. Saya tidak mau dia bersama kita." Ze Feng mengamuk.
Ze'en melirik Li Zefeng dan tersenyum. "Tidak ingin duduk bersamaku? Jadi, nanti saat Ayah sudah tua, apakah kamu mau mendukung dia bersamaku? Tidak mau?"