"Mo Rao, bisa nggak kamu nggak begitu naif?" Fu Ying benar-benar tidak senang.
Mengapa dia begitu mengerikan di mata perempuan itu?
Rasanya seolah semua pria di dunia ini lebih baik daripada dia!
Dalam hal apa dia kalah dibanding pria lain?
Dari segi materi, dia memberikan yang terbaik untuk Mo Rao. Belum lagi, dia juga ahli di tempat tidur!
Walaupun demikian, Mo Rao tetap saja menyebutnya bajingan.
"Aku naif di mana? Banyak pria baik di dunia ini. Mereka ada di mana-mana. Aku hanya kurang beruntung dan buta karena bertemu denganmu, yang terburuk!" Mo Rao tertawa dingin.
"Ini takdir," jawab Fu Ying dengan tenang.
"Bukan, ini sial." Mo Rao mengejek dirinya sendiri.
Jika tidak, mengapa dia bisa mencintai Fu Ying selama sepuluh tahun?
Pada akhirnya, dia tidak mendapatkan apa-apa.
Fu Ying tidak berkata-kata dan hanya menatap Mo Rao dengan dingin.
Belakangan ini dia tampaknya semakin agresif dan terutama suka membantah.